Translate

tema 1

tema 1
tema

Rabu, 05 Desember 2012

AGAMA ALLAH HANYA SATU


AGAMA ALLAH HANYA SATU
update 02-07-2014

Pada prinsipnya semua agama yang ada di dunia ini mengajarkan dan menganjurkan umatnya untuk berbuat kebajikan, beramal soleh serta menjauhi kemunkaran.  Semua agama juga mempunyai tujuan yang sama, yaitu membawa umatnya menuju ke arah keimanan, ketakwaan, kesucian, keselamatan dan kedamaian di dunia dan di akhirat, mengajarkan tentang kasih-sayang, kesabaran dan keikhlasan serta tata cara berserah diri kepada Allah.

Firman Allah :
Inilah jalan yang lurus menuju kepada-Ku ( AL HIJR 15 : 41 )
Jangan ikuti jalan-jalan lain ( AL AN’AM 6 : 153 )
Sesungguhnya agama kamu ini satu agama saja, dan Aku adalah Tuhan-mu, karena  itu sembahlah Aku ( AL ANBIYA 21 : 92 )

Mari kita perhatikan juga firman-firman Allah di bawah ini :
Agama di sisi Allah adalah Islam-Fitrah ( ALI IMRAN 3 : 19 )
Barang siapa mencari selain Islam-Fitrah sebagai agama dst…( ALI IMRON 3 : 85 )
Aku ridhoi Islam-Fitrah jadi agama bagimu ( AL MAIDAH 5 : 3 )

Yang dimaksud Islam dalam ketiga ayat tersebut, adalah Islam-Fitrah sebagai landasan dari Allah, apapun nama agamanya.  Berarti sejak zaman Nabi Adam, Nabi Ibrahim sampai kepada Nabi terakhir Muhammad SAW bahkan semua agama di dunia essensi dan substansinya sama.  Semuanya mengajarkan tentang Fitrah, tentang keimanan, ketakwaan, kesucian, keselamatan, kedamaian dalam kasih sayang, kesabaran dan keikhlasan, serta berserah diri kepada Tuhan.  Adapun metodenya juga sama, yaitu dimulai dengan pelajaran ke-Tauhid-an meng-ESA-kan Allah, kemudian pelajaran berikutnya adalah mengenai tata cara penyembahan, penghambaan dan ketaatan kepada DzatNya yang disebut ubudiyah.  Untuk mencapai puncak spiritual, tata caranya juga sama, yaitu melalui dzikir-meditasi…!!!

Allah berasal dari kata Al Ilah, artinya yang dirindui, Yang Disembah. Sesungguhnya pernyataan tiada Tuhan selain Allah akan membawa seluruh umat manusia di dunia kepada satu tujuan pemujaan dan pengabdian saja, yaitu Allah semata sebagai Tuhan Yang Maha Esa … Berarti sesungguhnya memang benar bahwa di dunia ini hanya ada satu agama saja yaitu : Agama yang mengajarkan kesucian, keselamatan dan kedamaian melalui kasih sayang, kesabaran dan keikhlasan serta berserah diri kepada Allah … Tiada lain yang dimaksud adalah Islam sebagai fitrah manusia…  yang sudah terprogram di dalam hati nurani kita.  Tidak ada perubahaan pada fitrah Allah.   Namun kemudian program tersebut tertutup oleh nafsu duniawi … Tertutup oleh sampah-sampah kehidupan. Seperti komputer yang kena virus sehingga harus di instal ulang melalui wahyu yang diturunkan kepada para rosul dan para Rosul itu sudah Islam, karena sudah berserah diri kepada Allah.  Wahyu Allah yang diturunkan kepada rosul sebelumnya ke rosul berikutnya berkesinambungan, mengalami perkembangan, ada revisi dan koreksi, saling melengkapi, serta ada proses penyempurnaan…
Hadapkan wajahmu dengan lurus kepada agama fitrah, Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah …
( AR-RUM 30 : 30 )

Sesungguhnya ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan AKU adalah Tuham-mu, maka bertaqwalah kepada-KU  ( AL MU’MINUN 23 : 52 )
Kemudian mereka menjadikan agama mereka terpecah-belah menjadi beberapa pecahan.  Tiap-tiap golongan merasa bangga ( EGO ) dengan apa yang ada pada sisi mereka ( masing-masing ).  Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu   ( AL MU’MINUN 23 : 53-54 )

Malalui tata cara ( syariat ) Ubudiyah ini Nabi Muhammad SAW mulai mengalihkan objek pemujaan mereka dari penyembahan berhala, dialihkan kepada tata cara dzikrullah, yaitu tata cara mengingat Allah YME dalam arti kata yang luas.
Dalam hal ini pelajaran ke-Islam-an yang diberikan oleh Muhammad SAW adalah yang paling sempurna karena memang Allah telah menyempurnakannya serta telah tersusun di dalam Al Qur’an secara sistematis, jelas dan gamblang.

Inilah suatu kitab yang ayat-ayatnya tersusun rapih, kemudian dijelaskan dari (Tuhan) Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui ( HUD 11 : 1 )

Dengan demikian Al Qur’an merupakan himpunan pelajaran ke-Islam-an, himpunan pelajaran tentang fitrah sejak dari zaman Nabi Adam sampai kepada nabi terakhir Muhammad SAW yang diturunkan secara bertahap ayat demi ayat  sesuai dengan permasalahan yang terjadi saat itu, sesuai dengan kebutuhan zaman bahkan masih relevan baik untuk masa kini maupun untuk masa-masa yang akan datang, bagi mereka yang mau berpikir, memakai nalar, tidak dogmatis dan tidak kaku.

Dan berkatalah orang-orang kafir mengapa Al Qur’an tiada diturunkan kepadanya secara keseluruhan yang lengkap dan sempurna ? Demikianlah Kami lakukan untuk menguatkan hatimu dengannya dan Kami membacakannya dengan terang, perlahan-lahan, berulang-ulang, sebagian demi sebagian dan setiap mereka datang kepadamu membawa suatu permasalahan, tentulah Kami datangkan kepadamu kebenaran dan sebaik-baiknya tafsiran ( AL FURQON 25 : 32-33 )

Kami turunkan Al Qur’an kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu
(AN NAHL 16 : 89)
Kami turunkan Al Qur’an kepadamu dengan membawa kebenaran untuk mengoreksi kitab-kitab sebelumnya ( AL MAIDAH 5 : 48 )

Dengan demikian isi Al Qur’an tidak hanya sekedar mengenai tata cara Ubudiyah saja, akan tetapi mencakup juga semua aspek dan semua norma-norma kehidupan umat manusia, antara lain tentang alam semesta, hewan ternak, pertanian, kelautan, pembagian harta warisan, pernikahan, perniagaan, etika pergaulan, pengobatan dsb.  Untuk urusan duniawi, Allah Maha Mengetahui kebutuhan bangsa Arab jahiliyah saat itu, disesuaikan dengan budaya dan peradaban Arab saat itu… Kita harus memahami kandungan Al Qur’an, mana yang ajaran Islam dan mana budaya Arab.  Menurut Bung Karno : Islam is not merely a religion, but Islam is a way of life.  Islam bukan hanya sekedar agama, namun juga sebagai jalan kehidupan.  
Way of life terutama bagi Bangsa Arab..sesuai dengan budayanya…
Oleh karena itu Rosulullah bersabda :
Urusan dunia engkau lebih tahu, tapi tata cara beribadah ikutilah cara-ku… 
Berarti hukum-hukum untuk urusan duniawi masih bisa dirubah, disesuaikan dengan kearifan lokal, disesuaikan dengan kultur setempat dimana kita berada…  
Al Qur’an telah melakukan koreksi atau penyempurnaan terhadap peraturan-peraturan lama yang dirasakan sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan zaman.  Penyempurnaan bukan berarti dihilangkan sama sekali, namun ada bagian yang diganti dengan yang lebih baik atau dengan yang sepadan, sesuai kebutuhan.  Contohnya Rukun Islam : Dari lima Rukun Islam, tambahan dari Rosulullah hanya dua kalimah syahadat saja, yang empat lainnya, sholat, puasa, zakat dan ibadah haji sudah ada sebelum Nabi Muhammad dilahirkan, sudah ada sejak kaum dan nabi sebelumnya.  Ibadah haji sudah ada sejak zaman nabi Ibrahim.   Kearifan lokal tidak dibuang dan tidak diharamkan, namun tetap dipertahankan oleh Rosulullah…

…diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu … (AL BAQARAH 2 : 183 )

Nabi Isa berkata : Dia ( Allah ) memerintahkan aku sholat dan ( menunaikan ) zakat selama aku hidup ( MARYAM 19 : 31 )

Tidak Kami rubah jiwa hukum dari suatu ayat atau Kami lenyapkan dari ingatan Rasul, melainkan kami ganti dengan yang lebih baik dari itu atau yang sepadan dengan itu … (AL BAQARAH 2 : 106)
Tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan suatu ayat, melainkan atas izin Allah.  Bagi tiap-tiap masa ada kitab ( AR-RAD 13 : 38 )

Oleh karena itu wahyu pertama yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad adalah perintah membaca, setelah membaca kemudian kita renungkan, kita buktikan atau kita uji  kebenarannya melalui pengamalan atau kerja nyata.
Bacalah atas nama Tuhanmu yang menciptakan kamu dari segumpal darah
 (AL ‘ALAQ 96 : 1-2).

Ayat Al ALAQ 96 : 1-2 ini, mengajak manusia untuk berfikir dan berfikir agar mengerti asal-usulnya secara embriologi kedokteran dan juga agar manusia mengerti siapa Penciptanya. Secara tidak langsung, sejak wahyu pertama, Allah telah memerintahkan kita untuk berfikir, berijtihad melalui proses belajar, mempelajari tanda-tanda Allah baik yang ada di dalam Al Qur’an maupun yang ada di alam semesta.  Rosulullah pun akhirnya membuka “selimutnya” , tidak menutup diri.   Beliau membuka kerudung akalnya untuk menerima tata nilai baru.
Rosullullah SAW bersabda bahwa pada setiap ayat Al Qur’an mengandung makna lahiriyah dan makna bathiniah.  Berarti membaca bukan hanya sekedar membaca, kita jangan dogmatis, yang hanya terpaku pada teksnya saja.  Kita harus mempelajari dan menggali makna yang hakiki dan tersembunyi, menggali makna yang tersurat dan makna yang tersirat, makna lahiriyah dan makna bathiniah, dari bahasa perumpamaan dalam setiap ayat Al Qur’an. 
Jalaluddin Rumi mengatakan : Karena terpaku pada bentuk, engkau tidak menyadari makna.  Bila kau bijak, ambilah mutiara dari cangkangnya.
Menurut Al Ghazali di dalam kalimat, ayat THA MIM SIN di baliknya ada kandungan rumus dan isyarat rahasia.  
Menurut penulis, dalam hal ini tidak hanya sekedar huruf Tha Mim Sin saja, tapi juga Alif Lam Mim, Kaf Ha Ya Ain Shod, Ha Mim Ain Sin Qof dan seterusnya, yang hanya bisa tersingkap oleh orang-orang tertentu saja, yaitu mereka yang mempelajari ilmu al hikmah ( karomah ).
Pada saat kita mempelajari dan menggali makna hakiki dari ayat-ayat Al Qur’an, kita harus kritis, jangan dogmatis, jangan hanya terpaku pada teks saja.  Kita juga jangan hanya sekedar mempelajari tentang kehidupan duniawi saja, akan tetapi pelajari juga masalah-masalah tentang kehidupan di akhirat agar kehidupan kita menjadi seimbang.           

Demikianlah Allah telah membuat perumpamaan-perumpamaan
( AR RA’AD 13 : 17 )
Sesungguhnya kami telah mengulang-ngulang kepada manusia dalam Al Qur’an ini segala macam perumpamaan, tetapi kebanyakan manusia mengingkarinya
 (AL ISRA 17 : 89).
Demikianlah perumpamaan-perumpamaan yang Kami buat bagi manusia, akan tetapi yang memahaminya hanya orang-orang yang berilmu
( AL ANKABUT 29 : 43 ).
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ( ALI IMRON 3 : 190 )
                                         


4 komentar:

  1. SATU CAHAYA KEBENARAN
    Lampu-lampu itu berbeda, namun Cahaya itu sama: ia datang dari Atas. Apabila engkau terus memandangi lampu, engkau akan bingung: karena akan muncul penampakan jumlah dan keragaman. Tetapkanlah pandanganu pada Cahaya, dan engkau akan terlepas dari dualisme yang melekat pada tubuh yang terbatas. Wahai engkau yang merupakan inti keberadaan, pertentangan diantara orang Muslim, Zoroaster dan Yahudi itu tergantung pada pendirian. Beberapa orang India membawa seekor gajah, untuk mereka pertunjukan di kegelapan arena. Karena melihatnya dengan mata tidak mungkin, maka setiap orang merabanya dengan telapak tangannya. Tangan seseorang menyentuh belalainya: dia berkata, ”Binatang ini seperti pipa-air.” Yang lain meraba telinganya: baginya makhluk ini tampak seperti sebuah kipas. Yang lain memegang kakinya dan melukiskan gajah itu seperti bentuk sebuah pilar. Yang lain mengusap punggungnya. ”Sesungguhnya,” katanya, ”gajah ini menyerupai sebuah singgasana.” Setelah masing-masing memegang lilin, perbedaan pun hilang dari percakapan mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. -- DIA TIDAK DI TEMPAT LAIN -- JALALUDIN RUMI --- Salib dan ummat Kristen, ujung ke ujung, sudah kuuji. Dia tidak di Salib. Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno. Tidak ada tanda apa pun di dalamnya. Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah, dan ke Kandahar Aku memandang. Dia tidak di dataran tinggi maupun dataran rendah. Dengan tegas, aku pergi ke puncak gunung Kaf (yang menakjubkan). Di sana cuma ada tempat tinggal (legenda) burung Anqa. Aku pergi ke Ka’bah di Mekkah. Dia tidak ada di sana. Aku menanyakannya kepada Avicenna (lbnu Sina) sang filosuf, Dia ada di luar jangkauan Avicenna … Aku melihat ke dalam hatiku sendiri. Di situlah, tempatnya, aku melihat dirinya. Dia tidak di tempat lain.

      Hapus
    2. Seperti membicarakan langit, kata al Quran langit itu berlapis tujuh. Manusia menerjemahkannya dengan berbeda ragam. Ya memang manusia dan itulah manusia,... boro2 masalah yang tidak terjangkau oleh otak, yang sudah jelas juga seperti haramnya daging babi menurut semua agama... tetapi manusia mencari alsan untuk bisa memakannya. Nauudzubillah

      Hapus