AGAMA ALLAH HANYA SATU
update 02-07-2014
update 02-07-2014
Pada prinsipnya semua agama yang ada
di dunia ini mengajarkan dan menganjurkan umatnya untuk berbuat kebajikan, beramal
soleh serta menjauhi kemunkaran. Semua
agama juga mempunyai tujuan yang sama, yaitu membawa umatnya menuju ke arah keimanan,
ketakwaan, kesucian, keselamatan dan kedamaian di dunia dan di akhirat, mengajarkan
tentang kasih-sayang, kesabaran dan keikhlasan serta tata cara berserah diri
kepada Allah.
Firman Allah :
Inilah jalan yang lurus menuju
kepada-Ku ( AL HIJR 15 : 41 )
Jangan ikuti jalan-jalan lain ( AL
AN’AM 6 : 153 )
Sesungguhnya agama kamu ini satu
agama saja, dan Aku adalah Tuhan-mu, karena
itu sembahlah Aku ( AL ANBIYA 21 : 92 )
Mari kita perhatikan juga
firman-firman Allah di bawah ini :
Agama di sisi Allah adalah
Islam-Fitrah ( ALI IMRAN 3 : 19 )
Barang siapa mencari selain
Islam-Fitrah sebagai agama dst…( ALI IMRON 3 : 85 )
Aku ridhoi Islam-Fitrah jadi agama
bagimu ( AL MAIDAH 5 : 3 )
Yang dimaksud Islam dalam ketiga
ayat tersebut, adalah Islam-Fitrah sebagai landasan dari
Allah, apapun nama agamanya. Berarti
sejak zaman Nabi Adam, Nabi Ibrahim sampai kepada Nabi terakhir Muhammad SAW
bahkan semua agama di dunia
essensi dan substansinya sama. Semuanya
mengajarkan tentang Fitrah, tentang keimanan, ketakwaan, kesucian,
keselamatan, kedamaian dalam kasih sayang, kesabaran dan keikhlasan, serta
berserah diri kepada Tuhan. Adapun
metodenya juga sama, yaitu dimulai dengan pelajaran ke-Tauhid-an meng-ESA-kan
Allah, kemudian pelajaran berikutnya adalah mengenai tata cara penyembahan, penghambaan
dan ketaatan kepada DzatNya yang disebut ubudiyah.
Untuk mencapai puncak spiritual, tata caranya juga sama, yaitu melalui
dzikir-meditasi…!!!
Allah berasal dari kata Al Ilah, artinya yang dirindui, Yang Disembah. Sesungguhnya pernyataan tiada
Tuhan selain Allah
akan membawa seluruh umat manusia di dunia kepada satu tujuan pemujaan dan
pengabdian saja, yaitu Allah semata sebagai
Tuhan Yang Maha Esa … Berarti sesungguhnya memang benar bahwa di dunia ini hanya
ada satu agama saja
yaitu : Agama yang mengajarkan kesucian, keselamatan dan kedamaian melalui
kasih sayang, kesabaran dan keikhlasan serta berserah diri kepada Allah … Tiada
lain yang dimaksud adalah Islam
sebagai fitrah manusia…
yang sudah terprogram
di dalam hati nurani
kita. Tidak ada perubahaan pada fitrah
Allah. Namun kemudian program tersebut
tertutup oleh nafsu duniawi … Tertutup oleh sampah-sampah kehidupan. Seperti
komputer yang kena virus sehingga harus di instal ulang melalui wahyu yang
diturunkan kepada para rosul dan para Rosul itu sudah Islam, karena sudah
berserah diri kepada Allah. Wahyu Allah yang
diturunkan kepada rosul sebelumnya ke rosul berikutnya berkesinambungan, mengalami
perkembangan, ada revisi dan koreksi, saling melengkapi, serta ada proses penyempurnaan…
Hadapkan wajahmu dengan lurus kepada
agama fitrah, Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah …
( AR-RUM 30 : 30 )
Sesungguhnya
ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan AKU adalah Tuham-mu, maka
bertaqwalah kepada-KU ( AL MU’MINUN
23 : 52 )
Kemudian
mereka menjadikan agama mereka terpecah-belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga ( EGO ) dengan
apa yang ada pada sisi mereka ( masing-masing ). Maka biarkanlah mereka dalam
kesesatannya sampai suatu waktu (
AL MU’MINUN 23 : 53-54 )
Malalui tata cara ( syariat )
Ubudiyah ini Nabi Muhammad SAW mulai mengalihkan objek pemujaan mereka dari
penyembahan berhala, dialihkan kepada tata cara dzikrullah, yaitu tata cara mengingat Allah YME
dalam arti kata yang luas.
Dalam hal ini pelajaran ke-Islam-an
yang diberikan oleh Muhammad SAW adalah yang paling sempurna karena memang
Allah telah menyempurnakannya serta telah tersusun di dalam Al Qur’an secara
sistematis, jelas dan gamblang.
Inilah suatu kitab yang ayat-ayatnya
tersusun rapih, kemudian dijelaskan dari (Tuhan) Yang Maha Bijaksana dan Maha
Mengetahui ( HUD 11 : 1 )
Dengan demikian Al Qur’an merupakan himpunan pelajaran ke-Islam-an, himpunan pelajaran tentang fitrah
sejak dari zaman Nabi Adam sampai kepada nabi terakhir Muhammad SAW yang
diturunkan secara bertahap ayat demi ayat
sesuai dengan permasalahan yang terjadi saat itu, sesuai dengan
kebutuhan zaman bahkan masih relevan baik untuk masa kini maupun untuk
masa-masa yang akan datang, bagi mereka yang mau berpikir, memakai nalar, tidak
dogmatis dan tidak kaku.
Dan berkatalah orang-orang kafir mengapa
Al Qur’an tiada diturunkan kepadanya secara keseluruhan yang lengkap dan
sempurna ? Demikianlah Kami lakukan untuk menguatkan hatimu dengannya dan Kami
membacakannya dengan terang, perlahan-lahan, berulang-ulang, sebagian demi
sebagian dan setiap mereka datang kepadamu membawa suatu permasalahan, tentulah
Kami datangkan kepadamu kebenaran dan sebaik-baiknya tafsiran ( AL FURQON 25 :
32-33 )
Kami turunkan Al Qur’an kepadamu
untuk menjelaskan segala sesuatu
(AN NAHL 16 : 89)
Kami turunkan Al Qur’an kepadamu
dengan membawa kebenaran untuk mengoreksi kitab-kitab sebelumnya ( AL MAIDAH 5
: 48 )
Dengan demikian isi Al Qur’an tidak
hanya sekedar mengenai tata cara Ubudiyah saja, akan tetapi mencakup juga semua
aspek dan semua norma-norma kehidupan umat manusia, antara lain tentang alam
semesta, hewan ternak, pertanian, kelautan, pembagian harta warisan,
pernikahan, perniagaan, etika pergaulan, pengobatan dsb. Untuk urusan duniawi, Allah Maha Mengetahui
kebutuhan bangsa Arab jahiliyah saat itu, disesuaikan dengan budaya dan
peradaban Arab saat itu… Kita harus memahami kandungan Al Qur’an, mana yang
ajaran Islam dan mana budaya Arab. Menurut Bung Karno : Islam
is not merely a religion, but Islam is a way of life. Islam bukan hanya sekedar agama, namun juga
sebagai jalan kehidupan.
Way of
life terutama bagi Bangsa Arab..sesuai dengan budayanya…
Oleh karena itu Rosulullah bersabda :
Urusan dunia engkau lebih tahu, tapi
tata cara beribadah ikutilah cara-ku…
Berarti hukum-hukum untuk urusan
duniawi masih bisa dirubah, disesuaikan dengan kearifan lokal, disesuaikan
dengan kultur setempat dimana kita berada…
Al Qur’an telah melakukan koreksi
atau penyempurnaan
terhadap peraturan-peraturan
lama yang dirasakan sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan zaman. Penyempurnaan bukan berarti dihilangkan sama
sekali, namun ada bagian yang diganti dengan yang lebih baik atau dengan yang
sepadan, sesuai kebutuhan. Contohnya
Rukun Islam : Dari lima Rukun Islam, tambahan dari Rosulullah hanya dua kalimah
syahadat saja, yang empat lainnya, sholat, puasa, zakat dan ibadah haji sudah
ada sebelum Nabi Muhammad dilahirkan, sudah ada sejak kaum dan nabi sebelumnya. Ibadah haji sudah ada sejak zaman nabi
Ibrahim. Kearifan
lokal tidak dibuang dan tidak diharamkan, namun tetap dipertahankan oleh
Rosulullah…
…diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu … (AL BAQARAH 2 : 183 )
Nabi Isa berkata : Dia ( Allah )
memerintahkan aku sholat dan ( menunaikan ) zakat selama aku hidup ( MARYAM 19 :
31 )
Tidak Kami rubah jiwa hukum dari
suatu ayat atau Kami lenyapkan dari ingatan Rasul, melainkan kami ganti dengan
yang lebih baik dari itu atau yang sepadan dengan itu … (AL BAQARAH 2 : 106)
Tidak ada hak bagi seorang rasul
mendatangkan suatu ayat, melainkan atas izin Allah. Bagi
tiap-tiap masa ada kitab ( AR-RAD 13 : 38 )
Oleh karena itu wahyu pertama yang
disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad adalah perintah membaca, setelah membaca
kemudian kita renungkan, kita buktikan atau kita uji kebenarannya melalui pengamalan atau kerja
nyata.
Bacalah atas nama Tuhanmu yang
menciptakan kamu dari segumpal darah
(AL ‘ALAQ 96 : 1-2).
Ayat Al ALAQ 96 : 1-2 ini, mengajak
manusia untuk berfikir dan berfikir agar mengerti asal-usulnya secara
embriologi kedokteran dan juga agar manusia mengerti siapa Penciptanya. Secara
tidak langsung, sejak wahyu pertama, Allah telah memerintahkan kita untuk
berfikir, berijtihad melalui proses belajar, mempelajari tanda-tanda Allah baik
yang ada di dalam Al Qur’an maupun yang ada di alam semesta. Rosulullah pun akhirnya membuka “selimutnya”
, tidak menutup diri. Beliau membuka kerudung akalnya untuk menerima tata nilai baru.
Rosullullah SAW bersabda bahwa pada
setiap ayat Al Qur’an mengandung makna
lahiriyah dan makna bathiniah. Berarti membaca bukan hanya sekedar membaca, kita
jangan dogmatis, yang hanya terpaku pada teksnya saja. Kita harus mempelajari dan menggali makna
yang hakiki dan tersembunyi, menggali makna yang tersurat dan makna yang
tersirat, makna lahiriyah dan makna bathiniah, dari bahasa perumpamaan dalam
setiap ayat Al Qur’an.
Jalaluddin Rumi mengatakan : Karena terpaku pada bentuk, engkau
tidak menyadari makna. Bila kau bijak,
ambilah mutiara dari cangkangnya.
Menurut Al Ghazali di dalam kalimat,
ayat THA MIM SIN di baliknya ada kandungan rumus dan isyarat rahasia.
Menurut penulis, dalam hal ini tidak
hanya sekedar huruf Tha Mim Sin saja, tapi juga Alif Lam Mim, Kaf Ha Ya Ain
Shod, Ha Mim Ain Sin Qof dan seterusnya, yang hanya bisa tersingkap oleh orang-orang
tertentu saja, yaitu mereka yang mempelajari ilmu al hikmah ( karomah ).
Pada saat kita mempelajari dan
menggali makna hakiki dari ayat-ayat Al Qur’an, kita harus kritis, jangan
dogmatis, jangan hanya terpaku pada teks saja. Kita juga jangan hanya sekedar mempelajari
tentang kehidupan duniawi saja, akan tetapi pelajari juga masalah-masalah
tentang kehidupan di akhirat agar kehidupan kita menjadi seimbang.
Demikianlah Allah telah membuat
perumpamaan-perumpamaan
( AR RA’AD 13 : 17 )
Sesungguhnya kami telah
mengulang-ngulang kepada manusia dalam Al Qur’an ini segala macam perumpamaan,
tetapi kebanyakan manusia mengingkarinya
(AL ISRA 17 : 89).
Demikianlah perumpamaan-perumpamaan
yang Kami buat bagi manusia, akan tetapi yang memahaminya hanya orang-orang
yang berilmu
( AL ANKABUT 29 : 43 ).
Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal (
ALI IMRON 3 : 190 )
Artikel yang bagus Dok!
BalasHapusSATU CAHAYA KEBENARAN
BalasHapusLampu-lampu itu berbeda, namun Cahaya itu sama: ia datang dari Atas. Apabila engkau terus memandangi lampu, engkau akan bingung: karena akan muncul penampakan jumlah dan keragaman. Tetapkanlah pandanganu pada Cahaya, dan engkau akan terlepas dari dualisme yang melekat pada tubuh yang terbatas. Wahai engkau yang merupakan inti keberadaan, pertentangan diantara orang Muslim, Zoroaster dan Yahudi itu tergantung pada pendirian. Beberapa orang India membawa seekor gajah, untuk mereka pertunjukan di kegelapan arena. Karena melihatnya dengan mata tidak mungkin, maka setiap orang merabanya dengan telapak tangannya. Tangan seseorang menyentuh belalainya: dia berkata, ”Binatang ini seperti pipa-air.” Yang lain meraba telinganya: baginya makhluk ini tampak seperti sebuah kipas. Yang lain memegang kakinya dan melukiskan gajah itu seperti bentuk sebuah pilar. Yang lain mengusap punggungnya. ”Sesungguhnya,” katanya, ”gajah ini menyerupai sebuah singgasana.” Setelah masing-masing memegang lilin, perbedaan pun hilang dari percakapan mereka.
-- DIA TIDAK DI TEMPAT LAIN -- JALALUDIN RUMI --- Salib dan ummat Kristen, ujung ke ujung, sudah kuuji. Dia tidak di Salib. Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno. Tidak ada tanda apa pun di dalamnya. Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah, dan ke Kandahar Aku memandang. Dia tidak di dataran tinggi maupun dataran rendah. Dengan tegas, aku pergi ke puncak gunung Kaf (yang menakjubkan). Di sana cuma ada tempat tinggal (legenda) burung Anqa. Aku pergi ke Ka’bah di Mekkah. Dia tidak ada di sana. Aku menanyakannya kepada Avicenna (lbnu Sina) sang filosuf, Dia ada di luar jangkauan Avicenna … Aku melihat ke dalam hatiku sendiri. Di situlah, tempatnya, aku melihat dirinya. Dia tidak di tempat lain.
HapusSeperti membicarakan langit, kata al Quran langit itu berlapis tujuh. Manusia menerjemahkannya dengan berbeda ragam. Ya memang manusia dan itulah manusia,... boro2 masalah yang tidak terjangkau oleh otak, yang sudah jelas juga seperti haramnya daging babi menurut semua agama... tetapi manusia mencari alsan untuk bisa memakannya. Nauudzubillah
Hapus