MENCARI DAN MENGENAL ALLAH
KE MEKAH ATAUKAH KE CINA
ROSULULLAH
BERSABDA
Barang siapa mengenal dirinya, maka dia
akan mengenal Tuhannya
Dan barang siapa mengenal Tuhannya, maka
dirinya merasa bodoh
Barang siapa yang mencari Tuhan keluar dari
dirinya sendiri
maka dia akan tersesat semakin jauh dari
Tuhannya
Konon kabarnya kata-kata tersebut bukan dari Rosulullah SAW..
namun dipopulerkan oleh Al Ghazali
namun dipopulerkan oleh Al Ghazali
Bacalah kitab yang kekal
yang berada di dalam diri kalian sendiri
Aku Ahmad tanpa mim
Aku Ahad
ALLAH BERFIRMAN
Ayat-ayat kami di
segenap penjuru
Dan di dalam diri
mereka sendiri
( Fushshilat 41 :
53 )
Di dalam dirimu
apakah engkau tidak memperhatikan
( Adz-dzariyaat 51
: 21 )
Tuhan menempatkan
diri antara manusia
dengan kolbunya
( Al Anfaal 8 : 24
)
Dialah Jibril yang
menurunkan Al Qur’an
Ke dalam qolbumu
( Al Baqarah 2 : 97
)
( Al Qur’an ) ini
adalah ayat-ayat yang nyata
Dalam hati
orang-orang yang berilmu
( Al Ankabut 29 :
49 )
Sesungguhnya Al
Qur’an yang mulia
Berada pada kitab
yang terpelihara
Dan tidak tersentuh
Kecuali oleh mereka
yang disucikan
( Al Waqi’ah 56 :
77-78 )
PRELUDE
Jalaludin Rumi
Jauh di dalam kalbu ada Cahaya Surga marak menerangi
Paras lautan tanpa suara yang tiada batas
Oh, bahagialah mereka yang menemukanNya dalam tawakal
Rupa segala yang dipuja setiap insan
Orang buta,
gandrung pada bayangan benda indah
Hanya akhirnya
mengutuk pesona yang menimbulkan bencana,
Bagaikan Harut dan
Marut, malaikat sepasang
Yang menganggap diri paling suci dari yang suci
Kebodohan,
keinginan dan kebanggaan
diri
yang jahat
Kan merusak
keharmonisan bagian dan keseluruhan
Sia-sialah kita mencari
dengan nafsu tak terjinakkan
Untuk sampai pada visi Satu
Jiwa Abadi
Cinta, hanya cinta yang
dapat membunuh apa
Yang tampaknya telah mati,
ular nafsu yang telah membeku
Hanya cinta, lewat air mata
doa dan nyala rindu
Terungkaplah pengetahuan
yang tak pernah dapat di sekolah
Para pecinta Tuhan
belajar dari-Nya rahasia
Pemeliharaan,
rencana alam semesta
Tinggal di
dalam-Nya, mereka selalu menyenandungkan pujian-Nya
Yang menciptakan
ribuan Waktu bagi manusia.
Kejahatan tak
mereka kenal, karena di dalam-Nya sama sekali tidak ada
Namun tanpa
kejahatan bagaimana kebaikan kan menampak
Cinta menyahut :
“Mari merasa denganKu, jadilah satu bersamaKu
Dimana ada Aku, tak
ada jarak yang bisa memisah
Ada tingkatan
Cahaya surgawi dalam jiwa :
Para Nabi dan Orang
Suci memperlihatkan jalan yang telah mereka lalui
Langkah awal dan
tahap-tahapnya, tempat-tempat berhenti sejenak
Dan
tujuan-tujuannya :
Semua menuju ke
satu tujuan dalam Tuhan.
Cinta tak kan
membiarkan hambanya yang setia lelah terkulai
Keindahan Abadi
selalu menarik mereka
Dari kemuliaan
menuju kemuliaan, datang kian mendekat
Pada setiap
pemberhentian dan percintaan semakin lekat.
Ketika kebenaran bersinar,
tiada kata dan cerita nan dapat
terucap
Kini dengarkan Suara di dalam hatimu.
Selamat berpisah
- NICHOLSON
R.A : Rumi Poet And Mistic. SUTEJO : Jalaluddin Rumi. Ajaran dan
Pengalaman Sufi. Cet I. Pustaka Firdaus. Jakarta, Hal. 3-4, 1993.
DARI PENULIS
Bismillahirrahmaanirraahiim
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Ilahi Rabbi … Salawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW, keluarganya
serta para sahabatnya. Sesungguhnya
penulis tidak mengerti apa-apa, tidak bisa apa-apa serta tidak memiliki apa-apa.
Jangankan kepandaian, kebodohan pun
bukan milik penulis. Penulis tidak bisa
membaca Al Qur’an dengan baik dan benar, oleh karena penulis memang tidak
pernah mengikuti pendidikan keagamaan secara formal dan juga tidak pernah
mengikuti pendidikan pesantren secara khusus.
Tulisan ini pun hanya sekedar
kumpulan catatan apa yang pernah penulis dengar dari orangtua ( almarhum ),
dari beberapa sesepuh dan dari para pembimbing ruhani lainnya, kemudian
disesuaikan dan diperbandingkan dengan tinjauan beberapa kepustakaan yang
pernah penulis baca dan jumlahnya pun tidak banyak. Oleh karena itu, tulisan ini banyak sekali
kekurangannya, sangat jauh dari apa yang dikatakan baik, apalagi sempurna. Tulisan ini disusun sejak Januari 1996 atas
saran teman-teman dari SMA Negeri Kuningan, setelah acara Reuni pada tanggal 31
Desember 1995. Pada acara tersebut
penulis di daulat untuk memberikan santapan rohani. Kemudian teman-teman menganjurkan agar materi
ceramah tersebut dikembangkan dan dijadikan sebuah buku. Sejak itu penulis mulai mengumpulkan
bahan-bahan dari buku-buku tasawuf. Ada
keraguan dan kekhawatiran penulis terutama mengenai masalah Al
Qur’an Sejati, Guru Sejati, Kemanunggalan
atau Manunggaling Kaula Gusti dari Syech Siti Jenar, Wahdatul
Wujud dari Al Hallaj, Hamzah Fansuri atau dari siapapun yang masih
dianggap tabu.
Setelah berupa makalah, Mei 1998
mulai diberikan kepada kerabat dan teman-teman dekat. Perbaikan demi perbaikan sampai sekarang
masih terus dilakukan. Walaupun makalah ini telah berulangkali mengalami
perbaikan, namun masih terasa belum pas.
Dalam hal ini bisa kita ibaratkan seperti layaknya seorang mahasiswa
yang baru belajar menulis skripsi.
Mulai tahun 2001 banyak buku-buku
bagus misalnya dari Karen Armstrong, tahun 2002 dari Abu sangkan dan Achmad
Chodjim dan tahun 2005 buku-buku serial dari Agus Mustofa. Dengan adanya
buku-buku yang dikemas secara ilmiah dari para penulis tersebut, maka keraguan
dan kekhawatiran penulispun menjadi sirna.
Tulisan ini hanya sekadar bahan
renungan, khususnya bagi penulis sendiri, dalam rangka introspeksi di usia yang
tersisa ini … dan … sebagai bahan untuk bertanya lebih lanjut kepada ahlinya …
Oleh karena itu, penulis masih sangat mengharapkan saran dan nasehat, terutama
dari para sesepuh serta dari siapapun yang pernah membaca tulisan ini.
Bagi yang berminat, semoga tulisan
ini bisa dijadikan bahan kajian untuk digali dan dikembangkan, sesuai dengan
kaidah-kaidah keilmuan, sehingga suatu saat nanti bisa menjadi sebuah buku yang
dapat dipertanggungjawabkan di tingkat akademis.
Ada beberapa hal yang mungkin bisa dikaji,
digali dan dikembangkan dari tulisan ini : Yang pertama adalah apakah benar ajaran para
sufi termasuk Al Ghazali, Jalaluddin Rumi dan lain-lainnya menyimpang dari
ajaran Islam ??? Ajaran para sufi yang
betul-betul sufi bukan sufi palsu itu justru muncul pada saat terjadi kemerosotan
moral bangsa Arab setelah Rosululloh dan para sahabat wafat, pada periode
kepemimpinan bani Umayah, kemudian diperparah oleh bani Abas. Yang kedua tentang alasan mengapa Surat Al
Fatihah disebut sebagai umul Qur’an, diringkas menjadi basmallah, menjadi lafad
Allah, menjadi alif dan akhirnya menjadi titik pertama pada huruf ba… Yang
ketiga dalam rangka mencari dan mengenal Allah terjadi hal yang paradoksal,
Allah yang transenden, yang tidak terjangkau oleh akal dan Allah yang imanen yang berada di dalam diri kita. Yang keempat, untuk mencapai puncak spiritual
ternyata tidak ada jalan lain kecuali melalui dzikrullah… Apakah dzikrullah itu
penjabaran, penerapan dan penghayatan dari rukun Islam yang pertama ataukah
bid’ah dari para sufi??? Sampai sejauh
mana kedahsyatan dzikir terhadap perkembangan potensi seseorang??? Tuhan
memberi manusia mata, telinga, hati dan ruh. Hati dalam hal ini bukan hati
organ bagian dalam dari tubuh manusia.
Hati yang dimaksud adalah qolbu yang tidak kita ketahui tempatnya
dimana. Oleh karena itu muncul
pertanyaan, mengimani keberadaan Tuhan itu apakah dengan otak melalui mata dan
telinga ataukah dengan hati dan ruh ??? Apakah yang berkomunikasi dengan Tuhan
itu jasmaninya ataukah ruhaninya???
Kenapa kita harus bertengkar tentang kebenaran otak dan hati ??? Seberapa besar ego kita, seberapa besar
arogansi kita dan seberapa besar toleransi kita terhadap umat yang berbeda
keyakinan ??? Apakah benar bahwa perbedaan pendapat itu adalah hikmah??? Apakah
keyakinan keberagamaan seseorang itu harus dipaksakan ??? Apakah semua agama
mengajarkan tentang firah manusia ??? Kenapa
hanya mata, telinga dan hati yang dituntut tanggung jawabnya, sedangkan ruh
tidak ??? Apakah ajaran para sufi itu
tahayul ataukah untuk mendapatkan kepastian dan keyakinan berketuhanan??? Selanjutnya yang harus kita sadari adalah bahwa
keberagamaan itu berjenjang, mulai dari iman, islam dan ikhsan, dari tata cara
syariat ke tingkat hakikat dan makrifat, dari alam lahiriyah ke alam bathiniah,
karena Allah adalah Al Bathin. Pada akhirnya ternyata penglihatan atas Tuhan
hanya bisa melalui mata hati. Harus bisa
mati sebelum mati, agar kesadaran ruhnya
bangkit … Itulah essensi keberagamaan bagi mereka yang mau berpikir… Bagi
mereka yang ingin mencapai makripat… jangan mandeg di alam lahiriyah ... Surga bukan tujuan para pencari sejati …
Ada apa di surga …??? Di surga tidak
ada apa-apa, kecuali kesenangan fisik, air yang berlimpah, makanan dan minuman,
kasur yang empuk serta bidadari.
Bidadaranya mana … ??? Setelah
kita mati jasmaninya di kubur dalam tanah sedangkan ruh akan kembali kepada
Allah tanpa jasmani, tanpa kelamin, tanpa nafsu. Jadi untuk apa bidadari … ??? Untuk apa Surga …??? Karena Allah-lah seindah-indahnya
tempat untuk kembali, bukan surga …!!!
Semoga bahan renungan ini bisa
membuka wawasan serta bisa bermanfaat khususnya bagi para kerabat, handai tolan
serta sesama umat lainnya.
Atas segala saran dan nasehatnya,
tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih, terutama bagi kedua orang tua
penulis, almarhum ayahanda H. Mulhari dan almarhumah ibunda Hj. Siti Khotimah, semoga
jerih payah beliau serta para sesepuh dan para pembimbing ruhani lainnya, baik
yang masih ada maupun yang sudah tiada, mendapat pahala dari Allah SWT… antara
lain alm. Abah Widjayaperwata yang mengajarkan makna hakikinya wudu dan sholat,
alm. Uwa Emung, yang mengajarkan arti kejujuran, alm. Bapak H. Permana
Sastrarogawa sesepuh Pengajian Tawakal ketika masih di Rawa Bambu. Para Pembina
Pengajian Tawakal terutama Prof. Dr. H. Jusuf Misbach Sp.S. K-FAAN, penulis di bimbing
dzikir pengisian tujuh latifah, Dr. Entjep Hadjar Sp.THT, Prof. Dr. H. A.H. Asdie
SpPD. K-EMD, alm. DR. (Phil) H.R.M. Talib Puspokusumo, SH serta H. Memet R.
Kusrin, MMar yang telah memperluas wawasan penulis saat Silaturahmi Nasional
dan Tafakur, November 2009 di Kaliurang Yogyakarta. Alm. bapak Dedi mantan
Pimpinan Redaksi Berita Minggu di Grogol Jakarta yang mengajarkan meditasi
secara sistematis. Rasa terima kasih
penulis sampaikan kepada alm. Kang Iwan S. SE dan seluruh keluarganya di Bogor.
Beliau tidak mau secara formal dipanggil
guru, suasananya sangat santai penuh rasa kekeluargaan. Kami memanggil beliau dengan sebutan Kang
Bos. Rasa terima kasih penulis sampaikan
kepada segenap keluarga kang H. Edi H. Ir
dan Momom, ibu Hj Nana pemilik
Hotel Selabintana di Sukabumi sebagai tempat kami menimba ilmu dari Kang Bos Iwan.
Terima kasih kepada seluruh keluarga besar Wiriaatmadja terutama alm. Kang Yus
Wiriaatmadja SE. Terima kasih kepada bapak
Irmansyah Effendi, Master Reiki Tumo Yayasan Padmajaya Indonesia yang telah
membuka cakra-cakra penulis sampai ke cakra 8-9-10 energi Shing Chi serta
membimbing penulis untuk retret ke beberapa periode kehidupan di masa lalu. Beliau
juga berkenan memberikan “Bunga Teratai” kepada penulis. Terima
kasih untuk ibu Hj. Iroh dan ibu Hj Nenden di Ciwidey saudara seperguruan Kang
Bos Iwan. Terima kasih kepada alm. bapak
Subakir di Susukan lebak Cirebon, alm. bapak Nazamuddin serta alm. H. Ayat
Suhayat dan mang Jana pedagang empal gentong di Cirebon. Ibu Hj. Onah dan Aleh di Cikalahang Sumber. Terima kasih penulis sampaikan bagi segenap
keluarga Oom Sun di Bandung. Oom Sun
juga orangnya sangat santai dan
sederhana, beliaupun tidak mau
dipanggil guru. Kepada sdr Ivan yang
mempertemukan saya dengan Oom Sun. Juga
terima kasih kepada Bapak Prof. DR. H.
Dedi Djubaedi, M.Ag Rektor IAIN Ambon yang memberikan dorongan moril bagi
penulis serta Bapak DR. H. Sumanta Hasyim, M.Ag, dosen Pasca Sarjana, PUREK I
di IAIN SYECH NURJATI Cirebon yang berkenan menyempurnakan tulisan ini serta
kepada Sdr. Tuhrojin M.Ag di IAIN SYECH NURJATI Cirebon. Sebagai seorang khotib Sdr Tuhrojin juga
sering mensosialisasikan materi tulisan ini dalam ceramah-ceramahnya. Masyarakat awam mulai diajak berpikir cara
sufi, mulai diajak berpikir tentang keberagamaan dari segi essensi dan
substansinya. Masyarakat awam mulai
diperkenalkan kepada Islam sebagai fitrah manusia, bukan sebagai budaya
Arab. Memang harus kita sadari bahwa
budaya Arab tidak identik dengan Islam sebagai fitrah yang universal bagi
seluruh umat manusia di dunia . Kemudian
dia juga yang mempertemukan penulis dengan DR. H. Sumanta Hasyim, M.Ag. Tak
lupa penulis sampaikan juga rasa terima kasih untuk Ibu Emawati Yunus SH yang
telah membantu menyelesaikan Sertifikat Hak Cipta makalah ini bagi Penulis,
serta seluruh keluarga Ir. Yus Ruslan Ahmad di Bandung yang telah membuatkan
blog bahanrenungan01 di Google. Terima kasih untuk Ragha yang telah membantu
merevisi blog bahanrenungan01 menjadi spiritul blog Mencari dan Mengenal Allah …
Kebenaran yang hakiki senantiasa datang
dari Allah, sebagai insan penulis mohon maaf bila terdapat banyak kesalahan
dalam penyampaian ...
So
what gitu loh …???!!!
Cirebon, Januari
2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar