MENCARI DAN MENGENAL ALLAH 4
DZAT WAJIBUL WUJUD
update 04 MARET 2018
update 04 MARET 2018
GAMBAR PENAMPANG JANTUNG MANUSIA
TAMPAK SEPERTI LAFAD ALLAH
JANTUNG BERDENYUT SENDIRI TANPA PERINTAH SIAPAPUN
( SIFAT HAYUN DAN QOYUM )
DZAT WAJIBUL WUJUD
Maha suci Allah dari segala macam
perumpamaan. Walaupun demikian di dalam Al Qur’an, keberadaan wujud Allah
merupakan keberadaan wujud yang paling dimanifestasikan. Setiap yang berwujud akan mempunyai nama dan
sifat.
Tuhan adalah Cahaya langit dan
bumi. Perumpamaan Cahaya Allah adalah
seperti rongga dalam dinding. Dalam rongga itu ada pelita. pelita itu dalam bola kaca. Kaca itu laksana
bintang berkilau. Dinyalakan dengan minyak zaitun yang diberkati, yang
tumbuhnya bukan di timur dan bukan di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir
berkilau dengan sendirinya, walaupun api tidak menyentuhnya. Cahaya di atas Cahaya. Allah menuntun dengan
Cahayanya kepada Cahayanya bagi siapa saja yang dia kehendaki dan Allah membuat
perumpamaan bagi manusia. Allah Maha
Mengetahui segalanya ( AN NUR 24 : 35 ).
( Cahaya itu menerangi ) rumah-rumah di dalamnya
Allah berkenan untuk dihormati dan disebut Namanya dan bertasbih di waktu pagi
dan petang
( AN NUR 24 : 36 ).
Keberadaan (eksistensi, kehadiran)
Dzat yang dimanifestasikan disebut wujud
idhopi, dinamakan juga bayangan. Sesuai firman Allah :
Apakah kamu tidak memperhatikan
Tuhan memanjangkan bayang-bayang-Nya
( AL FURQAAN 25 : 45 ).
Agar DIA bisa merefleksikan bayangan Dirinya
Sendiri, maka Dia telah membuat cermin-cermin yang beraneka ragam dari Dirinya
Sendiri. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah merupakan
cermin-cermin tersebut. Cermin yang baik adalah cermin yang mempunyai dua sisi,
yaitu sisi terang dan sisi gelap (sifat Jamal dan sifat Jalal). Dalam hal ini
ternyata manusia mempunyai sifat seperti cermin tersebut, karena manusiapun
mempunyai dua sisi, yaitu qolbu sebagai sisi terang dan jasmani sebagai sisi
gelap. Semakin terang qolbu, semakin
jelas pula qolbu merefleksikan Tuhan, sesuai dengan Hadits Qudsi :
Aku
tidak bisa berada di bumi ataupun di langit, tapi aku bisa berada dalam hati
seorang mukmin yang benar ( HADITS ).
Di
dalam setiap rongga anak Adam, Aku ciptakan suatu mahligai yang disebut dada,
di dalam dada ada kolbu, di dalam kolbu ada fuad, di dalam fuad ada syagofa, di
dalam syagofa ada sir, di dalam sir ada Aku tempat Aku menyimpan rahasia …
( HADITS )
Setiap cermin tidak ambil bagian dalam
pengamatan, cahaya yang terang benderang dan kegelapan cermin merupakan alat
pengamatan. Walaupun cerminnya beraneka ragam, namun Wajah Sang Pengamat Tetap Satu. Bila kemudian cerminnya hancur
luluh, Wajah Sang Pengamat Tetap Abadi
….
SIFAT-SIFAT DZAT
Sifat Dzat adalah merupakan
manifestasi dari Asma dan Asma merupakan manifestasi daripada Dzat. Berarti Sifat
juga merupakan manifestasi daripada Dzat. Di dalam setiap Sifat Dzat terkandung
suatu potensi untuk bertindak dan berbuat yang akan menimbulkan akibat-akibat.
Sebagai akibat penciptaan maka muncul kehidupan. Adanya kehidupan mengakibatkan
munculnya kesadaran akan adanya Dzat. Bila
tak ada kehidupan maka tidak akan ada yang menyebut Asma Allah.
Yang pertama kali mengajukan konsep
sifat dua puluh dari Dzat adalah Abu Hasan Al Ashary, ulama besar pendiri
mahzab Ahlussunnah Wal Jamaah yang ahli dalam Ilmu Kalam (ilmu Usuluddin).
Konsep sifat dua puluh tersebut sampai saat ini telah dikenal dan diyakini oleh
masyarakat Islam secara luas.
Pada waktu itu konsep Al Ahsary ini
banyak mendapat tantangan dari para ulama lainya, diantaranya adalah Hambali
dan Al Ghazali yang berpendapat bahwa masalah Ketuhanan tidak bisa dijangkau
hanya atas dasar konsepsi akal manusia, Ilmu Kalam ajaran Al Ashary dianggap
sebagai penyebab timbulnya silang pendapat diantara sesama Umat Islam.
Adanya perselisihan pendapat diantara
para ahli Ilmu Kalam, para ahli filsafat Islam dan para ahli Ilmu Fiqih
mengakibatkan umat Islam terpecah belah menjadi bermacam-macam aliran (mazhab),
antara lain adalah Mazhab Hanafi, Mazhab Hambali, Mazhab Maliki dan Mazhab
Safi’i.
Al Ghazali berhasil mempersatukan pola
fikir para ahli syari’at Ilmu Kalam dan pola pikir ahli syari’at Ilmu Fiqih dan
juga pola pikir mereka dengan para sufi ahli Tasawwuf. Menurut Al Ghazali : Pendekatan diri dan
ma’rifat kepada Allah tidak bisa dilakukan melalui Ilmu Kalam maupun melalui
Ilmu Fiqih, akan tetapi harus melalui jalan yang ditempuh oleh para sufi ahli
tasawwuf yaitu : Bersihkan hati, istirahatkan
pikiran melalui dzikrullah untuk mencapai
fana dan kasyaf.
Jalan tersebut penuh dengan
bermacam-macam tantangan dan ujian dari Allah yang harus diatasi dengan tetap
berpegang pada Tali Allah, bersih hati, rasa kasih-sayang, ketawakalan,
kesabaran dan keihklasan serta dzikrullah, mengingat Allah. Oleh karena dengan
dzikrullah itulah hati akan menjadi tenang dan tentram, tidak akan ada
perselisihan lagi, karena sadar bahwa Allah-lah Yang Maha Benar. Akhirnya mi’raj melalui proses fana dan
kasyaf.
Kesempurnaan keberagamaan seorang
adalah bila dia telah mencapai tahapan iman,
islam dan ihsan. Iman bisa
dipelajari melalui ilmu Usuluddin. Islam dipelajari melalui ilmu Fiqih. Ihsan hanya bisa dicapai melalui tasawwuf.
Al Kisah : Ada seorang yang bertanya kepada Rosulullah :
Ya Rosulullah apakah Ihsan itu? Kemudian Rosulullah menjawab : Ihsan ialah
keadaan ketika engkau menyembah Allah, seakan-akan engkau melihat NYA, bila
sekiranya engkau tidak melihat NYA, maka Allah akan melihat engkau.
Para ulama Tasawuf mengatakan bahwa
Syare’at tanpa Haqekat adalah hampa, sedangkan Haqekat tanpa Syare’at adalah
batal…
Junaed
Al Bagdady mengatakan
: Syare’at tanpa Haqeqat adalah fasik,
sedangkan haqekat tanpa Syare’at adalah
zindik, bila seseorang melakukan keduanya maka sempurnalah kebenaran orang
itu. Seorang sufi, dia fana dalam
dirinya dan baqa dalam Tuhannya. Menurut
beliau tasawuf adalah mengambil setiap sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat
tercela.
Menurut Asy-Syadzili tasawuf adalah praktik dan latihan diri melalui cinta yang
dalam dan ibadah untuk mengembalikan diri kepada jalan Tuhan.
Ada juga yang mengatakan bahwa tasawuf
adalah membina kebiasaan baik serta menjaga hati dari berbagai keinginan dan
hasrat hawa nafsu. Tasawuf adalah ilmu untuk memperbaiki hati dan menjadikannya
memasrahkan diri semata-mata kepada Allah.
Jalan tasawuf dimulai sebagai ilmu, ditengahnya adalah amal dan pada
akhirnya adalah karunia Allah.
Abu Bakar Aceh mengatakan bahwa Al
Qur’an adalah sumber pokok, Hadits-Sunnah Rosul petunjuk pelaksanaan yang
penting, sedangkan Tassawuf adalah urat nadi pelaksanaan ajaran tersebut.
Tasawuf adalah suatu seni perjalanan
spiritual yang transendental, bukan merupakan pekerjaan intelektual melalui
kajian ilmiah, bahkan menurut para sufi ilmu pengetahuan merupakan tabir yang
sangat pekat.
Mengenai masalah mistik atau tasawuf
ini Simuh cenderung memilih definisi dari kamus Inggris yang disusun oleh
Hornby dkk yaitu :
Ajaran atau kepercayaan tentang
haqekat (kebenaran sejati) atau Tuhan bisa didapatkan melalui meditasi atau
tanggapan kejiwaan yang bebas dari tanggapan akal pikiran dan pancaindera. Ciri khusus tassawuf adalah proses fana dan
kasyaf.
Tasawwuf sesuai dengan ajaran Al
Ghazali secara garis besarnya adalah pelajaran tentang tata cara memurnikan
atau mensucikan jasmani dan ruhani, mensucikan lahir dan batin agar bisa
menjadi insan kamil yang mendapatkan keridhoan Allah… disertai dzikrullaah
sehingga mencapai proses fana dalam dirinya, baqa dalam Tuhannya, musnah ke-aku-annya, tenggelam dalam Tuhannya. Akhirnya kasyaf terbukanya hijab. Dari tulisan-tulisan tentang tasawuf ini,
jelas bahwa basis dari tasawuf adalah kesucian hati serta cara menjaganya dari
segala hal yang bisa mengotorinya kemudian hasil akhirnya adalah hubungan yang
benar-benar harmonis antara manusia dengan Penciptanya.
Dzat Allah merupakan sumber kehidupan.
Akibat adanya sifat-sifat kehidupan muncul kesadaran akan adanya (keberadaan)
Dzat. Bila tidak ada kehidupan (insan)
maka tidak akan ada yang menyebut Asma Dzat (Allah), tak ada yang bersyahadat :
Laa
ilaaha ilallaah Muhammadarosulullaah…
Pernyataan
pertama Laa ilaaha
ilallaah memberi nafas kehidupan
kepada pernyataan kedua Muhammadarosulullah sedangkan pernyataan kedua menyatakan
adanya Dzat Allah. Dengan demikian
pernyataan pertama dan kedua sangat erat kaitannya, kedua-duanya tidak bisa
dipisahkan satu sama lain, merupakan suatu kesatuan dua kalimah Syahadat, dwi
tunggal yang menurut istilah para sesepuh adalah loro-loroning tunggal, tunggal-tunggaling wisesa.
Artinya kurang lebih adalah : dua
dalam kemanunggalan, manunggal dalam keEsaan Dzat Yang Maha Kuasa.
Dalam KeEsaanNya Dzat mempunyai
bermacam-macam Asma dan bermacam-macam Sifat. Keberagaman Asma dan Sifat tidak
menyebabkan Dzat bertambah menjadi lebih dari satu. Dalam ke Esaan Nya, Dzat tidak menjadi
berjenis-jenis.
Sifat yang beragam, pasangan dan juga
kebalikkannya adalah satu didalam aspek keEsaan Dzat. Misalnya Sifat Jamal-Terang dan Jalal-Gelap, Asma
Hadi ( Yang Memberikan Petunjuk ) dan Asma Mudzil ( Yang Menyesatkan ), dimana Asma
yang satu tidak mengganggu Asma yang lain. Dengan demikian :
Siapapun yang telah diberi petunjuk
Allah, maka tak ada sesuatu apapun yang bisa menyesatkannya, dan siapapun yang
telah disesatkan Allah, Rosulullahpun tidak bisa meluruskannya.
Barang siapa yang diberi petunjuk
oleh Allah, maka dialah yang dapat petunjuk dan barang siapa yang
disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapat seorang pemimpinpun yang dapat
memberi petunjuk kepada-Nya ( AL KAHFI 18 : 17 )
Siapa-siapa yang dikehendaki Allah
dibiarkan-Nya sesat, siapa-siapa yang dikehendaki Allah ditempatkan-Nya di
jalan yang lurus ( AL AN’AM 6 : 39 ).
Sesungguhnya Dzat tidak mempunyai
manifestasi apapun tanpa manifestasi dari Asma dan Sifat. Apapun yang ada, sifat
baik maupun sifat jahat adalah merupakan akibat dari manifestasi Asma dan
Sifat, bukan manifestasi dari Dzat.
Dalam hal ini harus kita ingat bahwa
semua kebaikan berasal dari Allah.
Dibalik ujian dari Tuhan yang terjadi pada diri kita itulah yang
terbaik, karena selalu ada hikmah. Semua
keburukan yang terjadi pada diri kita,
itu karena ulah kita sendiri yang melenceng dari sunnatullah.
Apapun kebaikan yang kamu terima, datangnya
dari Allah. Apapun bencana yang menimpa dirimu, karena kesalahanmu ( AN-NISAA 4
: 79 )
Bersabarlah menunggu keputusan
Tuhan-mu, sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami dan bertasbihlah
dengan memuji Tuhan-mu sewaktu kau bangkit berdiri dan bertasbihlah kepada-Nya
pada waktu malam dan tatkala bintang-bintang tenggelam saat fajar ( ATH-THUR 52
: 48-49 )
Setelah kita menggali dan mempelajari
kerangka teoritis atau hipotesa tentang Dzat serta penurunan martabat Dzat
sampai kepada rincian Wahidiyyah maka secara garis besarnya akan tampak empat
kerangka dasar dari hipotesa tersebut :
- WUJUD (KEBERADAAN, ESENSI, EKSISTENSI).
Adalah merupakan manifestasi dari
sesuatu yang sebelumnya tidak ada, menjadi ada. Dari bentuk imaginer (a’yan-I-tsabiita)
dalam pengetahuan Tuhan, kemudian Tuhan yang menjadikan mereka wujud. Dari
esensi Dzat, muncul eksistensi Dzat kemudian muncul kehidupan dalam tahapan
Wahidiiyyah.
- ILMU (PENGETAHUAN).
Adalah suatu konsepsi (ide) serta
aktualisasi atau pembuktian dan perwujudan dari objek-objek yang diketahui.
Hanya Tuhan yang memiliki semua ilmu. Dia Yang maha mengetahui segala sesuatu.
Dari pengetahuan diri, menjadi pengetahuan akan kemampuan diri yang maha
mendengar, maha melihat … kemudian terealisir menjadi panca indera.
- NUR ( CAHAYA, KEPRIBADIAN, EGO ).
Adalah manifesatasi Diri Nya sendiri
sehingga Dia tampak sebagai yang lain. Dia membimbing dengan Cahaya Nya kepada
siapa yang Dia kehendaki. Dia adalah Cahaya langit dan bumi. Dia sebagai Nurul
Ilman, Nurul Iman, Nurul Islam dan Nurul
Ihsan.
- SYUHUUD ( KETAATAN, KEKUASAAN, KEHENDAK ).
Kesadaran akan potensi diri akan
menimbulkan ketaatan, kekuasaan dan kehendak. Dia sendiri yang maha taat akan
janji Nya. Dia yang ditaati dan Dia adalah ketaatan itu sendiri. Dia membuktikan
Ketaatan Dirinya sendiri melalui proses-proses Tanuzzulaat secara bertahap,
merupakan suatu proses keluarnya yang ghoib (yang tidak tampak) dan internal
(bathin) menjadi tampak (eksternal), merupakan proses penyaksian dari Dirinya
Sendiri melalui Cerminnya sendiri.
HAQIQAT MUHAMMAD
Dzat (Allah) memanifestasikan
(menyatakan) Dirinya sebagai Nur, Utusan-Nya sebagai Nur, Kitabnya (Al Quran)
sebagai Nur, Agama-Nya (Islam) sebagai Nur, Ilmu-Nya sebagai Nur, Iman dan
Ihsan sebagai Nur. Oleh karena itu adalah
wajar bila Al Hallaj mengajukan konsep
tentang Nur Muhammad sebagai penciptaan awal dari segala macam ciptaan
Allah, jauh sebelum teori Big bang muncul.
Seperti halnya Al Ashary, maka Al
Hallaj pun mendapat banyak tantangan dari para ulama lainnya, sehingga Al
Hallaj mengalami nasib yang sangat tragis.
Sebaiknya kita tidak terlalu terpaku
untuk memperdebatkan kedua konsepsi tersebut, masalah keyakinan tidak bisa
dipaksakan, tergantung kepada diri kita masing-masing. Kedua konsep tersebut hanyalah sekedar
kerangka teoritis untuk memudahkan pemahaman kita akan keberadaan Dzat laesa kamitslihi syai’un, tidak
serupa dengan apapun. Sesungguhnya Maha
Suci Allah dari segala macam perumpamaan… Nur Muhammad dianggap sebagai
kesadaran kosmik (SIR)… Di dalam SIR ada AKU.. merupakan sumber asli dari semua
pernyataan Diri dalam rinciannya mulai dari Wahdah sampai ke Wahidiiyyah,
Haqiiqati Insani, Insan Kamil sampai menjadi debu.
Aku
adalah perbendaharaan yang tersembunyi, maka oleh sebab cinta, Aku ingin dikenal,
maka Aku jadikan mahluk (
Nur Muhammad ) agar dia mengenal akan Aku
( HADITS QUDSI )
Hadits Rosulullah :
- Aku berasal dari Cahaya Allah dan seluruh alam semesta berasal dari cahayaku
- Aku adalah bapak dari segala Ruh dan Adam adalah bapak dari segala jasad
Sebagai Berkah Suci yang memberi Rahmat kepada seluruh alam semesta,
maka Haqiiqat Muhammad adalah lebih berhak untuk mendapat gelar Juru Selamat dari pada Nabi-Nabi
lainnya yang hanya sekadar diutus untuk satu Kaum saja, yaitu Bani Israil,
bukan untuk Bangsa Indonesia ataupun untuk bangsa-bangsa lain.
Setiap firman Allah yang disampaikan
oleh Rosulullah tidak ditujukan hanya untuk
satu kaum namun berlaku umum dengan
seruan sebagai berikut :
Hai Manusia atau Hai orang-orang yang beriman
atau Hai
Bani Adam, Hai orang-orang kafir, Hai ahlul kitab ….
Berarti Wahyu Islami atau Firman Allah
yang disampaikan oleh Rosulullah tidak hanya bagi yang muslim saja, namun
sesungguhnya ditujukan untuk seluruh umat manusia di dunia. Kemudian Wahyu Islami juga tidak pernah
mengajarkan masalah dosa waris dan tidak pernah mengajarkan bahwa dosa
seseorang bisa ditanggung orang lain.
Setiap orang hanya menanggung dosanya masing-masing.
Katakanlah : Bagiku amalku dan
bagimu amalmu. Kamu tiada bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan dan aku
tiada bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan ( YUNUS 10 : 41 )
Barang siapa mengerjakan kebaikan
sebesar debu, niscaya akan dilihatnya balasan dari kebaikan itu dan barang
siapa mengerjakan kejahatan niscaya akan dilihatnya balasan dari kejahatan itu
( AZ-ZILZAL 99 : 7-8 )
Sebagai berkah suci maka Haqiiqat
Muhammad mencakup semua Asma Dzat, kecuali Asma Hadi ( Yang Memberi Petunjuk ),
sedangkan Asma kebalikan dan pertentangannya dicakup oleh Iblis kecuali Asma
Mudzil ( Yang menyesatkan ).
Semua mahluk sangat tergantung kepada
Allah Yang Maha Meliputi segala sesuatu.
Bila seseorang telah diberi petunjuk
Allah maka iblis pun tak akan bisa menyesatkannya demikian pula sebaliknya,
bila seseorang telah disesatkan Allah, Rosulullah pun tidak akan bisa
meluruskannya, kehendak Allah juga yang berlaku.
HAQIIQATI MUHAMMAD MEMPUNYAI 2 ASPEK :
- Aspek Internal (Bathin).
Sebagai Nur merupakan realisasi ( manifestasi ) Diri Dzat yang menerangi benda-benda lain ( Sifat Jamal ). Mula-mula Allah menjadikan alam
semesta ini dalam kegelapan ( Sifat Jalal
) : Inna’llaaha kholaqol kholaqo fizhzhulumaatin, kemudian
diterangi oleh Nur Muhammad : Minazhzhulumaati
ilan nuuri. Dari gelap menjadi
terang. Tuhan akan membimbing dengan
Cahaya Nya kepada CahayaNya.
Dalam kehidupan sehari-hari yang
pertama kali kita rasakan adalah adanya cahaya, kemudian benda-benda,
bentuk-bentuk dhohir, semua yang ada di dunia ini bisa terlihat dengan jelas.
- Aspek Eksternal (Zhohir).
- Adalah Muhammad yang diciptakan sebagai Insan, sebagai hamba dan Utusan Allah ( Abduhu wa Rosulluhu ). Sebagai Insan, Jasmani Muhammad adalah Realitas Kemanusiaan ( Haqiiqati insaniah ).
- Kemudian sebagai Ruuhi Azzaam, yaitu Ruh Muhammad yang diciptakan dari Nuur Muhammad sampai ke Insan Kamil. Sabda Rosulullah : Yang pertama kali diciptakaan Allah adalah akal dan cahayaku.
TAJALLIYAAT ( PEMUNCULAN ).
Laa ilaaha illallaah : Tiada Tuhan
selain Allah. Laa (tiada, nafi) adalah
merupakan pemusnahan diri dan dunia (fana) kemudian menjadi kekal (baqa)
dalam
Tuhan, hanya Ahadiiyyah ( Allah )
yang ada ( isbat ), Yang Maha Luas tanpa keterbatasan pengetahuan, tanpa
keterbatasan ruang dan waktu atau apapun juga.
Pemusnahan diri berarti mengosongkan
hati dan pikiran dari segala macam permasalahan. Hati dan pikiran tercurah
semata-mata hanya kepada Allah, hilangkan ke aku an ( ego ) kita. Itulah
yang disebut dzikir atau meditasi.
Pada saat ke-aku-an kita sirna, fana menurut Al Ghazali atau samadi menurut orang Hindu, maka
Ke-Aku-an Dzat akan muncul untuk
memperlihatkan sifat Jamal Nya, Keindahan-Nya
dan masuk ke dalam kekosongan kita. Itulah
yang disebut kasyaf. Aku dengan Aku yang ada di dalam diri kita saling berhadapan.
Aku
mengenal Tuhan melalui Tuhan (Hadits).
Aku
mempunyai waktu khusus dengan Tuhan, di dalamnya tidak ada lagi malaikat dan
rosulnya ( Hadits ).
Haqq (Kebenaran) tersembunyi di dalam
Ruh, Ruh tersembunyi di dalam Qolbu dan
Qolbu (bathin) tersembunyi di dalam Qaalib (tubuh). Penggerak tubuh adalah Ruh,
penggerak Ruh adalah Al Haqq (Al Bathin).
Haqiiqati Muhammad adalah merupakan
titik pertama dalam mana Dzat mengetahui Dirinya sendiri. Mengenal Dzat harus
melalui Dzat. Dalam tahapan ini Ruh kita menjadi Ruhul Kudus, karena telah terbebas
dari masalah keduniawian, Ruh telah mengalami pencerahan.
Ketahuilah bahwa hanya dengan
mengingat Allah hati akan menjadi tentram
( AR RAD 13 : 28 ).
Barang siapa yang hatinya dibuka
oleh Allah kepada Islam ( Fitrah ) maka ia itu mendapat Cahaya dari Tuhan-nya (
AZ-ZUMAR 39 : 22 )
Yang pertama-tama Aku berikan kepada
mereka yang beriman adalah Cahaya yang Aku taruh di hati mereka ( HADITS QUDSI
)
Sedemikian luas dan lapangnya,
sedemikian terang-benderangnya hati seorang mukmin, tenang dan tenteram dalam
lautan ahadiiyah, seumpama tempat bersemayamnya Dzat yang maha luas tanpa
batas. Para sufi mengatakan bahwa qolbu seorang mukmin adalah baitullah.
Dalam dada ada Qolbu, dalam Qolbu ada
fuad, dalam fuad ada syagofa, dalam syagofa ada sir, dalam sir ada Aku, tempat
Aku menyimpan rahasia ( Hadits ).
Aku tidak berada di langit maupun di
bumi, Aku berada di dalam hati seseorang mukmin yang benar ( Hadits ).
Al kisah seseorang bertanya kepada
Rosulullah : Ya Rosulullah siapakah orang yang terbaik itu ?? Rosulullah
menjawab : Yaitu orang-orang mukmin yang bersih hatinya. Ketika Rosulullah
ditanya kembali : Ya Rosulullah apakah artinya bersih hati itu ?? Rosulullah
menjawab : Yaitu orang yang taqwa, suci hati, tidak ada kepalsuan padanya, tak
ada kezaliman, dendam, khianat dan rasa iri dengki.
Mukmin yang benar adalah mukmin yang
tidak mempersekutukan Allah. Dia beriman kepada Allah, Rosul-rosul Allah, para
Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, hari akhirat dan beriman kepada segala
ketentuan Allah serta bersih hatinya. Hatinya telah terbebas dari segala macam
polusi penyakit hati, tawakal, penuh dengan kesabaran, senantiasa mensyukuri
setiap nikmat dan karunia Allah, ikhlas menerima segala macam ketentuan Allah,
setiap denyut jantungnya, setiap tarikan nafasnya, setiap gerak-geriknya
merupakan ibadah semata-mata kepada Allah, tidak memikirkan ada tidaknya
pahala, sudah benar-benar ikhlas, sudah benar-benar Lillahi Ta’ala, sudah tidak
ada apa-apa dalam hatinya, kecuali Allah semata.
Oleh karena itu hatinya menjadi lapang
dan jiwanya menjadi tenang, tenteram dan damai, penuh rasa kasih sayang. Rahman-Rahim adalah Allah. Dalam hal ini dia telah terbebas dari masalah
sifat dualitas Allah yang antagonis, tidak ada lagi keberpihakan pada saat
menghadapi hal yang baik maupun yang buruk.
Dia bisa berlapang dada saat
menghadapi keduanya, karena dalam ke-Esa-an Nya, baik atau buruk, surga ataupun
neraka adalah merupakan manifestasi dari sifat Jamal dan sifat Jalal Allah. Namun
kebanyakan manusia enggan menerima kedua sifat Allah yang saling
bertolak-belakang itu secara seimbang.
Misalnya antara tertawa bahagia dan air mata duka. Pada saat tertawa bahagia sesungguhnya air
mata duka pun sedang menunggu giliran untuk bisa diterima manusia. Bila kita hanya berpihak pada salah satu
sifat saja berarti kita menerima kehadiran Allah hanya sebagian saja. Kita belum beriman kepada Allah dengan seutuhnya,
belum ikhlas. Jadi intinya adalah apapun
yang kita hadapi kita harus bisa menerima dengan hati yang ikhlas dan penuh
rasa syukur.
Orang arif yang sudah mencapai derajat
ikhsan ibarat matahari yang senantiasa memberi, menyinari bumi tanpa
pamrih. Hatinyapun bersifat lapang dan
luas seperti lautan. Apapun yang mendatanginya dia terima dengan penuh
keikhlasan, walau yang datang adalah air
lumpur kotor dan berbau busuk sekalipun dia terima, dia angkat dan dia bersihkan
jadi awan kemudian jadi air hujan yang jernih dan bermanfaat lagi tanpa meminta
imbalan jasa.
Bagi mereka yang sudah kuat
keimanannya, keinginan terhadap duniawi yang sangat berlebihan, keserakahan,
ria, ujub, takabur, sum’ah yang dengan sengaja mencerita-ceritakan amal
perbuatannya, hajbun hatinya terpesona oleh amal ibadahnya sendiri, rasa iri
dengki, kemarahan, kebencian serta semua hawa nafsu di hatinya, adalah
merupakan suatu dosa syirik tersembunyi
yang harus dihindari. Karena hawa nafsu
adalah bisikan syetan atau iblis.
Sucikanlah rumahku bagi mereka yang
thowaf, itikaf, yang ruku dan sujud
( AL BAQARAH 2 : 125 ).
Janganlah kamu mempersekutukan Aku
dengan apapun, sucikanlah rumahku bagi mereka yang thowaf, mendirikan dan ruku
bersujud ( AL HAJJ 22 : 26 )
Silahkan cari sendiri jawabannya mengenai
makna haqiqi Rumah Ku yang harus disucikan agar kita tidak menjadi musyrik…
agar kita menjadi mukmin yang benar… karena kelak, suatu saat nanti, pasti kita
semua akan kembali menghadap kepada Nya, dimana pada saat itu hanya mukmin yang
benar, mukmin yang berjiwa tenanglah yang akan mendapat undangan khusus dan
ucapan selamat dari Tuhan.
Wahai hamba-hamba-Ku yang berjiwa
tenang, datanglah kepada Tuhan-mu dengan suka cita dan penuh keridhoan,
masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku ( AL
FAJR 89 : 27-28 )
Salaamun qaulam mirobbirrohiim (
YASIN 36 : 58 )
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mereka penganut agama Yahudi, Nasrani dan Shabin serta siapa saja
yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, serta melakukan kebajikan, mereka
akan mendapat pahala dari Tuhan-nya dan mereka tidak merasa ketakutan dan duka
cita ( AL BAQARAH 2 : 62 )
Ayat inipun berlaku bagi seluruh umat
manusia di dunia, karena Tuhan tidak membeda-bedakan umat yang bertaqwa kepada
Nya, walaupun secara teknis berbeda-beda pola pelaksanaan syare’atnya.
Ayat ini sebagai bukti bahwa Allah
tidak membeda-bedakan umatNya. Karena
apapun nama agamanya, semua agama mengajarkan tentang fitrah. Mereka tidak akan pernah merasa ketakutan dan
duka cita. Berarti mereka hidup dengan
tenang dan damai. Oleh karena itu di
batu nisan atau di surat
kabar pada kolom duka cita tertulis : Telah
meninggal dengan tenang, tidak pernah tertulis telah meninggal dengan sukses walaupun semasa hidupnya dia sangat –
sangat sukses.
Bila
saat tersebut tiba…siapakah utusan yang akan menjemput kita ???
Kami telah mengutus seorang utusan
dalam diri-mu dst … (AT-TAUBAH 9 : 128 )
Oleh karena itu katakanlah
Hasbiallah … (AT-TAUBAH 9 : 129 )
Cahaya di atas Cahaya, Allah akan
membimbing dengan Cahayanya kepada yang Dia Kehendaki ( AN NUUR 24 : 35 )
Hasbiallah merupakan kata kunci, oleh
karena haqiqi nya adalah dzikrullah.. Allah… Allah … Allah dalam hati ingat
kepada Allah …. Sampai semuanya menjadi sirna, fana, yang ada hanya Dzat Allah
yang akan muncul untuk memperlihatkan Sifat Jamal Nya sebagai Nur Illahi yang
akan menjemput ruhani … Ruhani akan kembali kepada Cahaya Allah yang disebut Swarga…
yang berasal dari kata SWAR dan GA. Swar artinya Cahaya ( Nur
Illahi ) sedangkan Ga artinya Kembali.
Swarga
artinya Kembali kepada Cahaya Allah
Sumber Energi Quanta. Secara ilmiahnya
sesuai teori Einstein dan juga sesuai Studi Kasus reinkarnasi dari Newton.
Bila saatnya tiba Ruhani akan kembali
kepada Cahaya Allah, dikawal oleh nafsunya, yaitu : amarah, luwamah, sufiah dan
mutmainahnya, sedangkan jasmani karena berasal dari tanah maka akan kembali
lagi kepada tanah, menjadi energi quanta.
Dengan demikian berarti bagi mereka
yang benar-benar beriman dan telah lulus dari berbagai ujian dari Allah maka
dia pasti akan mendapatkan perlakuan khusus serta bonus yang luar biasa yaitu :
dia langsung dijemput tanpa harus melalui jembatan shirothol mustaqim, dia
diberi ucapan selamat Salaamun Qaulam mirobbirrohiim dia akan mendapat undangan
khusus dan keridhoan Allah serta mendapat kemuliaan di sisi Allah. Jenazahnya
tampak dengan wajah tersenyum berseri-seri dan bercahaya.
Pada hari itu wajah mereka
berseri-seri ( bercahaya ) karena melihat wajah Tuhan-nya ( AL-QIYAMAH 75 :
22-23 )
TABIR (HIJAAB, SELUBUNG).
1.
Tabir personal (pribadi, keakuan, ego).
Tabir ini tidak akan hilang selama
diri kita sebagai hamba (sebagai manusia) masih diselubungi oleh ego kita
sendiri, seperti halnya kita menggosok
batu yang tidak pernah akan mengkilap.
2.
Tabir dari sifat-sifat.
Tabir ini akan menghilang bila kita
mengubah akhlak dan sifat kita menjadi Dzat dan Sifat Allah, seperti halnya
kita menggosok karat dari sebuah gelas kaca.
Sebenarnya tabir hanyalah hayalan
(imajinasi) daripada keakuan atau keberadaan diri sendiri (ego). Dengan adanya ilmu pengetahuan kadang-kadang rasa
keakuan akan menjadi semakin besar,
perasaan gengsi, harga diri, angkuh, ujub, ria, iri, dengki dsb…
Sekarang ini banyak yang lupa diri,
karena hati nuraninya tertutup. Dengan
demikian pengetahuan dan keakuan akan menjadikan tabir semakin rapat
dan semakin tebal, sehingga akan membutakan mata hati kita kepada Al Haqq, Yang Maha Benar. Berarti bukan
seberapa banyak ilmu yang harus kita pelajari namun seberapa dekat kita kepada Allah !!!
Ilmunya cukup Basmallah saja !!!
Sesungguhnya Allah sangat dekat namun
terhalang ego kita yang tinggi. Bila
kita ingin keluar dari tabir, ubahlah sifat-sifat kita, akhlak kita, keakuan kita
masuk ke dalam Akhlak dan Sifat-Nya, sebagaimana akhlak dan sifat
Rosulullah. Serahkan diri kita sepenuhnya
dalam kekosongan dan keheningan, dalam kefanaaan, jangan biarkan fikiran
(pengetahuan) datang, bila pikiran datang menguasai diri, maka pikiran tersebut
akan mengukir gambaran hayal (imajinasi) di dalam bathin kita, sehingga bathin
kita akan seperti museum, seperti super market ...
Sabda
Rosulullah :
Segala
sesuatu ada pembersihnya, pembersih hati adalah dzikir. Tidak ada sesuatu yang dapat melepaskan
manusia dari azab selain dari pada dzikrullah.
Kiamat tidak akan terjadi selama masih ada orang-orang yang
berdzikirullah.
Dengan berdzikrullaah, berserah diri
kepada Allah, tabir akan terkikis, hati akan menjadi tenang dan tentram, hati
akan menjadi terang benderang, memancarkan sifat-sifat ke-Ilahian … sebagai sumber kekuatan yang maha dasyat …
Tulisan anda sangat bagus, bolehkah jika digunakan sebagai bahan refrensi?
BalasHapusTerimakasih,
Maaf baru saya buka... alhamdulillah bila anda berkenan dg tulisan sy, sy sangat berterima kasih sekali bila tulisan sy disebarkuaskan...
BalasHapusMohon ijin buat saya baca dan pelajarin.
BalasHapusAlhamdullh sangat bermanfaat semoga jadi ilmu yg berkah
BalasHapusTerimakasih atas ilmunya yg sangat bermanfaat buat saya
BalasHapusijin menyimpan
BalasHapusijin menyimpan
BalasHapusijin menyimpan
BalasHapus