ASAL-USUL BERKETUHANAN
update 02-07-2014
update 02-07-2014
Kebutuhan manusia secara garis
besarnya ada 2 bagian :
- Kebutuhan biologis-jasmaniah : sandang, pangan, papan dan pasangan
- Kebutuhan psikologis-bathiniah : Rasa aman, nyaman, tenang dan damai.
Untuk memenuhi kebutuhan psikologis
atau kebutuhan bathin ini, manusia mulai mencari sesuatu apapun bentuknya yang
dianggapnya mempunyai kekuatan yang luar biasa, yang bisa menolong dirinya,
yang bisa melindungi dirinya sehingga dia merasa aman dan nyaman. Sesuatu yang dianggap mempunyai kekuatan
mistik itu menjadi sesuatu yang dirindui, dipuja dan dipuji dan disembah oleh
mereka.
Berdasarkan penelitian para ahli
antropologi, pada awalnya manusia primitip mengakui hanya ada satu Tuhan Yang
Maha Tinggi yang disembah. Namun dalam
perkembangannya karena Tuhan tersebut tidak pernah bisa hadir dalam kehidupan
mereka sehari-hari, maka mereka mulai menggantinya dari satu Tuhan menjadi
beberapa tuhan yang mudah untuk dikenali dan mudah dijangkau oleh pola pikir
mereka saat itu. Keyakinan kepada
beberapa tuhan dinamakan polytheisme.
Sejak saat itu dalam benak manusia,
dalam pikiran manusia muncul suatu konsep bertuhan. Konsep bertuhan itu
turun-temurun diyakini, walaupun yang ada di dalam pikiran manusia itu bukan
tuhan yang sebenar-benarnya tuhan.
Mereka tidak mengenal Allah dengan
sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa ( AL HAJJ 22 : 74 )
Kamu tidak menyembah yang selain
Allah kecuali hanya nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya,
Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu ( YUSUF 12 : 40 )
Itu tidak lain hanyalah nama-nama
yang kamu dan bapak-bapakmu mengada-adakannya, Allah tidak menurunkan suatu
keteranganpun untuknya, mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan
dan hawa nafsunya
( AN NAJM 53 : 23 ).
Kita
semua belum pernah
berjumpa dengan Tuhan, lalu bagaimana kita bisa kenal nama-Nya. Enak aja … Tak jumpa maka tak kenal, tak
kenal maka tak cinta, tak cinta maka tak iman.
Tuhan yang sebenarnya tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia, Dia
tidak serupa dengan apapun, tidak ada sesuatu apapun disisi-Nya, Dia berdiri dengan sendirinya tanpa penolong. Dia bukan laki-laki dan juga bukan perempuan.
Orang Arab atau orang Timur Tengah
menyebut nama Tuhannya Al
Ilah artinya yang
disembah, akhirnya muncul kata Allah. Berarti pada awalnya yang memberi nama
Tuhan Allah adalah manusia juga.
Kata Allah menurut gramatika bahasa Arab berarti
bentuk laki-laki ( maskulin ), Bapa, namun kata Al
Dzat berarti bentuk
perempuan
( feminin ), Bunda. Jadi kata Allah ini sudah ada sejak zaman
Nabi Ibrahim, sejak sebelum agama Islam
muncul. Kemudian Nabi Ibrahim yang
berpikiran kritis berusaha mencari Tuhan tanpa alat-alat canggih. Di abad sekarang ini kebenaran keberadaan
Allah, kebenaran Al Quran, mulai terbukti dengan adanya penelitian luar
angkasa, penelitian atom dan energi, penelitian DNA, penelitian air dan
lain-lain.
Sejak zaman primitif, setelah
manusia memiliki konsep berketuhanan, mereka kemudian membuat aturan-aturan tata cara penyembahan, tata cara
peribadatan yang disebut Agama yang berasal dari kata A
artinya tidak dan gama artinya kacau. Agama adalah aturan agar tidak kacau.
Melalui keberagamaan diharapkan kehidupan masyarakat tidak kacau, aman
tentram dan damai. Demikian juga Nabi
Muhammad membuat tata cara beribadah, tata cara sholat sebagai syareat Islam setelah beliau
bermukim di Madinah. Seiring dengan perkembangan zaman, dari zaman
purba sampai zaman sekarang, tata-cara
keberagamaan pun
banyak mengalami perubahan. Pada abad
modern ini, hampir semua umat di dunia berkeyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari
polytheisme menjadi monotheisme.
Pada zaman Nabi Ibrahim Al Ilah mereka
adalah berhala-berhala yang kemudian dihancurkan oleh Nabi Ibrahim. Kemudian Ibrahim mengajarkan agama samawi,
yaitu agama wahyu, menyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Begitu pula pada saat zaman Nabi Muhammad
masyarakat jahiliyah tidak menolak nama Tuhan Yang Maha Tinggi adalah Allah, yang
mereka tolak adalah karena Nabi Muhammad mengajak mereka dan melarang mereka menyembah
tuhan-tuhan lainnya selain Allah Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut penelitian Karen
Amstrong, pada zaman Pra Islam Ka’bah yang dibangun
Nabi Ibrahim di dekat sumber air keramat Zamzam adalah sebagai kuil untuk
menyembah Allah, Tuhan Tertinggi bangsa Arab.
Disekitar nya banyak berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan yang lain. Mekah sudah dianggap sebagai kota suci dimana dalam radius 20 mil dari
Ka’bah dilarang adanya segala macam kekerasan, perkelahian apalagi pertumpahan
darah. Pada saat itu sudah ada kebiasaan
tawaf dan ibadah haji yang dilakukan setiap tahun pada saat musim gugur. Ibadah haji di awali di Ka’bah kemudian
diluar Mekah untuk menghormati Tuhan-Tuhan yang lain, kemudian acara di Arafah
dan melemparkan batu ke arah tiga pilar di Mina. Pada musim haji ada gencatan senjata, setiap
suku dijamin keamanannya untuk melakukan ibadah haji di Mekah.
Sebagai bukti sederhana bahwa kata
Allah sudah tidak asing lagi di masyarakat Arab jahiliyah adalah bahwa ayahanda
Nabi Muhammad bernama Abdullah.
Sesungguhnya kita tidak tahu Tuhan itu apa dan ada dimana adalah
rahasia. Nama diberikan bila sesuatu ada
wujudnya. Segala sesuatu yang berwujud
lebih dari satu harus diberi nama agar kita tidak keliru, agar tidak salah
alamat. Tuhan tidak punya nama karena
tidak berwujud. Namun DIA Yang Maha Esa
adalah Dzat Wajibul Wujud, wajib adanya.
Dia juga Dzat Mumkinu Wujud, mungkin adanya. DIA adalah transenden, tak terjangkau oleh
akal dan pikiran. Nama Tuhan yang sebenarnya tidak bisa diucapkan dan tidak
bisa dituliskan. Walaupun demikian bila
penyembahan semua umat tertuju kepada-Nya, tidak akan salah sasaran, karena DIA
Maha Tunggal. Oleh karena Tuhan tidak
punya nama, maka kita pun bebas memanggil atau menyebut nama Tuhan dengan nama
apa saja. Boleh panggil Bapa
atau Bunda atau dengan nama apa saja yang baik-baik ( Asma’ul husna ).
Nggak
masalah bro, nggak usah sewot coy…Tuhan juga nggak pernah marah.
Katakanlah : Seru-lah Allah atau
seru-lah Ar-Rahman, dengan nama yang mana saja kamu seru, dia mempunyai nama
Al-Asma’ul Husna …
(
AL-ISRA 17 : 110 ).
Hanya milik Allah Asma’ul Husna,
maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma’ul Husna itu … ( AL-A’RAF 7 : 180 ).
Kita pun yakin bahwa Tuhan Maha
Pengampun, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
bukan Tuhan Maha Pemurka. Tuhan
tidak pernah menyusahkan umatnya. Semua
Nama yang menggambarkan sifat-sifat dualitas-Nya dan saling bertentangan itu,
berada dalam ke-Esa-an Dzat-nya. Misalnya
sifat Jamal ( Terang ) dan Jalal ( Gelap ), Al Hadi, Yang Memberi Petunjuk dan
Al Mudzil, Yang Menyesatkan, tidak berarti Tuhan ada dua, Dia tetap Yang Maha
Tunggal. Yang kita sembah bukan nama-Nya, tapi Dzatnya
yang Essensi-Nya berada dalam setiap mahluk ciptaannya. Karena Dialah Al Muhit Yang Maha Meliputi
Segala Sesuatu. Dia ada di mana-mana, namun dalam ke
Esa-an-Nya Dia tidak ke mana-mana, Dia berada di dalam diri kita semua. Demikianlah kata para sesepuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar