Translate

tema 1

tema 1
tema

Minggu, 18 November 2012

Kata-Kata Penulis Buku


MENCARI DAN MENGENAL ALLAH
KE MEKAH ATAUKAH KE CINA


ROSULULLAH BERSABDA

Barang siapa mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya
Dan barang siapa mengenal Tuhannya, maka dirinya merasa bodoh

Barang siapa yang mencari Tuhan keluar dari dirinya sendiri
maka dia akan tersesat semakin jauh dari Tuhannya
Konon kabarnya kata-kata tersebut bukan dari Rosulullah SAW..
namun dipopulerkan oleh Al Ghazali

Bacalah kitab yang kekal
yang berada di dalam diri kalian sendiri

Aku Ahmad tanpa mim  
Aku Ahad


ALLAH BERFIRMAN

Ayat-ayat kami di segenap penjuru
Dan di dalam diri mereka sendiri
( Fushshilat 41 : 53 )

Di dalam dirimu apakah engkau tidak memperhatikan
( Adz-dzariyaat 51 : 21 )

Tuhan menempatkan diri antara manusia
dengan kolbunya
( Al Anfaal 8 : 24 )

Dialah Jibril yang menurunkan Al Qur’an
Ke dalam qolbumu
( Al Baqarah 2 : 97 )

( Al Qur’an ) ini adalah ayat-ayat yang nyata
Dalam hati orang-orang yang berilmu
( Al Ankabut 29 : 49 )

Sesungguhnya Al Qur’an yang mulia
Berada pada kitab yang terpelihara
Dan tidak tersentuh
Kecuali oleh mereka yang disucikan
( Al Waqi’ah 56 : 77-78 )




PRELUDE
Jalaludin Rumi

Jauh di dalam kalbu ada Cahaya Surga marak menerangi
Paras lautan tanpa suara yang tiada batas
Oh, bahagialah mereka yang menemukanNya dalam tawakal
Rupa segala yang dipuja setiap insan

Orang buta, gandrung pada bayangan benda indah
Hanya akhirnya mengutuk pesona yang menimbulkan bencana,
Bagaikan Harut dan Marut, malaikat sepasang
Yang menganggap diri paling suci dari yang suci
Kebodohan, keinginan dan kebanggaan diri yang jahat
Kan merusak keharmonisan bagian dan keseluruhan
Sia-sialah kita mencari dengan nafsu tak terjinakkan
Untuk sampai pada visi Satu Jiwa Abadi

Cinta, hanya cinta yang dapat membunuh apa
Yang tampaknya telah mati, ular nafsu yang telah membeku
Hanya cinta, lewat air mata doa dan nyala rindu
Terungkaplah pengetahuan yang tak pernah dapat di sekolah

Para pecinta Tuhan belajar dari-Nya rahasia
Pemeliharaan, rencana alam semesta
Tinggal di dalam-Nya, mereka selalu menyenandungkan pujian-Nya
Yang menciptakan ribuan Waktu bagi manusia.
Kejahatan tak mereka kenal, karena di dalam-Nya sama sekali tidak ada
Namun tanpa kejahatan bagaimana kebaikan kan menampak
Cinta menyahut : “Mari merasa denganKu, jadilah satu bersamaKu
Dimana ada Aku, tak ada jarak yang bisa memisah
Ada tingkatan Cahaya surgawi dalam jiwa :
Para Nabi dan Orang Suci memperlihatkan jalan yang telah mereka lalui
Langkah awal dan tahap-tahapnya, tempat-tempat berhenti sejenak
Dan tujuan-tujuannya :
Semua menuju ke satu tujuan dalam Tuhan.

Cinta tak kan membiarkan hambanya yang setia lelah terkulai
Keindahan Abadi selalu menarik mereka
Dari kemuliaan menuju kemuliaan, datang kian mendekat
Pada setiap pemberhentian dan percintaan semakin lekat.
Ketika kebenaran bersinar,
tiada kata dan cerita nan dapat terucap
Kini dengarkan Suara di dalam hatimu.
Selamat berpisah



  1. NICHOLSON R.A : Rumi Poet And Mistic. SUTEJO : Jalaluddin Rumi. Ajaran dan Pengalaman Sufi. Cet I. Pustaka Firdaus. Jakarta, Hal. 3-4, 1993.
DARI PENULIS


Bismillahirrahmaanirraahiim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi … Salawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW, keluarganya serta para sahabatnya.  Sesungguhnya penulis tidak mengerti apa-apa, tidak bisa apa-apa serta tidak memiliki apa-apa.  Jangankan kepandaian, kebodohan pun bukan milik penulis.  Penulis tidak bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar, oleh karena penulis memang tidak pernah mengikuti pendidikan keagamaan secara formal dan juga tidak pernah mengikuti pendidikan pesantren secara khusus.
Tulisan ini pun hanya sekedar kumpulan catatan apa yang pernah penulis dengar dari orangtua ( almarhum ), dari beberapa sesepuh dan dari para pembimbing ruhani lainnya, kemudian disesuaikan dan diperbandingkan dengan tinjauan beberapa kepustakaan yang pernah penulis baca dan jumlahnya pun tidak banyak.  Oleh karena itu, tulisan ini banyak sekali kekurangannya, sangat jauh dari apa yang dikatakan baik, apalagi sempurna.  Tulisan ini disusun sejak Januari 1996 atas saran teman-teman dari SMA Negeri Kuningan, setelah acara Reuni pada tanggal 31 Desember 1995.  Pada acara tersebut penulis di daulat untuk memberikan santapan rohani.  Kemudian teman-teman menganjurkan agar materi ceramah tersebut dikembangkan dan dijadikan sebuah buku.  Sejak itu penulis mulai mengumpulkan bahan-bahan dari buku-buku tasawuf.  Ada keraguan dan kekhawatiran penulis terutama mengenai masalah Al Qur’an Sejati, Guru Sejati, Kemanunggalan atau Manunggaling Kaula Gusti dari Syech Siti Jenar, Wahdatul Wujud dari Al Hallaj,  Hamzah Fansuri atau dari siapapun yang masih dianggap tabu.
Setelah berupa makalah, Mei 1998 mulai diberikan kepada kerabat dan teman-teman dekat.  Perbaikan demi perbaikan sampai sekarang masih terus dilakukan. Walaupun makalah ini telah berulangkali mengalami perbaikan, namun masih terasa belum pas.  Dalam hal ini bisa kita ibaratkan seperti layaknya seorang mahasiswa yang baru belajar menulis skripsi.
Mulai tahun 2001 banyak buku-buku bagus misalnya dari Karen Armstrong, tahun 2002 dari Abu sangkan dan Achmad Chodjim dan tahun 2005 buku-buku serial dari Agus Mustofa. Dengan adanya buku-buku yang dikemas secara ilmiah dari para penulis tersebut, maka keraguan dan kekhawatiran penulispun menjadi sirna.   
Tulisan ini hanya sekadar bahan renungan, khususnya bagi penulis sendiri, dalam rangka introspeksi di usia yang tersisa ini … dan … sebagai bahan untuk bertanya lebih lanjut kepada ahlinya … Oleh karena itu, penulis masih sangat mengharapkan saran dan nasehat, terutama dari para sesepuh serta dari siapapun yang pernah membaca tulisan ini.  
Bagi yang berminat, semoga tulisan ini bisa dijadikan bahan kajian untuk digali dan dikembangkan, sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan, sehingga suatu saat nanti bisa menjadi sebuah buku yang dapat dipertanggungjawabkan di tingkat akademis. 
Ada beberapa hal yang mungkin bisa dikaji, digali dan dikembangkan dari tulisan ini  : Yang pertama adalah apakah benar ajaran para sufi termasuk Al Ghazali, Jalaluddin Rumi dan lain-lainnya menyimpang dari ajaran Islam ???  Ajaran para sufi yang betul-betul sufi bukan sufi palsu itu justru muncul pada saat terjadi kemerosotan moral bangsa Arab setelah Rosululloh dan para sahabat wafat, pada periode kepemimpinan bani Umayah, kemudian diperparah oleh bani Abas.  Yang kedua tentang alasan mengapa Surat Al Fatihah disebut sebagai umul Qur’an, diringkas menjadi basmallah, menjadi lafad Allah, menjadi alif dan akhirnya menjadi titik pertama pada huruf ba… Yang ketiga dalam rangka mencari dan mengenal Allah terjadi hal yang paradoksal, Allah yang transenden, yang tidak terjangkau oleh akal dan Allah yang imanen  yang berada  di dalam diri kita.  Yang keempat, untuk mencapai puncak spiritual ternyata tidak ada jalan lain kecuali melalui dzikrullah… Apakah dzikrullah itu penjabaran, penerapan dan penghayatan dari rukun Islam yang pertama ataukah bid’ah dari para sufi???  Sampai sejauh mana kedahsyatan dzikir terhadap perkembangan potensi seseorang??? Tuhan memberi manusia mata, telinga, hati dan ruh. Hati dalam hal ini bukan hati organ bagian dalam dari tubuh manusia.  Hati yang dimaksud adalah qolbu yang tidak kita ketahui tempatnya dimana.  Oleh karena itu muncul pertanyaan, mengimani keberadaan Tuhan itu apakah dengan otak melalui mata dan telinga ataukah dengan hati dan ruh ??? Apakah yang berkomunikasi dengan Tuhan itu jasmaninya ataukah ruhaninya???   Kenapa kita harus bertengkar tentang kebenaran otak dan hati ???  Seberapa besar ego kita, seberapa besar arogansi kita dan seberapa besar toleransi kita terhadap umat yang berbeda keyakinan ??? Apakah benar bahwa perbedaan pendapat itu adalah hikmah??? Apakah keyakinan keberagamaan seseorang itu harus dipaksakan ??? Apakah semua agama mengajarkan tentang firah manusia ???  Kenapa hanya mata, telinga dan hati yang dituntut tanggung jawabnya, sedangkan ruh tidak ???  Apakah ajaran para sufi itu tahayul ataukah untuk mendapatkan kepastian dan keyakinan berketuhanan???  Selanjutnya yang harus kita sadari adalah bahwa keberagamaan itu berjenjang, mulai dari iman, islam dan ikhsan, dari tata cara syariat ke tingkat hakikat dan makrifat, dari alam lahiriyah ke alam bathiniah, karena Allah adalah Al Bathin. Pada akhirnya ternyata penglihatan atas Tuhan hanya bisa melalui mata hati.  Harus bisa mati sebelum mati,  agar kesadaran ruhnya bangkit … Itulah essensi keberagamaan bagi mereka yang mau berpikir… Bagi mereka yang ingin mencapai makripat… jangan mandeg di alam lahiriyah ...  Surga bukan tujuan para pencari sejati …
Ada apa di surga …??? Di surga tidak ada apa-apa, kecuali kesenangan fisik, air yang berlimpah, makanan dan minuman, kasur yang empuk serta bidadari.  Bidadaranya mana … ???  Setelah kita mati jasmaninya di kubur dalam tanah sedangkan ruh akan kembali kepada Allah tanpa jasmani, tanpa kelamin, tanpa nafsu.   Jadi untuk apa bidadari … ???  Untuk apa Surga …??? Karena Allah-lah seindah-indahnya tempat untuk kembali, bukan surga …!!! 
Semoga bahan renungan ini bisa membuka wawasan serta bisa bermanfaat khususnya bagi para kerabat, handai tolan serta sesama umat lainnya.
Atas segala saran dan nasehatnya, tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih, terutama bagi kedua orang tua penulis, almarhum ayahanda H. Mulhari dan almarhumah ibunda Hj. Siti Khotimah, semoga jerih payah beliau serta para sesepuh dan para pembimbing ruhani lainnya, baik yang masih ada maupun yang sudah tiada, mendapat pahala dari Allah SWT… antara lain alm. Abah Widjayaperwata yang mengajarkan makna hakikinya wudu dan sholat, alm. Uwa Emung, yang mengajarkan arti kejujuran, alm. Bapak H. Permana Sastrarogawa sesepuh Pengajian Tawakal ketika masih di Rawa Bambu. Para Pembina Pengajian Tawakal terutama Prof. Dr. H. Jusuf Misbach Sp.S. K-FAAN, penulis di bimbing dzikir pengisian tujuh latifah,  Dr.  Entjep Hadjar Sp.THT, Prof. Dr. H. A.H. Asdie SpPD. K-EMD, alm. DR. (Phil) H.R.M. Talib Puspokusumo, SH serta H. Memet R. Kusrin, MMar yang telah memperluas wawasan penulis saat Silaturahmi Nasional dan Tafakur, November 2009 di Kaliurang Yogyakarta. Alm. bapak Dedi mantan Pimpinan Redaksi Berita Minggu di Grogol Jakarta yang mengajarkan meditasi secara sistematis.  Rasa terima kasih penulis sampaikan kepada alm. Kang Iwan S. SE dan seluruh keluarganya di Bogor.  Beliau tidak mau secara formal dipanggil guru, suasananya sangat santai penuh rasa kekeluargaan.  Kami memanggil beliau dengan sebutan Kang Bos.  Rasa terima kasih penulis sampaikan kepada segenap keluarga kang H. Edi H. Ir  dan Momom, ibu Hj Nana  pemilik Hotel Selabintana di Sukabumi sebagai tempat kami menimba ilmu dari Kang Bos Iwan. Terima kasih kepada seluruh keluarga besar Wiriaatmadja terutama alm. Kang Yus Wiriaatmadja SE.  Terima kasih kepada bapak Irmansyah Effendi, Master Reiki Tumo Yayasan Padmajaya Indonesia yang telah membuka cakra-cakra penulis sampai ke cakra 8-9-10 energi Shing Chi serta membimbing penulis untuk retret ke beberapa periode kehidupan di masa lalu.   Beliau juga berkenan memberikan “Bunga Teratai” kepada penulis.   Terima kasih untuk ibu Hj. Iroh dan ibu Hj Nenden di Ciwidey saudara seperguruan Kang Bos Iwan.  Terima kasih kepada alm. bapak Subakir di Susukan lebak Cirebon, alm. bapak Nazamuddin serta alm. H. Ayat Suhayat dan mang Jana pedagang empal gentong di Cirebon.  Ibu Hj. Onah dan Aleh di Cikalahang Sumber.  Terima kasih penulis sampaikan bagi segenap keluarga Oom Sun di Bandung.  Oom Sun juga orangnya sangat santai dan  sederhana,  beliaupun tidak mau dipanggil guru.  Kepada sdr Ivan yang mempertemukan saya dengan Oom Sun.  Juga terima kasih kepada Bapak Prof. DR.  H. Dedi Djubaedi, M.Ag Rektor IAIN Ambon yang memberikan dorongan moril bagi penulis serta Bapak DR. H. Sumanta Hasyim, M.Ag, dosen Pasca Sarjana, PUREK I di IAIN SYECH NURJATI Cirebon yang berkenan menyempurnakan tulisan ini serta kepada Sdr. Tuhrojin M.Ag di IAIN SYECH NURJATI Cirebon.  Sebagai seorang khotib Sdr Tuhrojin juga sering mensosialisasikan materi tulisan ini dalam ceramah-ceramahnya.  Masyarakat awam mulai diajak berpikir cara sufi, mulai diajak berpikir tentang keberagamaan dari segi essensi dan substansinya.  Masyarakat awam mulai diperkenalkan kepada Islam sebagai fitrah manusia, bukan sebagai budaya Arab.  Memang harus kita sadari bahwa budaya Arab tidak identik dengan Islam sebagai fitrah yang universal bagi seluruh umat manusia di dunia .  Kemudian dia juga yang mempertemukan penulis dengan DR. H. Sumanta Hasyim, M.Ag.   Tak lupa penulis sampaikan juga rasa terima kasih untuk Ibu Emawati Yunus SH yang telah membantu menyelesaikan Sertifikat Hak Cipta makalah ini bagi Penulis, serta seluruh keluarga Ir. Yus Ruslan Ahmad di Bandung yang telah membuatkan blog bahanrenungan01 di Google. Terima kasih untuk Ragha yang telah membantu merevisi blog bahanrenungan01 menjadi spiritul blog Mencari dan Mengenal Allah …
Kebenaran yang hakiki senantiasa datang dari Allah, sebagai insan penulis mohon maaf bila terdapat banyak kesalahan dalam penyampaian ...
So what gitu loh …???!!!


Cirebon, Januari 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar