NASKAH BUKU
ADAKAH
REINKARNASI
DI DALAM AL QUR’AN
Edisi revisi
27 Februari 2015
Disusun oleh
Dr. H MAMAN SW Sp OG
http:
//www.slideshare.net/drmaman
http
: //www.drmamanspog.blogspot.com
Tuhan
menjadikan manusia berkeinginan,
Cinta terhadap
wanita, putera-puteri,
Emas-perak,
kuda pilihan, ternak, sawah-ladang,
Semuanya itu
hanya secuil kesenangan hidup di dunia saja
Namun Allah-lah seindah-indahnya
tempat untuk kembali
(ALI IMRAN 3 : 14)
Janganlah kamu
mengira orang-orang yang meninggal di jalan Allah itu mati,
Tidak…!!! Mereka tetap hidup di sisi Tuhan-nya dan
mendapat rizki
( ALI IMRAN 3 : 169 )
Allah yang meninggikan langit tanpa
tiang yang tampak olehmu
Kemudian Dia bersemayam di atas
arasy
dan menundukan matahari dan bulan,
masing-masing beredar sesuai waktu
yang telah ditetapkan
Tuhan mengatur segala urusan
dan menjelaskan tanda-tanda
kebesaran-Nya
agar kamu meyakini pertemuan dengan
Tuhan-mu
( AR-RA’D 13 : 2 )
PULANG KAMPUNG
Goresan penaku adalah gelora jiwaku yang
resah gelisah
yang mengalir dari sungai
kehidupanku
menuju samudera keabadian
Ku cari bumi pelarian dengan dada
yang senantiasa berdesah
Geram tenggelam kelam dalam keranda
jalang malam jahanam
Akhirnya terhempas tinggal ampas
Hati menjerit merintih ke langit
Menggelepar atas angan-angan yang
panjang
Ku coba mencari Cahaya Yang Hakiki
Meniti gili-gili menyusuri tepian
kali
Menapak jejak leluhur
Disini air dan darah ibuku tertumpah
Tanah kelahiran … Lembut menyambut
Mesra membelai mereka yang istirah
dan tetirah
Kerinduanku …
bergayut pada pucuk-pucuk pohon
jambu
bersama Yoyo, Edi, Uhi dan Dudung
Di tanah ini ku rasakan kedamaian
Kesadaran ku menggeliat…. Sumerah
pasrah
Aku harus berpacu dengan waktu
Matahari-ku … pasti berlalu
Langit ku telah senja… lembayung
sutera
Ibu Ayu…. Aku pun lelah sudah
Janganlah kau kutuk… bila aku
mengantuk
Di haribaanmu… biarkan tidurku lelap
Tugel rasa… as nyawa putih
Badan rebah…. ruh ngadeg
Purkutut… paksi mabur… kurungan
katut
Dzat hilang tanpa kumpulan
Kahanan jati ning ora
Ya Ingsun Badan Kasirnaan…
Nur Haq… Nur Kudrat …Kun Dzat
Mulia Sampurna
Mulih ke jati… pulang ke asal…
pulang ke Rahmatullah
Aku datang… Ya Allah… Aku datang
Cierebon, malam tahun baru 31 Des.
1999
DAFTAR ISI
- DONGENG PENDAHULUAN Hal 04
- SEBUAH IJTIHAD 08
- SURGA-NERAKA DIMANAKAH DIKAU 12
- MASALAH RUH 15
- PROSES TERJADINYA RUH 17
- PERKEMBANGAN JANIN MENURUT AL QUR’AN 21
- TANDA – TANDA MENJELANG KEMATIAN 23
- KEBANGKITAN RUH DAN PENGHISABAN 24
- AYAT-AYAT MENGENAI REINKARNASI 32
- BAGI MEREKA YANG MEYAKINI REINKARNASI 32
- BAGI MEREKA YANG MERAGUKAN REINKARNASI 33
- REINKARNASI BAGAIKAN SIKLUS SIANG DAN MALAM 36
- HARI KEBANGKITANYANG INDAH, CERIA DAN DAMAI 37
- REINKARNASI SEBAGAI BUKTI ALLAH MAHA ADIL 39
- BENCANA ALAM DAN KEMATIAN MASAL 39
- SANGGAHAN DARI PIHAK YANG BERWENANG 40
- SANGGAHAN DARI MEREKA YANG RAGU 42
- PENELITIAN TENTANG REINKARNASI 52
- KESIMPULAN 57
- BAHAN BACAAN 60
DONGENG PENDAHULUAN
Bismillaahirrahmanirrahiim…
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi atas segala rahmat dan nikmat
serta hidayah-NYA yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis
berkesempatan untuk menunaikan rukun Islam yang ke lima pada bulan April 1998 (Dzulhijah 1419).
Penulis ikut rombongan jemaah haji dari pesantren Yayasan Al Amanah Cililin
Bandung, dibawah bimbingan Bapak Drs K.H. A. Manshur bin K.H. Makmun. Beliau pernah bermukim di Mekah selama tujuh
tahun…
Pada
saat di Mekah, kami berziarah ke tempat pemakaman umum bagi kaum Muslimin
termasuk para jema’ah yang meninggal di Mekah yang disebut MA’LA. Tempatnya
datar seperti lapangan tanpa rumput, hanya ada batu-batu sebesar kepala sebagai
tanda bahwa di bawahnya ada makam. Setiap lubang makam berisi lebih dari satu
orang, bisa sampai 5-6 orang. Lubang makam
dindingnya dibeton, setelah dimakamkan setahun, lubang tersebut digali kembali,
dikosongkan untuk pemakaman berikutnya. Sisa tulang belulangnya entah dibuang kemana. Dengan demikian tempat pemakaman ini dari
sejak dahulu sampai sekarang luasnya tetap, tidak berkurang dan tidak juga
bertambah.
Menurut
keterangan Bapak Drs. K.H. Manshur ada jenazah seorang ulama besar dari Indonesia
yang sangat terkenal yang wafat dan dimakamkan di pemakaman ini, yaitu Sech
K.H. Nawawi al Bantani (dari Banten Jawa Barat). Makam beliau pernah beberapa kali dibongkar
ternyata jasadnya dan kain kafannya masih tetap utuh. Untuk menghormati beliau, maka makamnya tidak
pernah dibongkar lagi.
Sebelum
kembali ke tanah air, kami sempat tinggal di Medinah selama 8 hari. Pada suatu hari di masjid Nabawi Medinah,
sambil menunggu sholat dzuhur, penulis sempat berbincang-bincang dengan sesama
jema’ah yang berasal dari Balikpapan, yaitu Bapak H. Tony Suryaatmaja SE dan
Bapak H. Abd. Radjak dari Tarakan Kalimantan Timur.
H.
Tony S. SE ini menceritakan pengalaman anehnya yang terjadi pada saat di
Masjidil Haram, Mekah. Setelah beliau
selesai mengerjakan putaran ke tujuh thowaf haji, sambil berjalan beliau
berdo’a dan bersyukur, kedua tangan terangkat disertai pandangan mata lurus ke
arah depan. Pada saat itu dia terkejut karena tidak jauh
di hadapannya ada seseorang yang menoleh, melihat dan tersenyum kepadanya.
Orang
tersebut wajahnya sangat mirip sekali dengan wajah mertuanya (Bapak Mertua)
yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Mertua
beliau ini semasa hidupnya dikenal sebagai seorang ulama tempat bertanya bagi
masyarakat di sekitarnya bahkan sampai ketempat yang jauh-jauh. Mertua ini meninggal dengan cara yang aneh
tapi nyata, dimana pada saat jenazahnya menyentuh tanah, jasadnya langsung
hilang, yang tertinggal hanya kain kafannya saja. H. Tony S. merupakan saksi
mata, karena dia sendiri yang mengatur posisi kepala mertuanya agar menghadap
ke kiblat dan mencium tanah. Saksi lainnya yang turun ke liang lahat adalah
anaknya yang laki-laki serta adik mertuanya. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, maka
dengan secepatnya dilakukan penutupan dengan papan seperti biasa dan segera
ditimbun dengan tanah. Kejadian tersebut sangat dirahasiakan oleh mereka
bertiga, sampai terjadi peristiwa di Mekah.
Perlu
kita ketahui bahwa mertua H. Tony S ini
berasal dari daerah Martapura – Kalimantan Selatan, dan pernah berguru kepada
Sech al Banjari, mungkin keturunannya. Sech
al Banjari ini dikenal sebagai salah seorang wali Allah yang bermukim di
martapura sampai wafat dan dimakamkannya juga di Martapura, kebetulan penulis
pernah bertugas di sana. Menurut keterangan para sesepuh di Martapura, salah
satu dari keturunan Sech al Banjari ini pasti ada yang menjadi wali.
Dengan
demikian ada 2 versi cara kematian yang sangat kontras yang diperlihatkan atau
yang dikisahkan kepada kami yang
terlibat dalam obrolan pada saat itu. Ulama yang pertama dikisahkan meninggal
dengan jasad dan kain kafannya yang tetap utuh, ulama yang kedua dikisahkan
oleh saksi mata di liang lahat, setelah jenazahnya mencium tanah kemudian
jasadnya menghilang. Kami hanya bisa berucap Allahu Akbar, Maha Suci Engkau,
sesungguhnya kami orang yang dzolim.
Untuk
beberapa saat suasanapun menjadi hening … Apa … Mengapa … dan Bagaimana ilmunya
…??? Mana yang terbaik dari keduanya
…??? Itulah yang menjadi pertanyaan kami…
Semua ilmu adalah milik Allah.
Menurut
Al Ghazali : Semulia-mulianya ilmu adalah ilmu mengenal Allah …
Laa illaaha ilallaah … Laa adalah tiada .. Keakuan kita
musnah, dunia dan sekitarnya juga lenyap, fana … yang ada hanya Allah … Dia
ada. Tiada sesuatu apapun disamping NYA …
Segala sesuatu akan musnah, kecuali wajah-Nya (AL QASHASH 28 : 88).
Kita semua milik Allah, akan kembali kepada Allah (AL BAQARAH 2 : 156).
Janganlah engkau mati kecuali dalam keadaan berserah
diri (ALI IMRAN
3 : 102).
Atas
dasar ayat-ayat tersebut di atas, maka yang disebut kembali kepada Allah itu
seharusnya bagaimana ??? Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah itu yang
bagaimana ??? Manakala kita berserah diri kepada Allah, masih adakah rasa
ke-aku-an dalam diri kita ??? Bukankah rasa keakuan merupakan dosa sirik yang
tersembunyi ?? Apakah hal itu tidak akan merusak keikhlasan dan keimanan kita
??? Masih adakah rasa ke-aku-an di dalam diri kedua ulama yang dikisahkan di
atas ???
Muhammad
Rosulullah S.A.W bersabda :
Mintalah fatwa kepada
hatimu sendiri, meskipun orang lain telah memberimu fatwa, meskipun orang lain
telah memberimu fatwa, meskipun orang lain telah memberimu fatwa …
Yang terbaik adalah
yang menentramkan ruhani … Demikian kata Rosulullah.
Al
Qur’an sendiri mengatakan agar kita senantiasa berpikir, berpikir dan berpikir,
apakah engkau tidak mengetahui. Berarti untuk kedua kasus diatas, mana yang
terbaik silahkan pikirkan sendiri …
Oleh
karena itu, penulis tidak merasa berhak untuk memberikan penilaian kepada kedua ulama tersebut. Walau
bagaimanapun, untuk mencapai tingkatan seperti kedua ulama tersebut tentu bukan
suatu pekerjaan yang mudah. Apakah ada pelajaran khusus yang dimiliki oleh
kedua ulama tersebut ??? Siapa gurunya ??? Kemana mencarinya ??? Seandainya
Allah berkenan memberikan sedikit pengetahuan kepada kita yang awam ini agar
bisa mengetahui mengenai hari H kita. Hal itu sudah merupakan suatu bonus yang
luar biasa bagi kita yang harus kita syukuri sekali … Apalagi kalau kita bisa
seperti kedua ulama tersebut.
Akhirnya
obrolan pun bergeser ke masalah ada tidaknya reinkarnasi dalam ajaran Al
Qur’an. Sebagian besar dari umat Islam agaknya tidak mempercayai adanya
reinkarnasi ini. Akan tetapi bagi mereka yang beragama Hindu, Budha atau
mungkin juga ajaran Kong Hu Cu, justru sebaliknya, mereka percaya akan adanya
reinkarnasi dalam siklus kehidupan berikutnya.
Mungkin
kita pernah membaca mengenai kematian Dalai Lama yang bernama Lama THUBTEN
YESHE, kemudian muncul kembali ber-reinkarnasi pada seorang anak laki-laki yang
bernama OSEL di negara Spanyol. Konon kabarnya, kedua orang tua si anak
tersebut adalah penganut agama Dalai Lama Tibet. Silahkan baca buku Mackenzie
tentang reinkarnasi.
Ada suatu kisah populer yang pernah
terjadi di dalam lingkungan keluarga penulis. Kisah itu pun pernah disampaikan
oleh ayahanda almarhum kepada penulis setelah penulis dewasa. Kisah itu terjadi pada saat acara khitanan
kakak penulis yang bernama Yahya Zakaria Wiriaatmadja (almarhum). Sebagai tradisi khitanan di daerah kami di
Jawa Barat, pada umumnya hewan yang disembelih saat mengkhitan anak laki-laki
adalah seekor ayam jantan yang disebut sebagai “bela”. Namun untuk perjamuan tersebut, ayahanda
almarhum telah mempersiapkan juga seekor sapi jantan yang besar, berwarna
coklat kehitam-hitaman, benar-benar gagah, mirip seekor banteng.
Pada
saat direbahkan akan disembelih, sapi jantan tersebut meronta-ronta, mengamuk walaupun
akhirnya dia menyerah juga. Kemudian
keajaiban pun terjadi, ternyata sapi itu kebal. Golok jagal yang dipakai untuk menyembelih
lehernya, ternyata tidak bisa melukai sapi tersebut, goloknya seperti tumpul. Akhirnya sang jagal pun menghadap dan melaporkan
kejadian aneh bin ajaib tersebut, sambil menyerahkan goloknya kepada ayahanda
almarhum. Atas kejadian itu sesungguhnya ayahanda pun agak terkejut, beliaupun
teringat akan sesuatu yang kemudian beliau rahasiakan kepada siapapun termasuk
kepada jagal tersebut. Golok pun
diterima dan dibawa ayahanda masuk ke dalam kamar, kemudian beliau berdo’a
memohon keridhoan Allah. Setelah selesai
berdoa golok tersebut diserahkan kembali kepada jagal yang akan mengerjakan
penyembelihan …
Sang
sapi pun ternyata tidak meronta-ronta lagi, terkesan pasrah dan mengeluarkan
air mata, sehingga orang-orang yang menyaksikan pun merasa aneh, bahkan ada
yang berkata : Sapinya kok menangis, seperti manusia saja !? … Selanjutnya
penyembelihan bisa dikerjakan dengan mudah sekali…
Yang
dirahasiakan oleh ayahanda almarhum adalah bahwa pada malam sebelumnya ayahanda
pernah bermimpi didatangi seorang laki-laki dengan perawakan yang gagah, kumis
melintang dan berpakain seperti seorang jawara. Setelah uluk salam, si orang ini memohon
dengan sangat agar dia “disempurnakan”
oleh ayahanda. Kemudian malam hari setelah penyembelihan itu, ayahanda pun
bermimpi didatangi orang itu lagi, dia mengucapkan terima kasih kepada ayahanda
karena dia telah “disempurnakan”,
kemudian dia mohon diri dan langsung pergi …
Menurut
ayahanda, almarhum kakek juga pernah melakukan proses “penyempurnaan” pada 2
ekor kambing yang disembelihnya, dimandikan kemudian dikafani dan dikuburkan.
Ketika
ayahanda dalam keadaan sakit parah karena kanker usus, penulis masih ingat saat
beliau dirawat di Rumah Sakit, beliau sempat memberi wejangan kepada penulis
bahwa beliau tidak akan meninggal di Rumah Sakit dan seandainya pulang
kehadirat Allah pun dia akan pulang pada hari Jumat. Kemudian beliau menambahkan bahwa sekarang ini
dia sedang menunggu satu tanda lagi, dimana bila tanda itu datang berarti hari
yang tersisa hanya tinggal 1 hari saja dan mungkin tidak akan sempat bertemu
lagi. Pada waktu itu penulis tidak
berani bertanya hari Jumatnya adalah Jumat yang mana, Jumat yang kapan ???
Ternyata memang beliau meninggal dunia pada hari Jumat 28 Desember 1984 pukul
04.00 WIB dan memang penulis tidak sempat berjumpa lagi dengan beliau.
Selanjutnya
ayahanda almarhum pernah mengatakan bahwa dia tidak mau kalau harus menitis
kembali (reinkarnasi), alasannya adalah bahwa perjalanan melalui reinkarnasi
itu sangat melelahkan, karena jadi bodoh lagi, sehingga harus merayap lagi dari
bawah, apalagi bila lahirnya di kolong jembatan … jadi anak gembel … Seandainya
dilahirkan sebagai anak konglomerat pun belum tentu bisa hidup enak.
Beliau
berpesan : Bila saatmu tiba, kamu pulang jangan sampai kesasar. Situasi ayah sudah tidak mungkin untuk
memberikan pelajaran ini, maka sebaiknya kamu harus mencoba mencari pelajaran
tersebut di Cirebon, mudah-mudahan di Cirebon masih ada yang memiliki pelajaran
ini, walaupun sangat sedikit sekali kemungkinan untuk mendapatkannya …Demikian
pesan terakhir almarhum yang disampaikan kepada penulis…Dari kata-kata beliau,
penulis mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan beliau memiliki pelajaran khusus
untuk maksud tersebut …
Semoga
Allah membimbing penulis dengan Cahaya-Nya kepada Cahaya-Nya.
Amin
… Amin … Ya Robbal Alamin …
SEBUAH IJTIHAD
Ketiga
kisah tersebut menjadi dorongan bagi penulis untuk membuka kembali setiap
lembar Al Qur’an, terutama yang berkaitan dengan masalah ruh dan reinkarnasi.
Sebelumnya memang penulis pernah menggaris bawahi beberapa ayat yang berkaitan
dengan masalah ruh dan masalah reinkarnasi ini, namun hati penulis masih merasa
belum pas, karena buku-buku tinjauan kepustakaan mengenai masalah ini sangat
sulit di dapat. Apalagi di kota kecil seperti di
Cirebon, walaupun sekarang di Cirebon sudah ada Toko Buku Besar Gramedia.
Pada
suatu hari secara kebetulan, penulis mendapat pinjaman sebuah foto copy dari
buku karangan H. E Semedi yang berjudul “SEBUAH IJTIHAD”. Ternyata materi isi buku tersebut adalah bahasan
mengenai reinkarnasi berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an yang agaknya selama ini
kurang diperhatikan bahkan tidak dipercayai oleh sebagian besar umat Islam.
Hanya
sayang sekali foto copy buku yang saya terima itu tidak mengikut sertakan baik
nama percetakannya ataupun nama penerbitnya. Walaupun tulisannya sudah agak
kabur, karena hasil foto copy buku yang difoto copy ulang, namun masih bisa
dibaca dan sangat bermanfaat sekali bagi penulis. Buku tersebut telah membuka
wawasan penulis serta menambah keyakinan penulis mengenai betapa universalnya
dan betapa sempurnanya ajaran Islam di dalam Al Qur’an. Untuk itu penulis
mengucapkan rasa terima kasih kepada pengirim buku tersebut dan juga kepada
penulisnya, yaitu H. E. Semedi.
Oleh
karena kondisi tulisan foto copy tersebut sudah mengabur, maka penulis berusaha
membuat ringkasannya saja serta tanpa mengurangi rasa hormat penulis pada H. E.
Semedi, penulis juga memberikan beberapa catatan sesuai dengan apa yang ditulis
oleh Semedi sendiri dan juga sesuai dengan keyakinan penulis.
Di
dalam buku tersebut, menurut H. E. Semedi, setiap manusia akan ber-reinkarnasi
atau dilahirkan kembali menjadi manusia harus melalui rahim manusia juga.
Manusia tidak akan dilahirkan kembali menjadi hewan melalui rahim hewan. Dalam hal ini mungkin beliau khilaf bahwa bagi
Allah tidak ada sesuatupun yang tidak mungkin. Allah-lah yang Maha Kuasa atas
segalanya. Allah yang menghidupkan, yang mematikan dan Allah juga yang
menghidupkan kembali. Allah yang berkuasa untuk merubah dan memberi kita
bentuk, apapun bentuknya.
Kami menentukan kematian di antara kamu dan Kami
berkuasa merubah rupa kamu dan menciptakan ( kembali ) dalam ( bentuk ) yang
tidak kamu ketahui
(AL
WAAQI’AH 56 : 60-61).
Hai manusia, apa yang memeperdayakan kamu terhadap
Tuhan-mu Yang Maha Pemurah, yang menciptakan kamu, lalu membentuk dan
menyempurnakan kamu dalam bentuk yang dikehendaki-Nya Dia membentuk tubuhmu
(AL
INFITHAAR 82 : 6-8).
Lalu Kami berfirman kepada mereka : JADILAH
KAMU KERA !!!
(AL
BAQARAH 2 : 65).
Tatkala mereka melanggar apa yang dilarang baginya, kepadanya : JADILAH KAMU KERA YANG DIJAUHI DAN DI BENCI ( AL-A’RAF 7 : 166 ).
… Yaitu orang-orang yang dikutuki
dan dimurkai Allah, di antara mereka ( ada ) yang dijadikan
kera dan babi …
( AL MA’IDAH 5 : 60 )
Walaupun
mungkin yang dimaksud adalah perubahan moralnya menjadi seperti kera, akan
tetapi bila Tuhan menghendaki orang durjana itu dilahirkan kembali melalui
rahim kera, kemudian hidup menjadi seekor kera, maka siapa yang kuasa mencegah
kehendak Allah.
Sedangkan
H. E. Semedi sendiri berpendapat bahwa bila seseorang dilahirkan kembali ke
dunia, reinkarnasi, dengan jasmaninya yang baru ini, maka identitas orang
tersebut bisa berubah. Kebangsaannya atau kaumnya dan jenis kelaminnya pun bisa
berubah. Berarti menjadi se-ekor hewanpun seharusnya bisa. Bila Tuhan menghendaki, bentuk apapun bisa
terjadi.
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dia memberikan anak perempuan kepada yang Dia
kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada yang Dia kehendaki (ASY-SYUURA 42 : 49).
Tidak Aku sia-siakan amal siapapun yang beramal, baik laki-laki
atau perempuan . Kamu berasal satu
daripada yang lain.
(ALI IMRAN 3 : 195).
Pembahasan
mengenai reinkarnasi ini tentu akan mencakup masalah ruh, masalah alam akhirat,
masalah kurun waktu di alam akhirat yang semuanya itu tidak bisa dibuktikan secara
nyata. Selain itu juga menyangkut masalah
ayat-ayat Al Qur’an yang mutasyabihaat, yang mengandung kiasan-kiasan dan
perumpamaan-perumpamaan. Untuk mentafsirkan ayat-ayat tersebut diperlukan suatu
pengkajian dan penghayatan yang sangat mendalam.
Masalah
kita harus percaya atau tidak akan adanya reinkarnasi, itu tergantung kepada
diri pribadi masing-masing. Islam
mengajarkan agar kita berani berijtihad, berani untuk mengajukan pendapat
masing-masing. Terserah lu…EGP bro…
Barang siapa berijtihad, apabila dia benar, maka
baginya dua pahala dan apabila salah, maka baginya satu pahala ( Hadits Rosulullah SAW ).
Setelah
kita mengetahui adanya reinkarnasi berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an, maka
menurut pendapat penulis, yang penting adalah mencari dan mempelajari ilmunya,
bagaimana tata cara pelaksanaan pengamalan dan penghayatannya, sesuai dengan
ajaran Al Qur’an dan Sunnah, sehingga kita hidup di dunia ini tidak membabi
buta, serta kita bisa selamat sampai kembali kepada Illaahi Robbi.
Bila kita buta di dunia, maka di akhirat pun akan buta. (AL ISRA 17 : 72).
Sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunnya pada
hari kebangkitan dalam keadaan buta. (THAAHAA 20 : 124).
Oleh
karena mereka buta, maka Ruh mereka tersesat masuk ke rahim hewan, sehingga
mereka terlahir kembali ke dunia ini sebagai hewan. Hal itu adalah merupakan
hukuman dari Allah, sesuai dengan amal dan perbuatannya tatkala mereka hidup di
dunia dimana perbuatannya lebih hina dari hewan.
Bagi
mereka yang beriman kepada Allah semata, maka Allah akan membimbing dengan
Cahaya-Nya kepada Cahaya-Nya. Mereka
akan mendapat keridhoan Allah dan mendapat ucapan selamat dari Allah.
Cahaya di atas Cahaya, Allah menuntun kepada Cahaya-Nya
kepada yang dikehendaki-Nya
(AN NUUR 24 : 35).
Wahai nafsu mutmainah (jiwa yang tenang), datanglah
kepada Tuhan-mu dengan rasa suka cita dan penuh keridhoan, masuklah ke dalam
golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah kedalam surga-Ku. (AL FAJR 89 : 27-30).
Ucapan selamat dari Tuhan-mu. Salaamun qaulam
mirobbirohiim
(YAASIN 36 : 58).
Untuk
mendapat taufik dan hidayah Allah, keridhoan Allah serta ucapan selamat dari
Allah, tentu bukan suatu hal yang mudah. Hal ini tergantung kepada kesabaran kita,
keimanan, keikhlasan serta tetap (istiqomah) bertawakal semata-semata kepada
Allah di dalam setiap menghadapi ujian dari Allah tatkala kita hidup di dunia.
Jika mereka tetap ( istiqomqh ) menempuh jalan (
tariqat ) itu, sesungguhnya akan kami beri air ( rizki, rahmat, makrifat ) yang
berlimpah-limpah
(AL JIN 72 : 16).
Adanya
reinkarnasi ini justru untuk membuktikan kepada kita bahwa Allah itu Maha
Pengampun, Maha Adil serta Maha Bijaksana. Mengapa demikian ??? Karena Allah
akan memberi ampunan, katakanlah suatu grasi atau suatu remisi bagi manusia
durjana sekalipun. Islam tidak menganut
paham Unforgiving God, kecuali bagi mereka yang mempersekutukan Allah …
Demikianlah menurut H. E. Semedi.
Bila manusia itu mati
maka ada tiga hal yang bisa menolongnya, yaitu : Amal kebaikannya, ilmu yang
diamalkannya dan do’a anak yang soleh
( Hadits Rosulullah ).
Katakanlah : Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui
batas terhadap diri sendiri, janganlah kamu berputus asa atas rahmat Allah yang
akan mengampuni segala dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(AZ-ZUMAR
53).
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, tetapi
Dia mengampuni dosa-dosa selain itu terhadap orang-orang yang diridhoi-Nya (AN NISAA 4 : 48).
Kami akan memasang timbangan yang adil untuk hari
kebangkitan, sehingga tak ada orang yang rugi sedikitpun, biarpun amalan itu
hanya seberat biji sawi, Kami akan memperlihatkannya dan Kami cukup sebagai
penghisab.
(AL
ANBIYAA 21 : 47).
Sebaiknya
bagi mereka yang soleh, mereka akan mendapat pahala di dunia dan di akhirat. Walaupun mereka sudah meninggal dunia, do’a
dan amal ibadahnya masih tetap tercatat sebagai tabungan di akhirat. Contohnya adalah do’a Nabi Ibrahim atau do’a
Nabi Muhammad yang memohon kepada Allah agar umatnya mendapat keselamatan di
dunia dan di akhirat. Do’a Nabi Muhammad
ini bisa menjadi safa’at bagi umat yang senantiasa patuh dan ta’at mengikuti
ajaran beliau.
Demikian
pula halnya dengan do’a para leluhur kita, ketika mereka masih hidup di dunia,
do’a mereka telah tercatat sebagai tabungan di akhirat. Atas izin dan keridhoan Allah tabungan
tersebut bisa diterima oleh anak-cucunya sebagai karomah atau maunat, bila
anak-cucunya patuh dan ta’at kepada Allah dan Rosulnya serta sering berdo’a
untuk Rosul dan para leluhurnya, secara minimal memberikan hadiah Al Fatihah
bagi rosul serta bagi para leluhur mereka yang sudah almarhum.
Mari
kita perhatikan beberapa firman Allah dibawah ini :
Janganlah kamu mengira orang-orang yang meninggal di
jalan Allah itu mati, tidak…!!! Mereka tetap hidup di sisi Tuhan-nya dan
mendapat rizki
(ALI
IMRAN 3 : 169)… Uenak buanget bro… Ga usah kerja gitu lo…!!!
Mereka tidak merasakan kematian di dalamnya ( akhirat ),
kecuali kematian yang pertama ( di dunia )… (AD DUKHAAN 44 : 56).
Pengertian
rezeki dalam surat Ali Imran 3 : 169 sangat luas sekali, antara lain, misalnya
karomah atau maunat, do’a beliau akan turun kepada anak cucunya apabila
anak-cucunya patuh dan ta’at kepada Allah dan Rosulnya, serta sering
menghadiahkan do’a, secara minimal membacakan Surat Al Fatihah bagi arwah
baliau serta arwah para leluhurnya.
Dengan
memperhatikan kedua ayat tersebut, bisa kita pahami bahwa yang mengalami
kematian dan kehancuran adalah jasmaninya saja (kematian pertama), dari tanah
akan kembali menjadi tanah, sedangkan di alam akhirat ruhaninya tidak akan
merasakan kematian lagi. Ruhaninya akan
tetap hidup dan akan kembali ke alam ghaib. Selanjutnya apakah Ruhani yang akan menjalani
azab dan rahmat kubur…??? Ataukah
jasmaninya dihidupkan kembali agar merasakan balasan dari Allah, kehidupan yang
sempit di dunia ataukah kehidupan penuh barokah…???
Bila
kita perhatikan Firman Allah : Setelah sempurna kejadiannya, Aku
hembuskan Ruh-Ku kepadanya ( AL
HIJR 15 : 29 ).
Berarti
setiap ruh itu merupakan Essensi Dzat Allah, dimana Dzat Allah akan tetap suci
dan tetap bersih dari polusi duniawi.
Oleh karena itu Ruh pun akan tetap suci, sehingga apakah mungkin ruh
mendapatkan siksa kubur…???
Bersambung . . . . . . . .lanjut ke jilid 2 broo . . . .
saya ingin bertanya, apakah takdir manusia yang tertulis di lauh al mahfudz itu adalah perjanjiannya dengan Allah sampai dia meninggal dunia atau sampai dia kembali pada-NYA?
BalasHapusMaaf sy terus terang ngga tau... apakah yg tertulis di lauh mahfudz itu hanya untuk satu periode kehidupan atau utk seterusnya...??? Menurut Al Qur'an setiap ruh yg dihembuskan ke dlm jasmani itu mengemban amanah... mungkin amanah ini sesuai dengan peran atau penugasan hidup kita pada periode itu sebagai apa...karena dunia ibarat panggung sandiwara.. kita yg berperan dan Allah sutradaranya... hidup di dunia juga sebagai pembelajaran bagi ruh agar bisa mencapai kesempurnaan sehingga tidak harus ber reinkarnasi lagi... hidup disisi Allah dan mendapat rizki... enak ga usah kerja...
BalasHapussaya ingin bertanya,sudah di jelaskan dlm alquran dan sabda Rasul bahwa manusia meninggal akan berada di alam barzah atau alam kubur ada azab kubur dan nikmat kubur sampai menunggu kiamat tiba dan alam padang mahsyar utk menunggu pengadilan dari Allah terhadap amal dan dosa, trus dimana sabda Nabi secara ekspilisit ttg reikarnasi? biar iman tdk melenceng dari kemurnia islam, tdk ada kitab kitab dari ulama2 makkah dan madinah membahas ttg reikarnasi krn dlm alquran dan hadist tdk ada itu...bacalah tafsir quran ibnu katsir sdh jelas dan terang benderang...semoga bermanfaat.
BalasHapusutk saudaraku brobeka.. silahkan baca Adakah Reinkarnasi di dalam Al Qur'an jilid berikutnya sampai jilid 5..
BalasHapusbagi mereka yg ragu.. dan tidak percaya
ada ayat2nya
Kata2 reinkarnasi tdk ada di dlm al Qur'an sebagaimana kata atom.. keluarga berencana tdk ada di dlm al qur'an..
namun Reinkarnasi sebagai bukti Islam sebgai agama yg telah disempurnakan..
ditutup dg surat Al Ashr.. jadi manusia itu merugi kecuali.. bla bla bla