Translate

tema 1

tema 1
tema

Senin, 24 Maret 2014

ADAKAH REINKARNASI DI DALAM AL QUR’AN Jilid 5 Edisi Revisi 27 Februari 2015

NASKAH BUKU


ADAKAH
REINKARNASI
DI DALAM AL QUR’AN

Jilid 5
 Edisi Revisi
 27 Februari 2015




Disusun oleh

Dr. H MAMAN SW Sp OG
http: //www.slideshare.net/drmaman
http : //www.drmamanspog.blogspot.com



PENELITIAN TENTANG REINKARNASI

Masalah reinkarnasi tidak terlepas dari masalah Ruh. Masalah Ruh adalah masalah keghoiban Allah dan juga merupakan rahasia Allah. Oleh karena itu sungguh sulit bila harus dibuktikan secara nyata. Masalah keyakinan seseorang terhadap masalah ini, tentu saja tidak bisa dipaksakan. Tidak ada paksaan dalam ajaran Islam. Demikian juga masalah komunikasi dengan Ruh.

Bagaimana menurut ajaran Al Qur’an…???
Sekalipun Kami turunkan malaikat dari langit kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan segala sesuatu kehadapan mereka, mereka tidak akan percaya, kecuali bila Allah menghendaki tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui  ( AL AN’AAM 6 : 111 ).

Mereka yang meninggal di jalan Allah jangan engkau katakan mati. Tidak..!!!  mereka tetap hidup, hanya engkau tidak menyadarinya
 ( AL BAQARAH 2 : 154 ).

Mereka yang meninggal di jalan Allah jangan engkau katakan mati. Tidak..!!!  mereka tetap hidup di sisi Tuhannya dan mendapat rizki  ( ALI IMARAN 3 : 169 ).

Karena Ruh-Ruh tersebut tidak mati, maka walaupun jasadnya sudah mati dan sudah dikuburkan, Ruh mereka yang sudah meninggal itu, mengetahui siapa yang berziarah dan memberi salam kepadanya. Ruh mereka yang sudah mati dapat saling bertemu,berkumpul kembali bersama golongannya masing-masing yang seiman. Bahkan Ruh orang yang sudah mati bisa bertemu dengan Ruh  kita yang masih hidup, pada saat kita yang masih hidup dalam keadaan tertidur
(Surat Az Zumar 39 : 42). (al Jauzy Q : Masalah Ruh).

Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan-mu dengan rasa suka cita dan diridhoi-Nya,  masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku  (AL FAJR 27 : 30).

Allah-lah yang mengambil jiwa manusia ketika wafat dan ketika tidurnya sebelum wafat, lalu ditahan-Nya jiwa itu (yang telah wfat) serta dilepaskan-Nya kembali jiwa yang lain (yang belum wafat) sampai batas waktu yang ditentukan.  Sesungguhnya dalam hal itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir  ( AZ ZUMAR 39 : 42 ).

Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku, melainkan Allah menyampaikan kepada ruh-ku, sehingga akupun membalas salamnya (Hadits Rosulullah).
Seorang muslim yang lewat pada kuburan saudaranya yang dikenal dikala hidupnya di dunia, kemudian memberi salam kepadanya, maka Allah menyampaikan salam itu kepadanya sehingga ruhnya membalas salam itu (Hadits Rosulullah).

Dari kedua Hadits tersebut bisa kita pastikan bahwa Ruh bisa diajak untuk berkomunikasi, berarti Ruh masih bisa berfikir dan berbicara namun Ruh tersebut tidak bisa mengekspresikan karena dia sudah tidak memiliki sarana jasmani…
Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui … Demikian menurut Al Qur’an …

Masalah Ruh adalah urusan Allah, manusia hanya diberi pengetahuan sedikit saja mengenai masalah ruh ini. Walaupun demikian fenomena ruh ini sudah sejak lama menjadi perhatian para ilmuwan di negara barat, khususnya para ahli psikologi dan para ahli psikiatri yang melakukan penelitian melalui proses hipnotisme.

Para ilmuwan yang bukan dokter tentu saja melakukan beberapa penelitian tentang ruh ini berdasarkan keilmuannya masing-masing. Ada penelitian melalui mediator yang bisa berdialog dengan para ruh orang mati, teknik foto yang dikembangkan oleh Kirlian dari Rusia, deteksi melalui sinar infra merah sampai ke alat-alat elektronik canggih lainnya, seperti yang sering ditayangkan melalui TV.

Sampai sejauh ini agaknya penelitian mereka masih belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Penelitian mereka hanya sebatas pada fenomena saja, sedangkan substansi ruh sampai saat ini tidak bisa diketahui. Namun demikian agaknya mereka, para peneliti tersebut mulai percaya bahwa ada kehidupan atau alam lain setelah kematian jasmani. Mereka juga mulai percaya bahwa Ruh yang hidup di dunia sekarang ini, pernah mengalami beberapa kali kehidupan di dunia ini sebelumnya.

Penelitian reinkarnasi ruh melalui hipnotisme berawal dari ketidaksengajaan pada saat penelitian terhadap orang-orang yang mempunyai masalah kejiwaan. Dengan pengaruh hipnotis penderita tersebut diperintahkan untuk mengenang masa lalunya agar terungkap latar belakang penderitaannya. Pada suatu ketika karena pengaruh tenaga hipnotis yang begitu kuat, sampai kebablasan ke masa lalu yang jauh sebelum orang tersebut dilahirkan melalui jasad yang sekarang ini. Peristiwa ini merupakan titik tolak penelitian reinkarnasi Ruh melalui tata cara hipnotisme.

Kalnel Ruka adalah orang yang pertama kali yang berhasil mengembalikan keadaan jiwa seseorang ke masa lalunya, sampai melewati batas kehidupan yang sekarang sehingga mencapai alam yang gelap dan sunyi serta penuh rahasia, sebelum kelahiran kembali ke dunia nyata. Penelitian pun berlanjut, sehingga akhirnya Ruka menyimpulkan bahwa ada kehidupan ruh sebelum alam ini, bahwa ruh manusia pernah mengalami beberapa kali kehidupan melalui jasad yang berbeda-beda dan meninggal berkali-kali, sampai akhirnya mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebebasan (Abthahiy H : Rahasia Alam Arwah).

Michael Newton, ahli hipnoterapi, selama 10 tahun melakukan studi kasus perjalanan ruh pada penderita-penderita yang dihipnotisnya.  Newton pun menyimpulkan bahwa saat kematian, Ruh merasa bahagia karena terbebas dari beban.   ruh menjelaskan bahwa dirinya berupa cahaya yang dijemput oleh cahaya dan menuju kepada Cahaya Yang Sangat Kuat.
Menurut Newton semua Ruh memiliki status ilahi yang sama, karena berasal dari essensi ilahi yang sama, yaitu dari Ruh Yang Maha Tinggi.   Ruh ada yang muda ada yang tua dan yang lebih tua lagi jarang ber-reinkarnasi, bahkan tidak ber-reinkarnasi lagi bila sudah mencapai kematangan yang sempurna. Tanpa disadari hasil penelitian Newton ini membuktikan kebenaran ayat-ayat Al Qur’an….

Cahaya di atas Cahaya, Tuhan akan membimbing dengan Cahaya-Nya kepada Cahaya-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki ( AN NUUR 24 : 35 )

Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat ( AL INSYIQAAQ 84 :19 )

Mengapa kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, Dia menghidupkanmu, kemudian mematikanmu, menghidupkanmu kembali, selanjutnya kepada-Nya kamu dikembalikan ( AL BAQARAH 2: 28 )

Sekarang ini selain melalui hipnoterapi, penderita dibimbing bermeditasi untuk memasuki periode kehidupan masa lalu saat trauma kejiwaan itu terjadi… 
Penulis pernah mengikuti sesi meditasi ke masa lalu bersama beberapa teman diantaranya ada sejawat dokter Spesialis Penyakit Dalam, teman se-asrama sewaktu masih menjadi mahasiswa di FKUI. 

Sejawat ini ternyata dikehidupan yang lalunya adalah seorang pendeta yang menjalankan misinya disuatu tempat kemudian digantung oleh penduduk pribumi, sehingga dikehidupan yang sekarang bila dia berjalan kepalanya miring, seperti sedang main biola.  Saat masih jadi mahasiswa di FKUI dia pernah memeriksakan dirinya ke Bagian Neurologi.  Dia diperiksa dengan alat-alat canggih, ternyata normal.   Alhamdulillah setelah mengikuti sesi meditasi ini dia sembuh, bila berjalan leher dan kepalanya tegak…
Subhanallah … Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya.

Demikian juga penelitian melalui mediator yang bisa berkomunikasi dengan Ruh. Ruh yang dipanggil diperintahkan untuk menceritakan masa lalunya, mulai dari nama, alamat sebelum dia meninggal dunia, pekerjaan dan kegiatan selagi dia hidup di dunia. Dari penelitian tersebut, para Ruh ada yang tetap angkuh dan tetap tidak menyadari kenapa dia sekarang berada dalam penderitaan tanpa akhir, ada Ruh yang mengeluhkan penderitaannya di alam kubur dan mohon pertolongan agar dia bisa dikirimi do’a serta ada pula Ruh yang setelah kematiannya dia merasa terbebas dari rasa sakit dan penderitaannya tatkala hidup di dunia, dia merasa senang.

Menurut salah seorang sesepuh, bagi mereka yang bernegosiasi (bekerja sama) dengan makhluk halus jin, siluman atau yang disebut hodam dan sebangsanya, bila mereka mati bahkan sebelum saat kematian mereka, Ruh mereka diambil dan dijadikan budak oleh makhluk halus sesembahan mereka, untuk selama-lamanya. Mereka tidak bisa masuk surga, bahkan nerakapun tidak mau menerima mereka. Mereka tidak akan bisa mendapatkan ampunan dari Allah karena mereka telah melakukan dosa syirik. Oleh karena itu, ilmu tersebut tidak boleh dipelajari oleh para murid beliau. Semulia-mulianya ilmu adalah ilmu mengenal Allah.

Menurut penulis, kelemahan penelitian Ruh baik melalui hipnotisme maupun melalui cara mediator berkomunikasi dengan Ruh adalah kita tidak mengetahui keaslian Ruh tersebut. Apakah Ruh yang datang berkomunikasi itu Ruh asli ataukah jin yang berpura-pura jadi Ruh. Oleh karena itu, walau bagaimanapun masalah Reinkarnasi sangat sulit untuk dibuktikan secara nyata.

Walaupun demikian terlepas dari percaya atau tidak terhadap Reinkarnasi, secara pribadi penulis mengagumi dan meyakini betapa luasnya, betapa universalnya ajaran Al Qur’an, begitu luas cakupannya, hingga mencapai masalah reinkarnasi. Betapa sempurnanya ajaran Islam karena tidak terpaku pada masalah reinkarnasi. Akhir dari ajaran Islam adalah kembali kepada Allah, bukan reinkarnasi yang kembali ke alam dunia.  Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya.  Agar tidak dikembalikan lagi ke alam dunia maka kita harus ingat Surat Al Asr 103 : 1-3…

Seandainya kita percaya akan adanya reinkarnasi, hendaknya jangan tanggung-tanggung, harus percaya juga bahwa bila Allah menghendaki, maka manusia bisa dilahirkan kembali ketingkat kehidupan yang lebih rendah. Dia bisa dilahirkan kembali ke dunia sebagai hewan.

Reinkarnasi agaknya hanya bagi mereka yang tingkat keimanannya masih tipis.  Bagi mereka yang sudah mencapai derajat ihsan dan insan kamil, maka Allah-lah seindah-indahnya tempat untuk kembali, mereka tetap hidup di sisi Tuhan-nya serta mendapat rezeki (perhatikan Surat ALI IMRAN 3 : 14 dan 169). Kecuali bila Allah menghendaki lain (HUUD : 11 : 108).

Dengan demikian wajarlah bila para sesepuh kita yang ahli tasawuf tidak menghendaki dirinya untuk hidup kembali ke dunia nyata. Karena dunia yang penuh fatamorgana ini merupakan penjara dan siksaan bagi ruhaninya, sedangkan kematian adalah bahwa dirinya kembali ke Rahmat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Menurut para sesepuh, tugas para wali Allah adalah menjaga kelestarian agama Islam. Yang mengetahui wali Allah hanya para wali Allah itu sendiri. Bila salah seorang wali Allah meninggal dunia, maka akan muncul seorang  wali Allah yang lain, sebagai penggantinya.

Oleh karena itu, menurut penulis, bukan masalah reinkarnasi, akan tetapi yang penting adalah bagaimana usaha kita untuk bisa mencapai derajat Ihsan dan Insan Kamil, sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Sunah Rosulnya, agar tidak dikembalikan lagi ke alam dunia. Kehidupan yang kekal di sisi Allah itulah yang terbaik, itulah tujuan kita yang harus kita sadari… bukan untuk mencapai surga… karena di surga hanya ada kesenangan fisik… Para pencari sejati tidak mencari Surga, tapi mencari bagaimana caranya untuk bisa mencapai IKHSAN menjadi INSAN KAMIL yang mendapat keridhoan Allah serta ucapan selamat dari Allah..

Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan-mu dengan rasa suka cita dan diridhoi-Nya,  masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-KU  (AL FAJR 89 : 27 : 30).
Salamun qaulam-mir-robbir-rohiim. Salam sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang ( YAASSIIN 36 : 58 ).

Oleh karena itu Al Qur’an telah memberikan peringatan agar kita mengakhiri masalah reinkarnasi ini melalui Surat Al Asr 103 : 1-3…
Demi waktu Asar… sesungguhnya manusia itu selalu dalam kerugian… kecuali bagi mereka yang beriman, mereka yang beramal soleh dan berbicara tentang hal-hal yang baik dan mereka yang sabar…

Mereka yang meninggal di jalan Allah jangan engkau katakan mati. Tidak..!!!  mereka tetap hidup, hanya engkau tidak menyadarinya
 ( AL BAQARAH 2 : 154 ).
Mereka yang meninggal di jalan Allah jangan engkau katakan mati. Tidak..!!!  mereka tetap hidup di sisi Tuhannya dan mendapat rizki  ( ALI IMARAN 3 : 169 ).

Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah dia yang paling takwa diantara kalian ( AL HUJURAT 49 : 13 )

Dari Allah kembali kepada Allah. Dari Sang Pencipta kembali kepada Sang Pencipta.
Semua ciptaan Allah disebut MAHLUK dan mahluk ciptaan Allah itu ada yang tampak yaitu manusia dan alam semesta, sedangkan Mahluk ciptaan Allah yang tidak tampak diantaranya : malikat, jin, syaeton dan iblis, termasuk surga dan neraka… itu juga mahluk ciptaan Allah yang tidak tampak
SELANJUTNYA TERSERAH KITA MAU KEMBALI KEPADA ALLAH ATAU KEMBALI KEPADA MAHLUK CIPTAAN-NYA YANG DISEBUT SURGA…. 
UNTUK KESENANGAN FISIK DI SURGA … MONGGO… WANI PIRO…???



KESIMPULAN

Adanya ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah reinkarnasi ( kebangkitan kembali ) adalah merupakan bukti bahwa betapa luasnya kandungan Al Qur’an, betapa universalnya ajaran Islam, baik dari pengertian harfiahnya maupun makna hakikinya yang artinya damai, selamat, suci, kasih-sayang, sabar-ikhlas dan berserah diri kepada Allah…bukan berserah diri kepada dunia… Itulah Islam , itulah Fitrah yang sudah terprogram dalam hati nurani kita masing-masing… Oleh karena itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah … ( Ar-Rum 30 : 30 )
Adanya pembahasan reinkarnasi di dalam Al Qur’an juga merupakan bukti bahwa Tuhan telah menyempurnakan agama bagi umatnya diseluruh dunia melalui ajaran Islam-Fitrah yang dibawakan oleh Muhammad SAW.

Masalah reinkarnasi ini memang sangat sulit untuk dibuktikan secara nyata, karena menyangkut masalah Ruh yang menjadi rahasia Allah dan masalah adanya perbedaan satuan waktu di dunia dan di akhirat, dimana 1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia. (AL HAJJ 22 : 47).

Walaupun masalah reinkarnasi ini tidak bisa dibuktikan secara nyata, kewajiban kita adalah bahwa kita harus percaya akan kebenaran Al Qur’an. Kita juga harus percaya akan hal-hal yang bersifat ghoib ( perhatikan Surat AL BAQARAH 2 : 2-3 ).

Bahwa ber-reinkarnasi itu bisa dibangkitkan kembali ke kehidupan yang lebih baik sebagai suatu kemenangan atau bisa juga dimasukkan ke tingkat kehidupan yang sangat rendah sebagai suatu kekalahan dalam perjuangan melawan hawa nafsu.  

Hal ini  sebagai bukti bahwa Allah Maha Kuasa atas segalanya. Dia Maha Kuasa untuk memberi bentuk apapun bagi yang Dia kehendaki, sesuai dengan Kudrat dan Irodat-Nya.  Adanya reinkarnasi justru sebagai bukti bahwa Allah Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Pengampun serta Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Perhitungan Allah sangat tepat dan cepat, sehingga setiap pahala dan dosa sebesar jarahpun tak akan terlewatkan. Allah akan mengampuni semua dosa manusia, kecuali dosa syirik. Dosa syirik adalah dosa bagi mereka yang mempersekutukan Allah, yaitu mereka yang bernegosiasi dengan jin, setan, siluman dan sebangsanya. Ruh mereka tidak bisa masuk surga, bahkan neraka pun enggan menerima mereka. Ruh mereka disandera sebagai budak oleh sesembahan mereka. Oleh karena itu, jangan mempelajari ilmu-ilmu yang menjurus seperti itu, semulia-mulianya ilmu adalah ilmu mengenal Allah. 

Reinkarnasi merupakan sarana untuk memperbaiki diri bagi mereka yang keimanannya masih tipis. Berarti manusia yang semasa hidupnya hanya berbuat kejahatan saja, pada reinkarnasi yang berikutnya belum tentu dia tetap menjadi manusia jahat, mungkin dia menjadi manusia yang senantiasa berbuat kebajikan.

Di dunia nyata Ruh tersebut akan ditempa agar memperoleh kesempurnaan bathin tahap demi tahap, sampai mencapai tingkatan Ihsan dan Insan Kamil. Keagamaan seseorang dianggap sempurna bila telah mencapai tahapan Iman, Islam dan Ihsan.  Tingkatan Ihsan ini lah yang hanya bisa dicapai melalui tasawuf. 

Bagi mereka yang sudah mencapai kesempurnaan bathin, sudah mencapai derajat Ihsan dan Insan Kamil, mereka tidak ingin dihidupkan kembali ke dunia karena mereka sadar bahwa jadi manusia itu rugi karena Allah-lah seindah-indahnya tempat untuk kembali… Mereka ingin tetap hidup disisi Allah…

Demi waktu Asar… sesungguhnya manusia itu selalu dalam kerugian… kecuali bagi mereka yang beriman, mereka yang beramal soleh dan berbicara tentang hal-hal yang baik dan mereka yang sabar… ( AL ASR 103 : 1-3 ).

Barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhan-nya, hendaknya ia mengerjakan amal soleh dan tidak mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhan-nya ( AL KAHFI 18 : 110 )

Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-KU ( LUQMAN 31 : 15 )
Inilah jalan yang lurus menuju kepada-Ku ( AL HIJR 15 : 41 )
Jangan ikuti jalan-jalan lain ( AL AN’AM 6 : 153 )

Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir ( AL INSAN 76 : 2-3 )

Tuhan menjadikan manusia berkeinginan, cinta terhadap wanita, putera-puteri, emas-perak, kuda pilihan, ternak, sawah-ladang, semuanya itu hanya secuil kesenangan hidup di dunia saja, namun Allah-lah seindah-indahnya tempat untuk kembali ( ALI IMRON 3 : 14 )

Mereka tetap hidup di sisi Tuhan-nya dan mendapat rezeki ( ALI IMRON 3 : 169 )
Kecuali bila Tuhan-mu menghendaki lain ( HUUD 11 : 108 ) …
Dengan demikian sangatlah jelas dan gamblang bahwa tujuan akhir dari ajaran Islam adalah bukan reinkarnasi, bukan kembali ke alam dunia, akan tetapi tujuan akhirnya adalah kembali kepada Allah semata. Kembali kepada Cahaya Allah itulah yang disebut Swarga.  

Oleh karena itu, bukan masalah reinkarnasinya, yang penting adalah usaha kita untuk bisa mencapai derajat Ikhsan dan Insan Kamil sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Sunah Rosul.  Insya Allah reinkarnasinya akan berakhir….tidak akan dikembalikan lagi ke alam dunia… tetap bersama Allah…
Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah dia yang paling takwa diantara kalian ( AL HUJURAT 49 : 13 )
Sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal ( AL BAQARAH 2 : 197 )

Janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah ( SHAAD 38 : 26 )
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwaya dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya ( ASY-SYAM 91 : 7-9 )

Reinkarnasi tidak terlalu penting dalam Islam, namun bermanfaat dalam dunia medis melalui hipnoterapi...pada penderita-penderita kejiwaan…

Demikianlah yang bisa penulis simpulkan tentang reinkarnasi. Sesungguhnya penulis tidak mengerti apa-apa, tidak bisa apa-apa serta tidak memiliki apa-apa. Jangankan kepandaian, kebodohan pun bukan milik penulis.  Masalah ada tidaknya reinkarnasi di dalam Al Qur’an terserah diri kita masing-masing…
Tanya aja sama Inul yang bergoyang… So what gitu loh…!!!???
Emangnye gue pikirin… cape deh… enjoy aja lagi… hehehe…

Sekalipun Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan segala sesuatu kehadapan mereka, mereka tidak akan percaya … ( AL AN’AAM 6 : 111 )

Kata Rosulullah :
Mintalah fatwa pada hatimu sendiri setelah orang lain memberimu fatwa… setelah orang lain memberimu fatwa… setelah orang lain memberimu fatwa…

Allah memberikan petunjukNya ke hati, bukan ke otak ( AT-TAGABUN 64 : 11 )...
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati ( Ali Imran 3 : 13 ). 

Mata hati adalah hati nurani atau hati nuraini, berasal dari kata Nur dan Aini
Nur artinya Cahaya dan Aini artinya Mata…yang melihat...
Di dalamnya ada Cahaya Yang Maha Melihat   ( AL QIYAMAH 75 : 14 )

Kebenaran yang hakiki senantiasa datang dari Allah.
Sebagai insan, penulis mohon maaf bila ada kesalahan dalam penyampaian…




BAHAN BACAAN
  1. ABTHAHIY H : Alam-e Ajib-e Arwah.RAKHMAT M : Rahasia Alam Arwah. Cet. III .  PT lentera Basritama. Jakarta, November 1997
  2. GAZUR-I-ILAHI I. : The Secret Of Ana`l Haqq. HARAHAP B dan JOEBAR A :   Mengungkap Misteri Besar Mansur Al Hallaj : Ana`l Haqq. Ed. I, Cet.I.  PT Raja   Grafindo Persada.  Jakarta, Des. 1995.  
  3. HUDAF : Fenomena Ruh.  Realitas Ilmiah-Qur`aniah.  Yayasan Jalan Terang. Jakarta Timur, 1983.
  4. KHATIB M.A. : As-Sunnah Qoblat-Tadwin.  FAHMI A : Hadits Nabi    Sebelum Dibukukan.  Editor  SHOLIHAT M. Cet. I.  Gema Insani Press.      Jakarta, Juni 1999.
  5. MACKENZIE V. : Reinkarnation : The Spanish Boy Whose Destiny Was To Be  A Tibetan Lama. KISTONO L. : Reinkarnasi.  Misteri Bocah Spanyol Bernama Osel.Cet. II.  PT Utama Grafiti. Jakarta, Juli 1990.
  6. NEWTON M. : Journey Of Soul. Koleksi Studi Kasus Mengenai Kehidupan Selama Jeda Antarkehidupan. PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. Jakarta, 2006.
  7. QOYYIM AL JAUZY S. : Arruh Li Ibnil Qoyyim.  KAFIE J. : Masalah Ruh. Cet. V.   PT. Bina Ilmu.  Surabaya, 1994.
  8. RADJAK A.H. : Hubungan baik.  Tarakan, Kalimantan Timur, 1998.
  9.  SEMEDI E. : Sebuah Ijtihad. 1984.  Foto copy tanpa nama dan alamat penerbit.

ADAKAH REINKARNASI DI DALAM AL QUR’AN Jilid4 Edisi Revisi 27 Februari 2015

NASKAH BUKU


ADAKAH
REINKARNASI
DI DALAM AL QUR’AN

Jilid4
 Edisi Revisi
 27 Februari 2015




Disusun oleh

Dr. H MAMAN SW Sp OG
http: //www.slideshare.net/drmaman
http : //www.drmamanspog.blogspot.com



REINKARNASI BAGAIKAN SIKLUS SIANG DAN MALAM

Menurut H.E Semedi siklus kehidupan dan kematian hampir sama seperti siklus adanya siang dan malam yang terus menerus, berulang-ulang, berlangsung secara berkesinambungan.

Kau masukkan malam ke dalam siang dan Kau masukkan siang ke dalam malam.  Kau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Kau keluarkan yang mati dari yang hidup.  Kau beri rizki kepada siapa yang Kau kehendaki tanpa batas
(ALI IMRAN 3 : 27).

Ia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan Ia mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan Ia menghidupkan kembali bumi setelah kematiannya, seperti itulah kamu akan di keluarkan  (AR RUUM 30 : 19).

Katakanlah : Siapa yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan..???  Mereka akan berkata Allah.  Maka katakanlah : Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada Allah)…???
(YUNUS 10 : 31).

Dalam Surat Ali Imran 3 : 27 telah dijelaskan bahwa proses pergantian siang dan malam bukan terjadi hanya 1 kali saja, akan tetapi terjadi terus-menerus selama bumi beredar mengelilingi matahari dan berputar pada porosnya. Demikian juga mengenai siklus kehidupan dan kematian yang berulang-ulang dan terus menerus dinyatakan dalam kalimat : Kau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Kau keluarkan yang mati dari yang hidup, merupakan suatu analogi yang seolah-olah Allah memang menghendaki agar umat manusia senantiasa memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini. Apa yang telah diciptakan Allah, maka Allah akan senantiasa mengulanginya. Analogi tersebut diperkuat melalui Surat Ar Ruum 30 : 19.
Malam—siang—malam—siang dst…
Mati—hidup—mati—hidup—mati..dst
Proses pengulangan siklus kehidupan di dunia setelah kehidupan di akhirat, bisa kita perhatikan melalui ayat-ayat tersebut dibawah ini :

Tidak-kah manusia itu ingat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan dahulu ketika ia tidak ada sama sekali
(MARYAM 19 : 67).

Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan semula, begitulah Kami akan mengulanginya… (AL ANBIYAA 21 : 104).
Dia-lah yang menghidupkan-mu, kemudian Dia mematikan-mu, lalu menghidupkan-mu (lagi).  Sesungguhnya manusia tidak tahu berterima kasih (AL HAJJ 22 : 66).

Allah-lah yang menciptakan-mu, lalu memberi-mu rizki, kemudian mematikan-mu, kemudian menghidupkan-mu lagi… (AR RUUM 30 : 40).

Bagaimana kamu tidak beriman kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Dia menghidupkan-mu, kemudian Dia mematikan-mu, kemudian Dia menghidupkan-mu (lagi), kemudian kepada-Nya kamu akan kembali
(AL BAQARAH 2 : 28).

Barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhan-nya, hendaklah ia berbuat kebaikan dan jangan mempersekutukan Tuhan-nya dengan apapun
( AL KAHFI 18 : 110 ).

Hanya kepada-Nya lah kamu semuanya akan kembali, sebagai janji yang benar dari Allah.  Sesungguhnya Allah yang memulai penciptaan, kemudian mmengulanginya agar Dia dapat memberikan pahala kepada mereka yang beriman dan melakukan kebaikan secara adil dan untuk orang-orang yang ingkar disediakan minuman yang mendidih dan azab yang pedih karena keingkaran mereka  (YUNUS 10 : 4).



HARI KEBANGKITAN YANG INDAH, CERIA DAN DAMAI

Menurut H.E Semedi, kelahiran kembali ke alam nyata senantiasa dinyatakan di dalam Al Qur’an dengan perkataan “menghidupkan kembali”, “menciptakan kembali”, sedangkan kebangkitan Ruh di alam ghaib, pada umumnya dinyatakan dengan kata “membangkitkan”. Saat kebangkitan Ruh di alam akhirat itulah yang disebut dalam bahasa Arab qiyaamatu.

Qoyama, qoyum arti harfiahnya adalah berdiri… Jadi, hari qiyamat berarti hari kebangkitan, bukan hari kehancuran total sebagai akhir zaman seperti yang selama ini kita tafsirkan. Demikian juga kata ajal (ajalum musammaa) dalam bahasa Arab yang seharusnya ditafsirkan sebagai kurun waktu tertentu (term), sering ditafsirkan sebagai mati atau kematian…
Dalam masalah qiyaamat ini H.E Semedi menganjurkan agar kita menghayati Surat AL QIYAAMAH, dimana isi dari ayat-ayatnya pun ternyata tidak menyinggung masalah kehancuran total sebagaimana yang kita bayangkan selama ini.

Surat Al Qiyaamah menceritakan keraguan orang-orang kafir atau orang-orang fasik akan hari kebangkitan dan rasa takut mereka saat menghadapai sakaratul maut. Pada saat menjelang maut itu Allah memutar ulang rekaman perjalanan hidupnya dan akhirnya dia sendiri yang menjadi saksi atas dirinya sendiri.
Hal ini berbeda keadaannya bagi orang-orang mukmin, wajah mereka pada saat itu berseri-seri, karena melihat wajah Tuhan-nya, mereka mendapat rahmat Allah.

Beberapa cuplikan ayat-ayat dari Surat Al Qiyaamah :
Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan ( kembali ) tulang- belulangnya . Bukan demikian, sesungguhnya Kami berkuasa menyusun kembali jari-jemarinya dengan sempurna ( AL QIYAAMAH 75 : 3-4 )
Ia bertanya : Bilakah hari kiamat itu ?? ( AL QIYAAMAH 75 : 6 )
Pada hari itu diberitahukan kepada manusia apa-apa yang telah dikerjakannya dan apa-apa yang dilalaikannya.  Di dalam diri manusia ada Yang Maha Melihat
( AL QIYAAMAH 75 13-14 )
Pada hari itu wajah mereka ( yang beriman ) berseri-seri, karena melihat wajah Tuhan-nya.  Wajah-wajah ( orang kafir ) muram,  karena akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang dasyat ( AL QIYAAMAH 75 : 22-23-24-25 )
Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan ( kematian )
( AL QIYAAMAH 75 : 28 )
Kepada Tuhan-mu lah pada hari itu kamu digiring ( AL QIYAAMAH 75 : 30 )
Apakah manusia mengira bahwa dia akan dibiarkan begitu saja ??? 
( AL QIYAAMAH 75 : 36 )
Bukankah ( Allah ) berkuasa menghidupkan orang mati ??
( AL QIYAAMAH 75 : 40 )

H.E Semedi mengajak kita untuk berfikir dan merenungkan kembali mengenai makna hari kebangkitan (qiyaamah) yang selama ini kita anggap sebagai hari kehancuran total atau hari akhir zaman melalui ayat yang lain :

Dan Allah, Dia-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati, lalu Kami hidupkan bumi yang telah mati dengan hujan itu.  Demikianlah kebangkitan itu  (FAATHIR 35 : 9).

Ia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan Ia mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan Ia menghidupkan kembali bumi setelah kematiannya, seperti itulah kamu akan di keluarkan  (AR RUUM 30 : 19).

Dari Surat Faathir 35 : 9 dan Surat Ar Ruum 30 : 19 tersebut bisa kita bayangkan bahwa hari kebangkitan adalah suatu musim semi yang indah penuh keceriaan dan kedamaian. Hari kebangkitan sama sekali tidak menggambarkan sesuatu yang sangat mengerikan, tidak menggambarkan suatu kehancuran total seperti dongeng yang selama ini pernah kita dengar sebelumnya… Karena Qiyam artinya bangkit…

Dengan demikian kita bisa memahami bila H.E Semedi berpendapat bahwa Ruh akan dibangkitkan dan dilahirkan kembali setelah dalam kurun waktu tertentu di alam kubur, tanpa harus menunggu sampai hari akhir zaman yang selama ini kita sebut sebagai hari qiyamat… Seharusnya hari qiyamat itu kita terjemahkan sebagai hari kebangkitan, bukan hari kehancuran. Kurun waktu tertentu itu lamanya tergantung kepada amal perbuatannya serta kadar keimanannya masing-masing.


REINKARNASI SEBAGAI BUKTI ALLAH MAHA ADIL

Kepada-Nya lah kamu semuanya akan kembali.  Janji Allah yang benar, Dia-lah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya supaya Dia dapat memberi pahala kepada mereka yang beriman dan beramal saleh secara adil.  Sedangkan bagi mereka yang kafir (disediakan) minuman air yang mendidih dan azab yang pedih karena kekafirannya ( YUNUS 10 : 4 ).

Barang siapa berbuat baik, laki-laki atau perempuan, dan ia beriman, maka pasti akan kami hidupkan ( dilahirkan kembali ) dengan kehidupan yang baik dan kami akan memberinya pahala (sebagai balasan) sesuai dengan  apa yang telah mereka lakukan (AN NAHL 16 : 97)

Kami akan memasang timbangan yang adil untuk hari kebangkitan, sehingga tak ada orang yang rugi sedikitpun, biarpun amalan itu hanya seberat biji sawi, Kami akan memperlihatkannya dan Kami cukup sebagai penghisab.
(AL ANBIYAA 21 : 47).


BENCANA ALAM DAN KEMATIAN MASAL

H.E Semedi juga mengulas mengenai tentang bencana alam dan kematian masal dalam Surat Al Haaqqah 69 : 13-19 serta Surat Az Zalzalah 99 : 1 – 6 sebagai berikut :
Dan apabila sangkala berbunyi sekali tiupan dan bumi beserta gunung-gunung diangkat dan dihancurkan dengan sekali benturan, maka pada hari itu terjadilah peristiwa kiamat dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah dan para malaikat akan berada di setiap penjuru langit.  Pada hari itu delapan malaikat menjunjung Arsy Tuhan-mu di atas mereka.  Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhan-mu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya kedalam tangan kanannya, ia akan berkata : Ambilah, baca kitabku (AL HAAQQAH 69 : 13 – 19).

Bilamana bumi digoncangkan dengan gempa buminya dan bumi mengeluarkan beban-bebannya (yang dikandungnya) dan manusia bertanya : Mengapa bumi ini (jadi begini)...??? Pada hari itu bumi akan menceriterakan kisahnya.  Karena sesungguhnya Tuhan-mu telah memerintahkan kepadanya.  Pada hari itu umat manusia akan keluar bergolongan-golongan untuk diperlihatkan perbuatan-perbuatan mereka  (AZ ZALZALAH 99 : 1-6).

Menurut H.E Semedi bila ayat-ayat dari kedua Surat di atas ditafsirkan secara harfiah, maka setiap orang pasti akan berfikir bahwa orang-orang mati harus menunggu sampai terjadinya kehancuran total pada akhir zaman sebelum mereka dibangkitkan kembali dan dihisab amal perbuatannya.

Ayat-ayat dari kedua Surat tersebut mengungkapkan dan menggambarkan suatu tragedi, suatu peristiwa yang dahsyat, suatu dramatisasi agar kita menghayati adanya peristiwa besar yang terjadi baik pada seseorang maupun pada sekelompok atau suatu umat yang mengakibatkan kematian ataupun kehancuran umat tersebut secara masal. Misalnya gempa bumi, letusan gunung berapi atau bencana alam lainnya seperti dalam riwayat kota Sodom dan Gomorah.

Pada peristiwa tersebut terjadi kematian secara serempak, kemudian mereka akan dihisab dan dibangkitkan kembali sesuai dengan kadar keimanannya masing-masing.  Bagi mereka yang soleh tidak akan gentar, tidak ada keraguan untuk memperlihatkan buku catatan amalnya kepada siapapun juga … Mereka ini yakin bahwa Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya.   Mereka yakin bahwa Allah tidak akan mengingkari janjinya.




SANGGAHAN REINKARNASI
DARI PIHAK YANG BERWENANG

Seperti kita ketahui bahwa selama ini sebagian umat Islam tidak mempercayai adanya reinkarnasi.  Dalam hal ini Pemerintah c.q Departemen Agama memberikan sanggahan-sanggahannya berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an, terutama ayat-ayat yang menunjukkan adanya siksaan neraka jahanam serta ganjaran surga yang kekal abadi. Berarti setiap manusia yang sudah mati akan tetap tinggal di alam akhirat untuk selama-lamanya.

Menurut H.E Semedi bila kita hanya berpegang pada ayat-ayat tersebut saja tanpa melihat dan mempelajari ayat-ayat lainnya serta keterkaitannya satu sama lain atau tanpa melihat kandungan Al Qur’an secara keseluruhan, tanpa melihat Kemuliaan dan Keagungan Tuhan, tanpa melihat sifat Rahman-Rahim Tuhan, tanpa melihat bahwa Allah Maha Pengampun, terlebih lagi masalah reinkarnasi ini tidak bisa dibuktikan secara nyata, maka bisa dipastikan bahwa kita semua akan menolak adanya masalah reinkarnasi.


Beberapa ayat yang diajukan Pihak resmi antara lain adalah :

Surat Al Mu’minuun 23 : 99 – 100
“Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu, hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata : “Ya, Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia. Agar aku berbuat amal saleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak !!! Sesungguhnya itu adalah perkataan yang  diucapkannya saja. Dan di belakang (waraa) mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.

Surat Al Furqon 25 : 69
Akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kebangkitan dan dia akan kekal di dalamnya, dalam keadaan terhina.”

Surat Yunus 10 : 27 dan 52
“Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang perlindungpun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zalim itu : “Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal, kamu tidak diberi balasan melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan.”

Surat As-Sajadah 32 : 14
“Maka. Rasakanlah olehmu (siksaan) disebabkan kamu lupa akan pertemuan dengan harimu ini. Sesungguhnya Kami telah melupakanmu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang kamu kerjakan.”

Surat Muhammad 47 : 15
Gambaran (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring dari Tuhannya, (apakah) sama dengan gambaran orang-orang yang kekal dalam neraka dan diberi minum air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya.
Demikianlah balasan (terhadap) musuh-musuh Allah, (yaitu) neraka; mereka mendapat tempat tinggal yang kekal di dalamnya sebagai balasan atas keingkarannya terhadap tanda-tanda (ayat-ayat) kami.
Surat At Taubah 9 : 17 dan 63
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang hapus semua amal mereka, dan mereka kekal di dalam neraka.

Surat Al Hasyr 59 : 17
Maka kesudahannya kedua golongan itu, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan (bagi) orang-orang yang zalim.

Surat Al Baqarah 2 : 25, 29, 81-82, 163, 217, 257 dan 275
Dan sampaikanlah berita gembira bagi mereka yang beriman dan berbuat kebaikan, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang disucikan dan mereka kekal di dalamnya.

Surat Ali Imran 3 : 15, 77, 107, 116, 136 dan 198
Surat Al Maidah 5 : 80, Surat Al A’Raaf 7 : 36 dan 45
Dan banyak lagi ayat-ayat yang sejenis yang menunjukkan adanya siksa neraka dan ganjaran surga yang kekal di dalamnya. Oleh karena itu  dalam ringkasan ini tidak perlu semuanya harus dicantumkan, silahkan cari sendiri di dalam Al Qur’an.



SANGGAHAN DARI MEREKA YANG RAGU

Menurut H.E Semedi, sanggahan dari mereka yang tidak percaya akan adanya reinkarnasi adalah dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
“Mengapa di dalam Al Qur’an tidak terdapat kata-kata reinkarnasi dan tidak ada sebuah Hadits pun yang membahas tentang reinkarnasi???”

Memang benar istilah reinkarnasi tidak terdapat di dalam Al Qur’an. Menurut Semedi begitulah bahasa Al Qur’an yang penuh dengan perumpamaan-perumpamaan bagi mereka yang mau berfikir. Apakah engkau tidak mengetahui ??? Apakah kita harus menolak istilah zaman sekarang yang secara kebetulan tidak tercantum di dalam Al Qur’an ??? Misalnya : Istilah “listrik”, “reaktor nuklir”, “radio”, “televisi”, “galaksi”, “fisika”, “atom”, “psikiatri”, “hipnotis” dsb.

Dalam hal ini penulis ingin menambahkan bahwa istilah “keluarga berencana” pun tidak tercantum di dalam Al Qur’an, yang tercantum di dalam Al Qur’an hanya perintah menyusukan bayi selama 2 tahun (AL BAQARAH 2 : 233) dan perintah bahwa kita hendaknya jangan sampai mewariskan (meninggalkan) keturunan yang lemah (ANNISAA 4 : 9). 

Lemah dalam arti kata yang luas … adalah lemah jasmaninya, ruhaninya, mentalnya serta lemah keadaan sosial ekonominya … Bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang atau suatu kaum kecuali orang atau kaum tersebut berusaha sendiri untuk mengadakan perubahan (AR-RA’AD 13 : 11).  

Di dalam Al Qur’an memang tidak ada kata-kata reinkarnasi, yang ada adalah kata-kata : dihidupkan kembali, diciptakan kembali, dikeluarkan lagi, dikeluarkan untuk kedua kalinya serta kata-kata lain yang senada …

Mengenai Hadits, secara terus terang Semedi mengatakan bahwa beliau kurang menguasai masalah Hadits. Bagi Semedi segala ilmu dan semua ajaran telah tercantum di dalam Al Qur’an dengan sempurna. Walaupun demikian beliau memberikan penjelasan mengenai Hadits Rosulullah yang sering di ulang-ulang untuk memperingatkan para sahabatnya :

Janganlah kamu tuliskan ucapan-ucapanku !!! Siapa yang menuliskan ucapanku selain Al Qur’an, hendaklah menghapuskannya; dan kamu boleh meriwayatkan perkataan-perkataan ini. Siapa yang dengan sengaja berdusta terhadapku, maka tempatnya adalah neraka.

Dan apa yang diberikan Rosul kepada-mu, terimalah.   Dan apa yang dilarang
Rosul, tinggalkanlah…(AL HASYR 59 : 7).

Hai orang-orang yang beriman… taatilah Allah dan taatilah Rosul (Nya) dan ulil amri diantara kamu.  Kemudian bila kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rosul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.  Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya  (AN NISAA 4 : 59).

Menurut Semedi, mungkin pada saat itu Rosulullah sudah merasa khawatir, bila segala ucapan-ucapan beliau dibukukan, maka pada suatu ketika akan dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya :
  1. Kumpulan catatan tersebut bisa menjadi beban yang memberatkan bagi umatnya.
  2. Bisa menimbulkan perselisihan diantara umatnya dalam hal penilaian antara yang sahih dan yang tidak sahih.
  3. Akan menimbulkan mahzab-mahzab yang masing-masing berpegang pada ucapan Rasul yang mereka jadikan bahan bertentangan atau karena perbedaan persepsi mereka karena Rasul mengatakannya dalam situasi yang berbeda.
  4. Kemungkinan salah dengar, salah persepsi atau dibelokkan artinya baik secara disengaja maupun tanpa disengaja.
  5. Golongan yang membenci Islam akan dengan sengaja menyusupkan  ajaran-ajaran palsu.
  6. Serta hal-hal lain yang akan bisa merusak citra Islam.

Ternyata 200 tahun lebih setelah Rasulullah wafat dibentuk panitia untuk menghimpun dan membukukan Hadits-hadits Rasulullah. Menurut Semedi, mula-mula terkumpul lebih dari 600.000 “calon Hadits”, disaring menjadi 20.000 dan disaring lagi untuk dibukukan menjadi hanya tinggal beberapa ribu saja.

Melihat kurun waktu 200 tahun lebih yang sudah terlalu lama, serta jumlah “calon hadits” yang begitu banyak, maka bisa kita bayangkan betapa sulitnya pekerjaan yang dilakukan panitia tersebut. Mungkin terjadi perdebatan panjang bahkan perselisihan untuk menentukan mana yang sahih dan mana yang tidak. Wajar bila kemudian timbul golongan-golongan atau mahzab-mahzab.  Tidak aneh bila kemudian muncul golongan-golongan yang lebih mengutakamakan Hadits dari pada Al Qur’an.  

Kurun waktu 200 tahun lebih berarti sudah 2 generasi. Apakah masih ada saksi hidup ??? Apakah pada saat itu sudah ada sistim penyimpanan arsip yang baik ??? Apakah pengumpulan calon hadits itu dihimpun dari mulut ke mulut melalui wawancara ??? Apakah mereka yang diwawancarai tersebut mempunyai daya ingat yang kuat ??? Apakah diantara panitia tersebut tidak ada kelompok kepentingan ??? Mengingat mereka adalah bukan Rosul dan bukan pula para sahabat Rasul, mereka adalah generasi baru setelah Rasul. Siapa yang bisa menjamin bahwa di dalam Hadits-hadits yang disingkirkan itu tidak terdapat ajaran reinkarnasi ???

Mengingat pada saat itu banyak Kaum Nasrani yang bermukim di zajirah Arab, dimana Kaum Nasrani pun setelah mengadakan muktamar gereja kristen di Konstantinopel pada tahun 553 Masehi, yaitu kira-kira 50 tahun sebelum munculnya Agama Islam telah menetapkan untuk membuang ayat-ayat mengenai reinkarnasi dari kitab Injil. Apakah anggota panitia penyusun Hadits pada waktu itu tidak terpengaruh Kaum Nasrani yang telah membuang ajaran reinkarnasi tersebut ???

Sesungguhnya Al Qur’an telah meramalkan bahwa suatu saat nanti akan ada kelompok kepentingan yang lebih mengutamakan Hadits-hadits yang menurut mereka sahih daripada ajaran Al Qur’an.

Hal ini sesuai dengan Firman Allah :
Ya Tuhan-ku… Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhknan  (AL FURQAAN 25 : 30).
Telah kami jelaskan kepada manusia dalam Al Qur’an ini segala pemisalan, tetapi manusia dalam banyak hal suka membantah  (AL KAHFI 18 : 54).

Menurut Al Khathib justru hadits-hadits Rosulullah itu dibukukan karena mulai tampak adanya gejala-gejala pemalsuan hadits yang muncul di wilayah sebelah timur, pada saat pemerintahan Umar bin Abdul Aziz sebagai Khulafa ar-Rasyidin yang ke-lima. Umar bin Abdul Aziz memerintahkan Ibnu Shihab az-Zuhri untuk menghimpun sunah-sunah Rosulullah dan membukukannya menjadi beberapa eksemplar. Selanjutnya khalifah Umar bin Abdul Aziz mengirimkan satu buku kepada setiap pejabat di wilayah-wilayah kekuasaan Islam.  
Hal ini terjadi pada awal tahun 100 H.  yang dianggap sebagai awal pembukuan dari hadits-hadits Rosulullah.  Himpunan Hadits yang dibukukan itu berasal dari catatan para sahabat pada zaman Rosulullah termasuk catatan dari Siti Aisyah setelah melalui seleksi yang ketat.  Catatan para sahabat maupun Siti Aisyah tidaklah berupa buku, namun berupa tulisan pada lembaran kulit, daun, tulang dan apa saja yang bisa ditulisi.

Setelah penulisan dipelopori oleh khalifah maka muncul keberanian dari para tokoh ulama terkenal lainnya yang menyusun buku tentang hadits Rosulullah, antara lain Imam Malik bin Anas, Imam Ahmad bin Hambal ( 164 - 214 H ) dan Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhori ( 194 - 256 H ) dan lain-lainnya.

Sesungguhnya penulisan hadits-hadits Rosulullah ini telah dilakukan sejak dini. Shahifah adalah catatan hadits yang berasal langsung dari Rosulullah sendiri yang memerintahkan untuk menuliskannya.  Perintah tersebut diberikan kepada Abdulah bin Amr (7 SH-65 H).  Tulisan tersebut diberi nama oleh penulisnya Ash-Shahifah Ash-shadiqah.  Tulisan-tulisan Ibnu Abbas (3 SH-68 H).  Shahifah Jabar bin Abdillah al-Anshari (16 SH-78 H).  Shahifah milik Hamam bin Munabbih (40 - 131H).  Catatan Hamam ini berasal dari Abu Hurairah, sebelum Abu Hurairah meninggal pada tahun 59 H.  Berarti dokumen tersebut  ditulis sebelum tahun 59 H.

Kaum orientalis berpendapat bahwa hadits-hadits Rosulullah mulai ditulis pada awal tahun 200 H dengan maksud untuk mengecoh orang Islam agar tidak mempercayai hadits. Kaum orientalis berpendapat bahwa hadits-hadits tersebut adalah tulisan atau pendapat para ulama biasa bukan dari Rasulullah S.A.W.
(Al-Khatib : Hadits Nabi sebelum dibukukan).

Meskipun Semedi tidak menguasai masalah hadits, dia mengajukan sebuah Hadits yang dapat dipergunakan untuk memperkuat kebenaran reinkarnasi :

Do’a yang diajarkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. : “Ya Tuhan !!! Bangunkanlah bagiku agamaku yang menjadi pegangan segala urusanku; bangunkanlah duniaku yang menjadi tempat (pencaharian) penghidupanku; bangunkanlah akhiratku yang menjadi tempat pulang bagiku; jadikanlah hidupku menjadi tambahan kekuatanku untuk segala amal kebaikan; dan jadikanlah kematianku untuk beristirahat dari segala kejahatan.
(Riwayat Muslim dari Abi Hurairah).

 “Jadikanlah kematianku untuk beristirahat dari segala kejahatan.” Mengapa pada kalimat tersebut Rosulullah s.a.w. mempergunakan istilah kematian untuk beristirahat, tidak untuk berhenti dari kejahatan ???

Bagi mereka yang percaya akan adanya reinkarnasi maka kematian itu pada hakekatnya hanyalah selingan di antara dua kehidupan fisik dunia. Demikian juga sebaliknya, kehidupan fisik pun merupakan selingan dari antara dua kematian atau kehidupanan akhirat. Kita semua menyadari bahwa selama hidup di dunia tentu akan digoda oleh kebutuhan fisik dan nafsu yang bisa menjerumuskan diri ke dalam tindak kejahatan. Setelah kematiannya bagi ruh para durjana tidak akan bisa langsung berada di sisi Allah.  

Dunia fisik merupakan tempat ujian bagi setiap ruh untuk meningkatkan kualitas kesucian spiritualnya secara tahap demi tahap, sampai bisa mencapai tingkat ihsan dan insan kamil sehingga mereka tidak usah mengalami reinkarnasi secara terus menerus.  Mereka bisa tetap hidup kekal disisi Tuhannya dan mendapat rejeki, kecuali bila Tuhan menghendaki lain.  Itulah perjalanan sufistik yang mau tidak mau harus kita tempuh.

Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat  (AL INSYQAAQ 84 : 19)
Dan Kami telah tunjukkan kepadanya dua jalan, maka tidak-kah sebaiknya ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.  Tahukah kamu jalan yang mendaki lagi sukar itu…??? (AL BALAD 90 : 10 – 12).
Cahaya diatas Cahaya, Allah akan membimbing dengan Cahayanya kepada yang Dia kehendaki ( AN NUUR 24 : 35 )

Adapun orang-orang yang berbahagia, mereka itu di dalam surga, tinggal di dalamnya selama terbentang langit dan bumi, kecuali Tuhan-mu menghendaki lain sebagai karunia yang tiada putus-putusnya  (HUUD 11 : 108).

Pada dasarnya setiap Ruh senantiasa ingin hidup kekal di sisi Allah termasuk ruh para durjana sekalipun. Setelah kematiannya Ruh mereka bisa melihat dan mendengar sendiri tentang alam kubur :

Sesungguhnya kamu telah lalai, maka mulai hari ini Aku buka tabir yang menutupimu, maka pandangan matamu menjadi tajam  (AL QAF 50 : 22).

Oleh karena itu, kemudian mereka (para ruh) memohon kepada Allah :
Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan memdengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal sholeh, sesungguhnya sekarang kami yakin
(AS SAJDDAH 32 : 12).
 Seandainya kami dapat kembali ke dunia, niscaya kami akan menjadi orang-orang yang beriman (ASY-SYU’ARA 26 : 102).

Sebagai bukti bahwa Allah Maha Mengabulkan semua do’a, Maha Pengasih lagi Penyayang, maka Allah pun berkenan untuk menghidupkan mereka kembali ke dunia nyata dengan syarat bahwa mereka bersaksi dan harus membawa amanah, tugas di dunia, agama atau amanah apapun dari Allah.  Di alam dunia, Allah pun akan menguji mereka dengan nafsu … Oleh karena itu, jangan merasa dirimu suci, tapi berusahalah hidup sebaik mungkin sesuai ajaran Al Qur’an dan Sunah Rasul …

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya bersih…??? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dia kehendaki ….
( AN- NISA 4 : 49 )
Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang Dia kehendaki .. ( AN-NUUR 24 : 21 )

Karena itu janganlah kamu menganggap dirimu suci !!!  Dia Maha Mengetahui siapa yang taqwa ( AN-NAJM 53 : 32 )

Hai orang-orang yang beriman janganlah ada diantara kamu yang memperolok-olokkan orang lain, karena mungkin mereka lebih baik  dari kamu …
Hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau berburuk sangka , sesungguhnya berburuk sangka adalah dosa dan janganlah mencari-cari aib orang lain dan jangan pula sebagian dari kamu mencela dan membusuk-busukkan orang lain
( AL HUJURAT 49 : 11-12 )

Sanggahan lainnya adalah :
  1. Jika benar terjadi reinkarnasi, mengapa kita tidak ingat lagi kepada kejadian-kejadian pada kehidupan kita yang lalu ??”
  2. Mengapa menurut data statistik ternyata jumlah penduduk di dunia senantiasa meningkat ??” Dengan adanya reinkarnasi, seharusnya jumlah penduduk di dunia tidak akan bertambah banyak, karena Ruhnya juga tidak bertambah banyak.

Bila kita tidak bisa mengingat kejadian-kejadian pada kehidupan kita yang lalu, secara logika adalah wajar, karena ingatan kita tersimpan di dalam otak jasmani kita yang telah dikubur dan telah hancur menjadi tanah. Apakah ruhani bisa berfikir ??? Sebagaimana halnya dengan malaikat, apakah malaikat bisa berfikir ??? Apakah malaikat mempunyai nafsu, apakah malaikat mempunyai jenis kelamin ???

Penulis sendiri berpendapat bahwa Ruhani yang menggerakkan otak untuk berfikir dan mengingat sesuatu. Jadi, yang berfikir adalah otak. Otak tidak bisa mengingat sesuatu tanpa disertai adanya Ruhani, demikian juga Ruhani bila ingin menyatakan sesuatu harus melalui otak, kemudian otak akan menggerakkan tubuh.  
Bila Ruhani memasuki bayi dan dilahirkan kembali ke dunia, adalah wajar bila harus belajar lagi dari awal. Bila kita bisa mengingat peristiwa-peristiwa dikehidupan sebelumnya, maka kita bisa terbelenggu masa lalu, ini bisa menyebabkan kita stres berat… Allah Maha Mengetahui segala sesuatu… Allah tidak pernah membuat umatnya susah…

Semedi memberikan penjelasannya sesuai dengan Firman Allah :

Hai manusia… Jika kamu ragu-ragu tentang hari kebangkitan, maka sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari tanah, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan tidak sempurna kejadiannya, agar Kami dapat menjelaskan kepadamu dan Kami tempatkan yang Kami kehendaki di dalam rahim untuk suatu masa tertentu dan kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi dan kamu menjadi dewasa dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan diantara kamu ada yang dikembalikan ke tingkat hidup yang paling rendah setelah tadinya berpengetahuan  (SURAT AL HAJJ 22 : 5).

Menurut Semedi, bila pengertian “dikembalikan ke tingkat hidup yang paling rendah” ditafsirkan sebagai “dimasukkan ke dalam neraka”, “dijadikan kafir” atau “dijadikan pikun”, maka tafsiran-tafsiran tersebut menjadi tidak sesuai dengan kata-kata selanjutnya yaitu : “sehingga ia tidak mengetahui apa-apa setelah tadinya berpengetahuan”. Mengapa tidak sesuai ??? Mengenai tafsiran “dimasukkan ke dalam neraka”, menurut pendapat penulis juga terasa kurang pas, karena pada ayat tersebut tidak sedang membahas tentang masalah neraka.

Memang mengenai masalah usia tua dan kepikunan ada kaitannya, namun dalam hal ini, baik yang kafir maupun yang pikun walaupun pengetahuannya sudah menjadi berkurang, akan tetapi mereka masih mengetahui apa-apa, sehingga menurut pendapat Semedi mengenai penafsiran “dijadikan kafir” dan “dijadikan pikun” pada ayat tersebut, menjadi tidak seluruhnya benar.

Oleh karena itu, Semedi berpendapat bahwa kata-kata : “dikembalikan ketingkat hidup yang paling rendah, sehingga ia tidak mengetahui apa-apa setelah tadinya berpengetahuan” lebih cocok bila diartikan sebagai : “dilahirkan kembali ke dunia sebagai bayi”. Dalam hal ini bayi yang baru dilahirkan dan tidak mengetahui apa-apa merupakan tingkatan hidup yang paling rendah dari siklus kehidupan manusia. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya bayi tersebut bisa melihat, bisa mendengar, bisa berbicara, menjadi seorang anak, menjadi remaja, berpengetahuan, berperasaan, berwawasan, menjadi dewasa dst…

Menurut Semedi hal ini didukung oleh firman Allah :
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dan Dia (Allah) memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur  (SURAT AN NAHL 16 : 78).

Menurut penulis, di dalam kata-kata : “diantara kamu ada yang dikembalikan ketingkat  kehidupan  yang  paling  rendah” tersebut, bisa  berarti : “dilahirkan  kembali  ke dunia  dalam  kondisi  yang  memprihatinkan , baik  dari  segi  fisik  maupun  dari  segi  sosial  ekonominya  dan  penafsiran  yang  sangat ekstrem  adalah  “dilahirkan  kembali  kedunia  sebagai  hewan”.  Dalam  hal  ini  tidak ada  sesuatu  yang  tidak  mungkin  bagi  Allah.  Allah  Maha  Kuasa  atas  segalanya.

Mengenai  jumlah  penduduk  di  dunia  yang  setiap  tahun  selalu  meningkat, dimana  dengan  adanya  reinkarnasi  seharusnya  jumlah tersebut  tetap  tidak  meningkat ,  Sumedi  memberikan  penjelasan  berdasarkan  Al Qur’an  sebagai  berikut :
1.           Bumi  pada  zaman  dahulu  kala , ratusan  tahun  yang  lalu, pernah berpenghuni  jauh  lebih  besar  dari  jumlah  penduduk  bumi  pada  masa  kini .
2.           Peradaban  ilmu  dan  teknologi  penduduk  bumi  jaman  dahulu  kala  sudah  lebih  canggih  dari  ilmu  dan  teknologi  masa  kini.
3.           Kecanggihan  ilmu  dan  teknologinya ,  menyebabkan  mereka  lupa  diri,  mereka  menjadi  sombong ,  musrik dan  kutur.  Karena  terhijab  oleh  kecanggihan  ilmu  dan  teknologinya , mereka  melupakan  Tuhan-nya.   Kemudian  mereka  menyalahgunakan  ilmu  dan  teknologi  yang  dimilikinya ,  sehingga  menimbulkan  bencana  yang  sangat  dahsyat  dan  akhirnya  mereka  menjadi  musnah karena  ulah  mereka  sendiri.
4.           Mereka yang selamat adalah manusia-manusia pilihan Allah.
5.           Belum semua Ruh yang mati dihidupkan kembali, oleh karena itu penduduk bumi masih terus akan meningkat.

Dan berapa banyak (penduduk) negeri yang telah kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya, maka lihatlah itu tempat kediaman sesudah mereka tidak didiami lagi, kecuali hanya sebagian kecil dan Kami adalah pewarisnya (AL QASHASH 28 : 58)

Surat Al qashash 28 : 58 ini memberikan kepada kita bahwa banyak negeri yang semula subur makmur, kerta raharja, gemah ripah loh jinawi namun penduduknya hanya bersenang-senang saja tanpa mensyukuri nikmat Allah artinya tidak peduli kepada masalah kelestarian alam serta lingkungan hidup, maka akibat kerusakan yang mereka timbulkan, mereka sendiri pun akhirnya ikut binasa.

Data-data sejarahnya juga ikut musnah. Hanya sebagian kecil saja yang tersisa baik alamnya maupun penghuninya. Oleh karena itu, penyebaran penduduk di dunia menjadi tidak merata. Di daerah yang subur penduduknya bisa sangat padat. Di daerah gersang penduduknya sangat jarang atau bahkan tidak ada sama sekali.

Daerah yang semula suburpun bisa rusak berat karena ulah manusia yang serakah, karena ulah manusia yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain, tanpa memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan hidup. Berapa banyak hutan tropis yang rusak ???  Konon kabarnya lembah  Mekahpun pada awalnya adalah daerah yang subur.

Legenda Benua Atlantis yang hilang mengisahkan kecanggihan ilmu dan teknologi penduduknya yang lebih canggih dari keadaan penduduk bumi masa kini. Edgar Cayce seorang para normal dari Amerika, pada masa hidupnya sempat menghipnotis dirinya sendiri dan menceritakan kisah kecanggihan ilmu dan teknologi penduduk Benua Atlantis tersebut. Kisah banjir besar di dalam Al Quran adalah kisah Nabi Nuh.

Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukkannya di muka bumi dengan keteguhan yang belum pernah kami berikan kepadamu  (AL AN’AAM 6 : 6).

Berapa banyak umat yang telah kami binasakan sebelum mereka, sedangkan mereka lebih baik perlengkapannya dan lebih canggih dipandang mata (MARYAM 19 : 74).

Apakah mereka tidak bepergian di muka bumi dan memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka???  Mereka itu (orang-orang sebelumnya) lebih banyak dari pada mereka (yang sekarang) dan lebih hebat kekuatannya dan bekas-bekas peninggalannya di muka bumi, tetapi apa yang biasa mereka usahakan tidak dapat menolong mereka ( AL MU’MIN 40 : 82 ).

Maka ketika datang Rosul-rosul kepada mereka membawa bukti-bukti, mereka bersombong dengan pengetahuan yang mereka miliki, maka mereka ditimpa azab karena apa yang biasa mereka perolok-olokan itu ( AL MU’MIN 40 : 83 ).

Bahasa Al Qur’an menurut Semedi memang sesuai dengan zamannya, tidak ada istilah bom atom, bom nuklir, bom hidrogen atau senjata sinar laser dan sebagainya, bencana alam yang disebabkan oleh ledakan yang dahsyat hanya diumpamakan dengan ledakan seperti petir atau sebagai sapuan angin yang menghancur luluhkan segala sesuatu menjadi serbuk. Itulah bahasa Al Qur’an.

Bagi mereka yang mau berfikir : Apakah memang ada petir yang bisa membinasakan dan memusnahkan satu kaum ??? Apakah ada badai topan yang bisa menghancurkan segala sesuatu sampai menjadi serbuk ??? Bandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh bom atom atau bom napalm  dan sejenisnya pada masa kini.

Jika berpaling, katakanlah : Aku telah memperingatkan kamu tentang petir, seperti petir (yang menimpa) kaum ‘Aad dan Tsamud ( FUSHSHILAT 41 : 13 ).

Dan juga pada ‘Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan. Angin itu tidak membiarkan sesuatu yang dilandanya melainkan menjadikannya seperti bubuk.  Dan pada Tsamud, ketika dikatakankepada mereka : Bersenang-senanglah kamu sampai suatu waktu… Tetapi mereka durhaka terhadap perintah Tuhannya, lalu mereka disambar petir, sedang mereka melihatnya
(AZZARIYAAT 51 : 41-44)

Bagi mereka yang ragu juga mengatakan bahwa : “Reinkarnasi tidak terdapat dalam ajaran Islam”. Menurut Semedi memang benar demikian bila yang dimaksud dengan Islam adalah para penganutnya. Para penganut Islam dalam hal ini kebanyakan para ulama belum pernah mengajarkan paham tersebut. Hal ini mungkin sejak awal mereka sudah apriori terhadap masalah ini, sehingga sampai kapanpun akan terjadi perbedaan persepsi. Perbedaan persepsi ini bisa disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan serta keterbatasan akal pikiran kita sehingga kita kurang bisa memahami makna ayat-ayat Al Qur’an yang bersangkutan dengan masalah reinkarnasi.

Masalah reinkaransi ini adalah masalah Ruh. Masalah Ruh adalah masalah keghoiban dan kerahasiaan Allah, sehingga sulit untuk bisa dibuktikan secara nyata. Oleh karena itu, sulit untuk diyakini oleh kebanyakan orang awam, kecuali bagi para ulama kasyaf yang sudah bisa melihat alam ghoib dan alam kubur.
Demikian menurut pendapat penulis.

Maka sekiranya engkau berselisih pendapat, ikutilah golongan mayoritas yang berpijak kepada kebenaran dan terdiri dari ahlinya (Hadits).
Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri, meskipun orang lain telah memberimu fatwa.  Yang terbaik adalah yang menentramkan Ruhani. (Hadits)

Al Qur’an pun mengajarkan kepada kita bahwa bila kita tidak mengetahui maka kita harus bertanya kepada Ahli Ilmu. Namun ahli ilmu tersebut menurut Semedi harus yang berpijak pada azas kebenaran, misalnya dalam mentafsirkan ayat-ayat Al Qur’an juga harus benar, sesuai dengan artinya yang murni dan konsisten.

Semedi memberikan contoh sebagai berikut :
  1. Kata “mati” dalam Al Baqarah 2 : 28 :
“Bagaimana kamu tidak beriman kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Ia hidupkan kamu, kemudian Ia mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu ( lagi ), kemudian kepadanya kamu dikembalikan.
Semedi menghendaki agar kata “mati” tersebut jangan ditafsirkan sebagai tidak atau belum ada, sebagai “segumpal darah” atau pun sebagai “ketika di dalam rahim”.
Mati harus tetap ditafsirkan mati, yaitu keadaan setelah selesai siklus kehidupan dan sekarang berada di alam kubur.

  1. Kata Arab “ajalu” dalam Al An’aam 6 : 2 yang sebenarnya berarti “masa” atau “waktu” hendaknya jangan diterjemahkan sebagai “kematian”, karena tanpa disadari akan menghapuskan ajaran Allah yang menyatakan bahwa selain ada kurun waktu tertentu di dunia, ada pula kurun waktu tertentu di alam kubur atau di akhirat.

  1. Kata Arab qiyaamatu artinya yang murni adalah “kebangkitan”, yaitu kebangkitan Ruh Orang mati di akhirat atau di alam kubur setelah kematiannya, jangan ditafsirkan sebagai “akhir zaman”, “kebangkitan pada akhir zaman” atau “kehancuran total dunia pada akhir zaman”

  1. Kata-kata “diciptakan kembali”, “dihidupkan kembali”, dan “dikeluarkan” di dalam beberapa ayat Al Qur’an telah ditafsirkan secara tidak konsisten. Semula ditafsirkan sebagai “dilahirkan kembali ke dunia”, akan tetapi kemudian setelah kata-kata itu mendapat tambahan kata “lagi” atau “kembali” maka selanjutnya tafsirannya dirubah menjadi “dihidupkan kembali di akhirat”. Bila konsisten seharusnya tetap ditafsirkan sebagai semula, yaitu “dilahirkan kembali ke dunia”.

Akhirnya menurut pendapat penulis, karena masalah reinkarnasi ini menyangkut masalah Ruh yang menjadi rahasia Allah, maka bila kita sulit untuk mendapatkan Ahli Ilmu yang berpegang pada kebenaran atau kita sulit mencari Ulama kasyaf yang sudah bisa melihat alam kubur, sebaiknya kita  hayati Hadits Rosulullah yang mengatakan bahwa setelah minta fatwa kepada orang lain, maka mintalah fatwa kepada hatimu sendiri dan yang terbaik adalah yang menentramkan ruhani kita masing-masing.

Reinkarnasi ini bukan tujuan akhir dari ajaran Islam, karena reinkarnasi adalah kembali ke alam dunia, sedangkan tujuan akhir dari ajaran Islam adalah kembali kepada Allah. Oleh karena itu mengenai masalah reinkarnasi hendaknya tidak perlu untuk diperdebatkan. 

Bagi penulis sendiri yang penting adalah bukan masalah reinkarnasinya, akan tetapi yang penting adalah usaha kita untuk mencapai tingkatan Ihsan dan Insan Kamil melalui perjalanan tasawuf, sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Sunah Rosul … agar kita bisa kembali kepada Allah dan tetap berada di sisi Allah … Kecuali bila Allah menghendaki lain…

Ingat Surat AL ASR 103 :1-3… Sesungguhnya jadi manusia itu selalu rugi…
Mereka yang meninggal di jalan Allah jangan engkau katakan mati. Tidak..!!!  mereka tetap hidup di sisi Tuhannya dan mendapat rizki  ( ALI IMARAN 3 : 169 ) Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah dia yang paling takwa diantara kalian ( AL HUJURAT 49 : 13 )


                      Bersambung ....ke jilid 5 mengenai penelitan RUH  serta kesimpulan buku ini