PENDAHULUAN
update 02-07-2014
Awalluddin
ma’rifatullahi. Awal mula
beragama adalah mengenal Allah dan meng-Esa-kan Allah (TAUHID). Laa illaaha illallaah, tiada Tuhan
selain Allah. Qulhuwallaahu ahad, katakanlah bahwa Allah itu ESA, setelah itu
carilah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Hai orang-orang yang beriman
bertakwa-lah kepada Allah, carilah jalan (wasilah)supaya dekat kepada-Nya dan
berjihadlah di jalan Allah supaya kamu berjaya
( AL MAIDAH 5 : 35 )
Wasilah menurut para sufi adalah
sarana yang bisa mendekatkan manusia kepada Tuhan, berupa keimanan dan perilaku
yang sholeh. Tidak ada ketergantungan
kepada guru mursid, karena guru mursid adalah juga manusia, sesama hamba Allah yang tidak bisa dijadikan
sarana wasilah
Sabda Rosulullah saw :
- Berpeganglah pada Al Qur’an dan
Sunah
- Tidak ada kewajiban bae’at bagi
seorang muslim
- Urusan dunia engkau lebih tahu,
tata cara beribadah ikutilah cara-ku
- Pembersih qolbu adalah DZIKIR
- Dzikir adalah jalan terdekat
menuju Allah
Jika mereka tetap ( istiqomah )
menempuh jalan itu ( tariqat ) sesungguhnya akan kami beri air ( rizki, rahmat
) yang berlimpah-limpah ( AL JIN 72 : 16 )
Barang siapa menyerahkan seluruh
dirinya kepada Allah dan berbuat kebaikan, baginya pahala pada Tuhan-nya, tiada
mereka ketakutan dan tiada mereka bersedih hati ( Al BAQARAH 2 : 112 )
Banyak jalan menuju kepada Allah,
sebanyak bintang di langit, sebanyak ruh manusia itu sendiri. Seperti halnya jari-jari
roda sepeda yang semuanya menuju ke titik pusat as. Titik Pusat As adalah Al Haqq, Yang Maha Benar, Allah Yang Maha
Esa, yang akan memberikan penjelasan kepada kita semua mengenai apa-apa yang
kita perselisihkan. Kita pun harus
berserah diri secara total kepada-Nya.
Untuk setiap umat, Kami telah
berikan pola syari’at ( aturan ) dan jalan hidup yang benar ( tata cara
pelaksanaannya ), sekiranya Allah menghendaki, pastilah kamu dijadikannya satu
umat saja, namun Allah hendak mengujimu dalam hal karunia yang telah diberikan
kepadamu, karena itu berlomba-lombalah untuk berbuat kebajikan, hanya kepada
Allah tempat kalian kembali lalu Tuhan memberitahukan kepada kalian apa-apa
yang kalian perselisihkan itu ( AL MAIDAH 5 : 48 )
Dan bagi setiap umat ada kiblatnya (
sendiri ) yang ia menghadap kepada-Nya.
Maka berlomba-lombalah kamu ( dalam berbuat ) kebaikan. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian. Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segalanya ( AL BAQARAH 2 : 148 ).
Dari mana saja kamu keluar, maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itu
benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhan-mu. Dan Allah tidak pernah lengah dari
apa yang kamu kerjakan ( AL BAQARAH 2 : 149 )
Dan dari mana saja kamu keluar palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram, dan di mana kamu ( sekalian ) berada
palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujah bagi manusia atas kamu,
kecuali orang-orang yang dzolim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. Dan agar Ku-
sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan agar kamu mendapat petunjuk ( AL BAQARAH 2 :
150 )
KATAKANLAH (HAI MUHAMAD) : Kami beriman kepada Allah dan kepada yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq,
Yaqub, dan anak cucunya dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para
nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan hanya kepada-NYA kami berserah
diri ( ALI IMRAN 3 : 84 )
Dan mereka beriman kepada Kitab yang
telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelum-mu,
serta mereka yakin akan adanya akhirat
( AL BAQQRAH 2 : 4 )
KATAKANLAH : Barang siapa yang
memusuhi Jibril, maka Jibril itulah yang telah menurunkan ( Al Qur’an ) ke dalam hatimu dengan seizin Allah, membenarkan apa ( Kitab-Kitab ) yang
sebelumnya
dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman ( AL
BAQARAH 2 : 97 )
Tidak ada hak bagi seorang Rosul
medatangkan suatu ayat, melainkan atas izin Allah. Bagi
tiap-tiap masa ada kitab
( yang tertentu ) ( AR RAD 13 : 38 )
Bagi
setiap umat ada Rosul,
maka bila datang Rosul mereka, antara mereka diberikan keputusan dengan adil
dan mereka tiada teraniaya
(
YUNUS 10 : 47 ).
Kami tidak mengutus seorang
Rosulpun, melainkan dengan
bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberikan
penjelasan dengan terang kepada mereka
( IBRAHIM 14 : 4 ).
Allah telah menciptakan
bermacam-macam umat. Untuk setiap umat ada Rosulnya yang memberi petunjuk dalam
bahasa kaumnya. Untuk setiap umat, Allah
telah memberikan pola syari’at dan juga untuk setiap masa ada kitabnya sendiri,
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi umat tersebut... Allah Maha Mengetahui segalanya
sehingga menurunkan seorang Rosul dan Al Qur’an yang sangat sesuai dengan
situasi dan kondisi untuk budaya jahiliyah di Arab saat itu...!!!
Orang Eskimo di daerah Kutub Utara
mempunyai tata cara beribadah tersendiri yang sesuai dengan situasi dan kondisi
alam di sana. Daerah ini mendapat cahaya matahari hanya 6 bulan, yaitu pada
saat matahari berada di wilayah utara khatulistiwa. Waktu siang disini terasa begitu panjang. Pada saat matahari berada di wilayah selatan
khatulistiwa, selama 6 bulan tanpa matahari, malam hari pun terasa panjang.
Oleh karena itu konsep sholat
yang 5 waktu akan sangat sulit untuk diterapkan
di daerah ini. Haruskah kita memaksakan konsep agama Islam di wilayah
Eskimo??? Konsep agama Islam ini hanya cocok di wilayah yang mempunyai putaran
waktu 24 jam sehari semalam, 12 jam siang dan 12 jam malam. Lalu apakah tata
cara ubudiyah seperti orang Eskimo tidak akan diterima oleh Tuhan ??? Apakah
kita sebagai umat yang beragama Islam berhak mengatakan bahwa mereka yang non
muslim itu adalah kafir ??? Sesungguhnya apa dan siapa yang disebut kafir??
Kafir artinya adalah menutupi. Arti kiasan bagi siapapun dan apapun agamanya,
bila dia menutupi suatu kebenaran maka disebutnya orang kafir.
Lalu apakah orang Eskimo beserta
umat lainnya yang non muslim akan masuk neraka semua??? Itu semua urusan Allah
dan Allah adalah Al Alim, yang memiliki semua ilmu. Semua tata cara syari’at setiap umat berasal
dari Allah. Setiap umat memiliki
kiblatnya masing-masing. Semua umat sama di hadapan Allah. Yang berbeda adalah kadar keimanan dan
ketakwaannya. Namun untuk umat Muhammad
Allah memberikan ketentuan lain, sehingga ada keseragaman di dalam tata cara
beribadah yang sudah dibakukan, yaitu pada saat sholat di manapun umat Islam
itu berada, harus menghadap ke Masjidil Haram.
Hal ini sebagai salah satu penjelasan
bahwa Allah telah menyempurnakan syariat Islam ajaran Muhammad.
Pada awal perjalanan menuju kepada
Allah tidak harus sama, tata cara syari’at, tata cara beribadah setiap umat bisa
saja berbeda-beda, dengan demikian pengalaman bathin yang terjadi pasti akan
berbeda-beda pula, sebagaimana halnya bila kita melakukan pendakian dari arah
yang berbeda. Pada saat kita semua
bersama-sama telah berada di puncak kemudian melihat ke bawah, maka apa yang kita
lihat pasti akan sama. Misalnya bila
kita melihat Istana Negara dari arah yang berbeda, tentu saja apa yang kita
lihat akan berbeda pula, akan tetapi bila kita sama-sama melihatnya dari atas tugu
Monas tentu apa yang kita lihat akan sama.
Bila kita berada di tempat yang lebih tinggi, lebih
tinggi dan lebih tinggi lagi, Istana Negara serta seluruh benda yang ada di
atas bumi ini akan nampak semakin kecil bahkan selanjutnya akan hilang sama
sekali dari pandangan mata lahir kita, yang ada hanyalah kekosongan semata.
Akan tetapi bila mata lahir tersebut kita pejamkan, maka istana tersebut akan
tampak kembali, karena mata bathin bisa menembus ruang dan waktu…
Tuhan ada. Dia berdiri dengan sendirinya tanpa
pertolongan dari siapapun. Tidak ada apa-apa di sisiNya. Tidak ada swara ataupun
nada. Tidak ada aksara. Tidak ada kitab apapun di sisiNya. Zabur, Taurat, Injil, Qur’an dan Hadits pun
tidak ada.
Oleh karena itu bila kita ingin
menghayati perjalanan Haqiiqat, mulai dari bentuk-bentuk lahiriyah kepada makna
yang haqiqi dan tersembunyi, tutuplah mata dan telinga, tutuplah semua kerangka
teoritis tentang masalah Dzat yang tidak bisa terjangkau oleh akal dan pikiran
kita ( transenden ).
KATA JALALUDDIN RUMI :
Bila
makrifat kepada Dzat ingin kau dapat, lepas aksara, galilah makna. Katupkan
bibirmu, tutup matamu, sumbat telingamu, tertawakan aku manakala engkau tidak
MELIHAT RAHASIA AL HAQ…
Secara
tidak langsung Rumi menganjurkan agar kita berdzikir-bermeditasi
sesuai ajaran Rosulullah saw bahwa dzikir-meditasi adalah jalan terdekat menuju
Allah..
Tutup semua kitab.. Tutup semua panca indera kita. Bukalah mata hati, maka tak ada yang perlu
untuk diperdebatkan lagi.
Seseorang
bisa saja kehilangan objek pemujaannya, akan
tetapi Yang Dipuja tidak akan kehilangan Dirinya
Sendiri. Dia
Maha Mengetahui siapa pemujanya. Dia
Maha Mengetahui atas segalanya...
Tanda-tanda
Kami disegenap penjuru, dan didalam diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi
mereka bahwa Al Qur’an itu benar... (
FUSHSHILAT 41 : 53 ) …
...di
dalam dirimu, apakah engkau tidak memperhatikan ( ADZ-DZARIYAT 51 : 21 ).
Setelah AKU sempurnakan
kejadiannya AKU hembuskan Ruh-KU kepadanya
(
AL HIJR 15 : 29 dan ASH-SHAD 38 : 72 )
RUH-KU BUKAN RUH CIPTAANKU itu berarti
ESSENSI DZAT ILAHIAH bersemayam, IMANEN di dalam semua CIPTAAN-NYA DI ALAM
SEMESTA… Di dalam diri manusia, di dalam hewan dan tumbuh-tumbuhan, di dalam
patung, di dalam batu, di dalam atom sebagai SUMBER ENERGI DI ALAM SEMESTA.
DIA berada dimana-mana, namun dalam
Ke-esaan-Nya DIA tidak kemana-mana… Maha benar Allah dengan segala Firman-Nya..
Oleh karena itu silahkan pilih sendiri jalan yang mana, agama apa yang kita
inginkan, sesuai dengan keyakinan kita. Yang
disembah bukan namanya akan tetapi DZATNYA sebaga ESSENSI yang bersemayam di
dalam setiap ciptaan-Nya…
Jadi
jangan beranggapan Agama Animisme itu sesat...bukan batunya atau pohonnya yang
disembah namun ESSENSI dzat Allah yang bersemayam di dalam setiap ciptaanNYA..
Para sufi mengatakan bahwa seorang
arif adalah dia yang melihat Tuhan dalam semua benda atau makhluk. Dia
tidak hanya melihat Tuhan dari semua benda atau makhluk, akan tetapi dia juga
melihat semua makhluk adalah merupakan realitas dari pada Tuhan.. Itulah yang
oleh para Sufi disebut sebagai TAUHID DZAT... TAUHID YANG HAKIKI… TAUHID MURNI…
AS SYIBLI : Aku tidak melihat segala sesuatu kecuali Allah…
MUHAMMAD BIN WASI : Aku tidak melihat segala
sesuatu tanpa Allah di dalamnya…
Oleh
karena itu, kata Al Ghazali
:
- Barang siapa mengenal dirinya,
maka dia mengenal Tuhan-nya. Barang
siapa mengenal Tuhannya, maka dia merasa dirinya bodoh. Barang siapa mencari Tuhan keluar dari
dirnya maka dia akan tersesat semakin jauh..
- Tauhid murni adalah penglihatan
atas Tuhan dalam semua benda …Bila
kita tidak menyadari adanya unsur-unsur keillahian yang tersembunyi di
dalam setiap ciptaan-Nya berarti islamnya adalah islam semu…
Dia ada di mana-mana, namun dalam
ke-Esa-an-Nya Dia tidak ke mana-mana.
Itulah sifat dualitas Allah dalam
ke-Esa-an-Nya. Maha benar Allah dengan
segala firman-Nya. Oleh karena itu
silahkan pilih sendiri jalan yang mana, agama apa yang kita inginkan, sesuai
dengan keyakinan kita.
Tuhan pun berfirman :
Sesungguhnya agama kamu ini satu
agama saja ( AL ANBIYA 21 : 92 )
Agama di sisi Allah adalah
Islam-Fitrah ( ALI IMRAN 3 : 19 )
Aku ridhoi Islam-Fitrah sebagai
agama bagimu ( AL MAIDAH 5 : 3 ).
Tuhan kami dan Tuhan-mu adalah satu
dan hanya kepada-Nya kami berserah diri
(
AL ANKABUT 29 : 46 )
Tidak ada paksaan dalam ajaran Islam (AL BAQARAH 2 : 256).
Menjadi orang Islam (Islam-Fitrah) bukan berarti kita menjadi orang
yang kehilangan kepribadian. Kita tidak harus menjadi
orang Arab atau ke Arab-Araban dan
juga bukan karena pakaian kita menjadi orang Islam. Sesungguhnya
sebaik-baiknya bekal, sebaik-baiknya pakaian adalah taqwa, bukan jilbab dan bukan pula baju gamis.
Perhatikan Firman-firman Allah berikut
ini :
Sesungguhnya sebaik-baiknya
bekal adalah taqwa
dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal ( AL BAQARAH 2 : 197 )
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami
telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah
untuk perhiasan dan pakaian taqwa itulah yang paling baik, yang demikian itu adalah sebagian
dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat ( AL A’RAF 7 : 26 )
Orang yang
paling mulia
di sisi Allah adalah dia yang paling takwa di antara kalian ( AL HUJURAT 49 :
13 ).
Prinsip Islam adalah keimanan,
ketakwaan, kesucian, keselamatan, kedamaian, kasih sayang, kesabaran dan
keikhlasan serta berserah diri kepada Allah. Islam adalah fitrah manusia dan semua
agama mengajarkan tentang Fitrah. Sekali lagi tidak ada paksaan dalam ajaran
Islam (AL BAQARAH 2 : 256). Hanya
saja, kata Rosulullah saw : Dzikrullah adalah jalan yang terdekat menuju kepada
Allah. Menurut Al Qur’an : Dzikrullah lebih
utama dalam kehidupan ( AL ANKABUT 29 : 45 ), dengan
dzikir hatipun akan menjadi tenang dan tenteram ( AR RAD 13 : 28 ). Adz-Dzikir
adalah Al
Qur’an ( AL HIJR
15 : 9 ). Al
Qur’an adalah An
Nuur ( ASY- SYURA 42 : 52 ) dan An Nuur adalah Allah ( AN NUUR 24 : 35 ). Berarti Adz-Dzikir adalah Allah… Bila kita berdzikir dengan menyebut
Asma Allah maka Allah akan memperlihatkan Cahayanya…
Bagimu agamamu, bagiku agamaku ( AL
KAFIRUN 109 : 6 )
Amalku untuk-ku dan amal-mu
untuk-mu. Kamu tidak bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan, akupun tidak
tidak bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan ( YUNUS 10 : 41 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar